Dalam membuat foto jurnalistik, menemukan suasana dan kejadian serupa yang berulang adalah hal lumrah. Karena itu, pengulangan peristiwa yang mirip tak pernah dipermasalahkan dalam foto jurnalistik. Sebab, prinsip utama dari foto jurnalistik adalah menjadi penanda dari peradaban yang sedang berlangsung.
Ketua Dewan Juri World Press Photo (WPP) 2018, Magdalena Herrera dari Geo France mengumumkan foto karya pewarta foto Agence Presse France, Ronaldo Schemidt berjudul \'Venezuela Crisis\' sebagai foto terbaik WPP tahun ini. Schemidt dinilai berhasil mengabadikan potret pengunjuk rasa tengah berlari dengan tubuh terbakar, saat bom molotov jatuh dan meledak tepat di tangki sepeda motor milik pengawal nasional. Pemuda yang belakangan diketahui bernama José Víctor Salazar Balza (28) itu selamat, meski tubuhnya terluka bakar serius.
Kepala Divisi Museum dan Galeri Foto Jurnalistik Antara Oscar Motuloh mengatakan, 54 tahun lalu, tepatnya 11 Juni 1963, fotografer Associated Press, Malcolm W Browne juga pernah memotret momen serupa saat Thich Quang Duc, seorang bikhu Mahayana Vietnam mengorbankan jiwa dengan cara membakar diri di salah satu jalan raya protokol kota Saigon (sekarang Ho Chi Minh). Aksi bakar diri ini merupakan bentuk protes terhadap pemerintah Vietnam Selatan yang melakukan persekusi terhadap sekelompok umat di sana.
"Ini soal kehidupan, tidak ada urusannya dengan pengulangan. Yang jelas, fotografi jurnalistik menjadi tanda peradaban yang sedang berlangsung," kata Oscar, Rabu (12/09/2018) dalam Diskusi Fotografi "Membaca Karya Pemenang Kontes WPP 2018" di Bentara Budaya Jakarta. Hadir pula dalam diskusi ini, dua pembicara lain yaitu Deputi Direktur Erasmus Huis Joyce Nijssen dan Wartawan Foto Senior Harian Kompas Arbain Rambey. Lasti Kurnia, Wartawan Foto Harian Kompas, menjadi moderator.
Menurut Oscar, cerita tentang sebuah foto beserta latar belakangnya menjadi semacam metafora untuk mengingatkan publik bahwa kekerasan masih terus-menerus berlangsung dan siapapun harus menyuarakan pentingnya perdamaian. "Foto-foto yang memenangi WPP memiliki konteks internasional. Untuk menentukan yang terbaik dari sebuah foto ada empat kriteria, yaitu bagus, indah, menarik, dan \'berbicara\' secara jurnalistik,"tambah Arbain.
Tak kalah terampil
Sejak lembaga WPP dibentuk 1955 silam, setidaknya ada delapan jurnalis foto Indonesia yang pernah memenangi kontes foto jurnalistik bergengsi ini. Di antaranya fotografer Harian Kompas almarhum Kartono Ryadi (1974 dan 1980), wartawan Jawa Pos Sholihuddin (1996), dan Kemal Jufri (2010). "Fotografer-fotografer kita tidak kalah terampil dengan fotografer-fotografer luar negeri. Hanya, pada beberapa kesempatan kita sempat kecolongan tidak mengirimkan karya,"tambahnya.
Joyce mengungkapkan, WPP diperkuat dengan tim juri profesional dan independen dari seluruh dunia. Mereka memilih lebih dari 73.044 foto yang dikirim 4.548 fotografer. "Kelima juri dikurung dalam ruangan bersuhu 15 derajat agar tidak mengantuk. (Untuk menyeleksi) mereka hanya boleh melihat foto masing-masing selama 2 detik,"ucapnya.