BALIKPAPAN, KOMPAS — Puluhan seniman di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, mengambil momentum perayaan HUT ke-73 RI dengan menggelar pameran sederhana bertajuk ”SemangART 45”.
Melalui banyak cara, antara lain dengan pameran, seni diyakini bisa lebih berkembang di Balikpapan yang lebih dikenal sebagai kota jasa dan industri.
Sejumlah 45 seniman dan pelaku industri kreatif yang tergabung dalam Forum Usaha Kreatif Sama-sama (Fokus) Kota Balikpapan memamerkan lebih dari 100 karya mereka berupa lukisan, instalasi, kerajinan (kriya), dan lain-lain.
Pameran dilakukan di sebuah rumah yang dinamakan Creative Art Space di kawasan Kampung Timur, Balikpapan.
”Sebagian orang merasa masih ada jarak antara kami dengan masyarakat, dan itu tak terhindarkan karena Balikpapan telanjur dikenal sebagai kota industri dan jasa. Padahal, banyak seniman di kota ini yang kemampuannya tidak kalah dari daerah lain,” tutur Abi Ramadhan Noor, Ketua Fokus Kota Balikpapan, Minggu (19/8/2018).
”Balikpapan perlu banyak acara seni. Karena itu, kami mengambil momentum 17 Agustus untuk menggelar pameran dan di tempat sendiri,” lanjut Abi.
Balikpapan telanjur dikenal sebagai kota industri dan jasa. Padahal, banyak seniman di kota ini yang kemampuannya tidak kalah dari daerah lain.
Pameran yang berlangsung hingga 31 Agustus ini menempati bangunan rumah kontrakan yang dijadikan sekretariat Fokus sekaligus kedai kopi sejak Mei lalu. Empat ruangan digunakan untuk memajang karya yang mayoritas lukisan. Satu ruangan lain, yakni garasi, digunakan untuk memajang puluhan majalah lama dan uang (kertas) lama yang merupakan koleksi Galeri Wessaury Balikpapan.
Abi menjelaskan, pameran berjudul ”SemangART 45” ini merupakan pameran kelima Fokus Kota Balikpapan. Forum berisi seniman-seniman muda ini terbentuk April 2016 dan pertama kali menggelar pameran pada November 2017.
Abi mengakui, kondisi rumah ini sebenarnya kurang layak untuk memajang karya-karya berharga buatan para seniman. Terlebih lagi belum tersedia penyejuk ruangan (AC), bahkan juga kipas angin, sehingga hawa di dalam rumah terasa cukup gerah.
”Tetapi, ini lebih nyaman karena kami tidak perlu memikirkan biaya sewa gedung yang tak terjangkau. Ini, kan, sekretariat kami sendiri, jadi kami tidak perlu bayar. Di sini, semua seniman bisa mendapat ruang,” ucap Abi yang juga pelukis.
Dia mengatakan, momentum 17 Agustus pas untuk menggambarkan semangat para seniman mengenalkan karya-karya mereka.
”Sebagian masyarakat mungkin belum melihat banyak geliat seni di Balikpapan. Mereka menunggu seniman muncul dan mengenalnya, dan itulah yang kami lakukan. Meskipun baru bisa kami lakukan dengan cara sederhana,” katanya.
Cara bergerak yang baru dan mandiri, menurut Abi, diperlukan untuk menumbuhkan minat dan apresiasi seni di Balikpapan.
”Kami yakin, ada cukup besar pasar bagi seniman di Balikpapan. Namun, kami sadar, ini bukan kota seni. Artinya, mengenalkan seni akan lebih sulit, tapi itulah tantangan. Kami menjawab, antara lain melalui pameran ini. Seniman mestinya juga sebagai penggerak seni,” lanjut Abi.
Beberapa acara juga digelar untuk mengisi pameran tersebut, salah satunya oleh Brush Borneo Community. Suko, salah satu anggota Brush Borneo Community, menyambut baik pameran ini. ”Balikpapan sebenarnya punya banyak potensi seni,” ujarnya.