Anggaran Rp 226 Miliar Lebih untuk Rehabilitasi Sekolah
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengucurkan bantuan lebih dari Rp 226 miliar untuk merehabilitasi fasilitas pendidikan dan situs cagar budaya yang terdampak gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Selain untuk rehabilitasi, bantuan tersebut juga dipakai untuk penanganan psikososial para siswa dan pendidik/tenaga kependidikan.
Sekretaris Jenderal, Kemndikbud, Didik Suhardi, dalam rapat penanganan bencana di Jakarta, Jumat (10/8/2018), mengatakan bantuan yang diambil dari APBN 2018 dan bantuan solidaritas pegawai Kemdikbud sekitar Rp 226,4 miliar. "Bantuan ini dapat segera digunakan untuk rehabilitasi fasilitas pendidikan dan situs cagar budaya yang terdampak gempa. Juga untuk penanganan psikososial para siswa, pendidik, tenaga kependidikan, dan pemelihara cagar budaya yang menjadi korban," kata Didik.
Pemerintah menyiapkan bantuan pendidikan melalui Program Indonesia Pintar (PIP) khusus bencana, beasiswa perguruan tinggi bagi siswa yang orang tuanya menjadi korban meninggal dunia. Untuk meringankan beban pendidik yang menjadi korban, Kemendikbud juga akan menyalurkan tunjangan khusus dan dana bantuan konseling bagi para guru.
Kepala Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Nusa Tenggara Barat, Minhajul Ngabidin, mengatakan, berdasar data yang dikumpulkan Sekretariat Nasional Satuan Pendidikan Aman Bencana per 9 Agustus 2018, total satuan pendidikan yang rusak mencapai 539 sekolah, tersebar di wilayah Lombok Utara, Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Barat, Mataram, dan Sumbawa. Hingga saat ini, sebanyak 22 ruang kelas tenda telah terpasang di Lombok Utara dan Lombok Timur.
"Sisanya segera dipasang. Sampai saat ini terdapat 61 tenda yang disiapkan untuk menjadi tempat belajar sementara para siswa. Dan 18 tenda sudah siap didirikan," jelas Minhajul.
Dari pendataan, kerusakan ruang kelas terparah (kategori berat) berada di wilayah Lombok Utara sebanyak 654 ruang kelas. Kerusakan terbanyak dialami satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar. Sebanyak 282 Sekolah Dasar (SD) dan 92 SMP terdampak gempa. Di jenjang pendidikan menengah, terdapat 48 Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 42 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) turut terdampak. Selain itu, enam Sekolah Luar Biasa (SLB) dan 69 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) mengalami kerusakan.
Siswa korban
Dari korban bencana gempa Lombok, terdata sebanyak 14 siswa meninggal dunia, sedangkan 56 orang siswa mengalami luka fisik tingkat sedang sampai berat; serta sebanyak 19 orang dirawat inap.
Selain itu, tercatat sebanyak 3.639 siswa dan guru mengungsi dan kegiatan belajar terganggu karena rusaknya fasilitas pendidikan dan terganggunya kondisi psikologis siswa dan pendidik.
Minhajul menjelaskan, saat ini fokus pos pendidikan pada penanganan psikososial anak, tenaga pendidik, dan tenaga kependidikan, pendirian ruang kelas tenda (kelas sementara), serta kampanye kembali belajar di sekolah. Selain itu, pos juga mendistribusikan berbagai bantuan untuk pemenuhan layanan dasar para korban terdampak gempa.
Kemendikbud, jelas Minhajul, bekerja sama dengan berbagai pihak dalam upaya penanganan pascabencana, khususnya psikososial. Di antaranya Yayasan Sayangi Tunas Cilik, Wahana Visi Indonesia, Plan International, Dompet Dhuafa, dan Kompak. Tim juga didukung Guru Garis Depan (GGD) dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Hamzanwadi.