Ibarat tubuh manusia, kota sebagai sebuah entitas membutuhkan organ-organ yang bekerja dengan baik agar bisa menyehatkan penduduknya. Peran hutan di kawasan urban menjadi penting. Tidak hanya sebagai obyek rekreasi, tetapi juga penyedia udara segar, sumber air dan memelihara kelangsungan hidup spesies tanaman yang semakin jarang ditemukan di alam liar.
Wilayah Kepong berjarak 16 kilometer dari pusat kota Kuala Lumpur, Malaysia, awalnya dikenal sebagai daerah suburban disesaki kawasan permukiman. Pusat-pusat perbelanjaan dengan lapangan parkir dijejali kendaraan juga banyak ditemui di wilayah itu. Akan tetapi, sepuluh menit berkendaraan dari mal, hutan urban milik Institut Penyelidikan Perhutanan Malaysia (FRIM) menunggu.
Udara segar dan hawa sejuk menyambut Kompas dan rombongan Asian Student Environment Platform 2018 ketika datang ke FRIM pada hari Jumat (4/8/2018). Pepohonan menghijau tumbuh tinggi bak menara karena tidak perlu takut terancam penebangan di lembaga milik pemerintah federal Malaysia ini. Sukar dipercaya ada hutan hujan tropis yang subur terletak begitu dekat dari salah satu kota tersibuk di Asia Tenggara.
"Total ada satu juta pohon dari 2.000 spesies tumbuh di sini," kata Farkhan Halil, pemandu FRIM, yang menemani rombongan mengelana hutan.
FRIM didirikan tahun 1926 oleh pemerintah kolonial Inggris yang pada masa itu menguasai Malaysia. Tujuannya sebagai pusat kajian hutan hujan tropis. Dulu, Direktur FRIM, FW Foxworthy memilih kawasan yang dulunya merupakan ladang serta pertambangan timah yang sudah ditelantarkan warga.
Foxworthy kemudian mengumpulkan bibit tumbuhan khas hutan hujan tropis Malaysia dan menanamnya di wilayah ini. Pada tahun 1929, wilayah ini resmi beroperasi sebagai pusat kajian sekaligus pengembangan berbagai jenis tanaman hutan hujan tropis, termasuk tanaman langka. Kini FRIM berada di bawah naungan Kementerian Sumber Aseli dan Alam Sekitar Malaysia dengan luas wilayah 545 hektar.
Pohon-pohon yang ditanam hampir satu abad lalu itu kini sudah menjulang dengan ketinggian hampir 30 meter. Puncak-puncak pohon bahkan membentuk kanopi dengan pelepasan (crown shyness), yakni ketika mahkota-mahkota pohon tidak saling bersentuhan dan meninggalkan celah selebar beberapa sentimeter.
"Hingga kini, selain tanaman yang dibiarkan tumbuh alami, secara rutin FRIM juga menanam sampel-sampel terbaru dari hutan," tutur Farkhan. Walhasil, FRIM merupakan paru-paru yang menyuplai oksigen ke kota-kota sekitar seperti Kuala Lumpur dan Putrajaya.
Tanggung Jawab Akademi
Menyediakan dan merawat paru-paru kota juga dilakukan Universiti Malaya. Perguruan tinggi ini memiliki Rimba Ilmu, lahan seluas 60 hektare di yang letaknya 4 kilometer di barat daya pusat kota Kuala Lumpur.
"Awalnya, Rimba Ilmu merupakan pusat penelitian tanaman untuk program-program studi di bawah ilmu hayati. Sekarang juga berfungsi sebagai tempat perlindungan tanaman langka sekaligus penyuplai oksigen untuk Kuala Lumpur," kata dosen senior ilmu botani Universiti Malaya Yong Kien Thai.
Tanaman yang ada mulai dari tanaman obat, bunga-bunga, hingga kayu keras.
Di hutan buatan itu terdapat spesies langka seperti tanaman daun payung (Johannesteijsmania magnifica) yang merupakan tanaman palem berdaun lebar seperti kipas yang hanya tumbuh di bawah bayang-bayangan pepohonan tinggi. Terdapat pula anggrek terbesar di Asia Tenggara, yaitu anggrek harimau (Grammatophyllum speciosum) yang terkenal dengan bunga kuning bergaris-garis coklat.