Lagu Hari Merdeka ciptaan H Mutahar niscaya menjadi lagu wajib selain lagu kebangsaan Indonesia Raya saat memperingati Hari Kemerdekaan. Selebihnya, lazimnya adalah lagu-lagu patriotik lainnya seperti Bagimu Negeri ciptaan Kusbini.
Menyambut HUT ke-73 Kemerdekaan RI, Jakarta Concert Orchestra dengan Konduktor Avip Priatna menampilkan Konser “Simfoni untuk Bangsa”, Sabtu (11/8) malam, di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Ikut menyemarakkan konser ini adalah The Resonanz Children Choir dan Batavia Madrigal Singers (BMS) yang selama ini sering memenangi lomba paduan suara internasional, serta sejumlah penyanyi klasik ternama seperti Farman Purnama dan Jessica Januar.
Yang unik dari pergelaran ini adalah tema yang diangkat, yakni “Dari dan untuk anak Indonesia”. Tidak heran jika yang mendominasi konser adalah penyanyi anak-anak dan remaja. Jika pun ada penyanyi senior yang tampil, maka yang diangkat adalah semangat persatuan dan kebersamaan yang juga cocok untuk anak-anak. Seiring dengan itu, ditampilkan juga lagu-lagu daerah dan juga yang bertema kasih sayang.
Sebagian lagu juga membangkitkan nostalgia masa kanak-kanak karena melodi-melodi yang dimainkan itu dulu amat popular di tahun lampau, dari era 1960-an, atau akhir 1990-an. Misalnya saja lagu Bunda Piara ciptaan Daljono atau Kembali ke Sekolah ciptaan Elfa Secioria.
Ikut mewarnai konser adalah penampilan instrumentalis berbakat, yakni Sean Alexander yang dengan klarinetnya memainkan tema dan variasi “Memandang Alam”, lalu Nasya dengan gesekan biolanya yang menggugah memainkan medley tiga lagu Nusantra yang tidak asing, yakni Kampuang Nan Jauh di Mato (Sumatera Barat), Padang Bulan (Jawa Tengah), dan Waktu Hujan Sore-sore (Maluku).
Sembari menikmati melodi memori, tak sedikit penonton yang mengakui kedua instrumentalis belia tersebut amat berbakat. Tidak kalah mengesankan adalah tampilnya vokalis yang juga amat berbakat, seperti Alicia K Hartono, yang malam itu dengan merdu mengalunkan lagu “Yang Terbaik Untukmu” berduet dengan Yemima Madelaine Rebecca.
Jika solis senior Farman Purnama dan Jessica Januar memesona hadirin dengan vokalnya yang indah, maka para penyanyi BMS mengundang aplaus panjang penonton dengan gestur kocak namun elegan.
Tidak saja lagu “Bunda Piara” yang berhasil digarap dengan apik dan mengundang kagum, tetapi juga lagu Kerraban Sape (Madura) dan Badminton (Jawa Barat).
Konser “Simfoni untuk Bangsa” tak lagi mengusung lagu-lagu romantika Perang Kemerdekaan seperti “Sepasang Mata Bola”, tetapi tetap meninggalkan kesan, karena Avip mencoba menghadirkan hakikat kemerdekaan yang juga memberi harapan bagi generasi penerus untuk bersuka-cita menikmati kemerdekaan dan memanggungkan anak-anak dengan segala perasaan dan kecintaannya pada Tanah Air.
Tak diragukan lagi, sajian musik seperti “Simfoni untuk Bangsa” dengan tema anak-anak tetap punya tempat tidak saja di kalangan pemerhati musik, tetapi juga bagi mereka yang melihat betapa pentingnya anak-anak berbakat tersebut bagi masa depan Indonesia. Melalui musik mereka memupuk rasa tanggung jawab (untuk bersekolah), sikap luhur (hormat kepada guru – melalui lagu Hymne Guru-Terima Kasihku), dan mencintai negerinya.