JAKARTA, KOMPAS – Empat pemuda Indonesia akan berangkat ke Inggris untuk bertemu dengan para anggota parlemen dan utusan pemuda dari 10 negara. Mereka bertukar pikiran tentang hal-hal positif yang bisa menjadi masukan bagi kebijakan publik di negara masing-masing.
Keempat pemuda tersebut adalah Direktur Saintifik Alzheimer Indonesia Tara Puspitarini Sani; penasehat bidang kepemudaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk penerapan pembangunan berkelanjutan di Indonesia Angga Dwi Martha; peneliti industri kelapa sawit ramah lingkungan dan berkelanjutan Hanif Falah; serta pegiat perdamaian dan toleransi Isti Toq’ah.
Mereka merupakan pemenang kompetisi Future Leaders Connect yang diselenggarakan oleh Pusat Kebudayaan Inggris di Indonesia dan diumumkan di Jakarta pada hari Rabu (15/8/2018). Setiap pemenang merupakan perwakilan dari isu spesifik yaitu, kesehatan, pemberdayaan pemuda, lingkungan, dan perdamaian. Mereka diwajibkan membuat proposal terkait permasalahan di bidang masing-masing beserta usulan jalan keluar yang bisa diterapkan, baik secara lokal, nasional, maupun global.
Hanif Falah misalnya, mengemukakan tentang industri sawit hang dicap dunia internasional sebagai industri tidak ramah lingkungan dan penyebab utama kerusakan hutan hujan tropis. Salah satu langkah yang dipertimbangkan untuk dilakukan negara-negara maju adalah memboikot minyak sawit dari Indonesia yang merupakan produsen 61 persen minyak sawit dunia.
“Hal ini kontraproduktif karena yang akan terdampak adalah rakyat. Petani kecil merupakan pemilik 40 persen lahan sawit di Indonesia. Harus ada penyelesaian yang tidak membuat mereka kehilangan mata pencaharian,” tuturnya.
Ia mengusulkan solusi berupa kewajiban menerapkan perkebunan sawit lestari. Caranya adalah agar negara-negara maju yang membeli minyak sawit beserta produk turunannya harus “memaksa” produsen minyak sawit membuktikan bahwa proses penanaman, pengolahan, dan pengemasan mereka sudah ramah lingkungan. Tolak ukurnya antara lain Standar Minyak Lestari Indonesia, Roundtable on Sustainable Palm Oil, dan International Sustainability and Carbon Sertification.
“Tekanan dari konsumen adalah cara ampuh membuat produsen mengubah perilaku,” papar Hanif.
Sementara itu, Isti Toq’ah membuat proposal mengenai gerakan pendidikan damai (Pandai) Indonesia. Ia mengumpulkan relawan dari berbagai latar belakang agama, ras, dan suku bangsa untuk secara rutin membantu membersihkan rumah-rumah ibadah.
“Tidak perlu ada banyak kuliah dan ceramah mengenai toleransi. Melalui kegiatan langsung, peserta bisa merasakan makna perbedaan dan kebangsaan,” ujarnya.
Membangun jaringan
Peserta berangkat ke Inggris pada Oktober 2018. Selama sembilan hari, mereka akan mengikuti kelas kebijakan publik dan kepeloporan di Universitas Cambridge. Di dalam kelas itu juga ada perwakilan antara lain dari Mesir, Meksiko, Amerika Serikat, India, Pakistan, dan Nigeria. Mereka juga dijadwalkan untuk bertemu dengan anggota-anggota parlemen Inggris guna mempresentasikan gagasan dan mendapat masukan tentang kiat merumuskan kebijakan publik yang baik.
Pelaksana Tugas Direktur Pusat Kebudayaan Inggris di Indonesia Ian Robinson mengungkapkan, tahun 2018 merupakan kali kedua kompetisi Future Leaders Connect diadakan. Kompetisi ini diselenggarakan untuk kategori usia 18 tahun hingga 35 tahun dan berhasil menarik minat 800 orang pelamar.
Dari jumlah tersebut disaring sepuluh finalis yang kemudian memaparkan proposal mereka di hadapan dewan juri yang antara lain terdiri dari Robinson serta anggota DPR RI dari Fraksi Golkar Meutya Hafid. Baru setelah itu dipilih empat orang pemenang.