JAKARTA, KOMPAS – Pada tahun 2030, Indonesia akan mengalami masa puncak demografi dengan melimpahnya jumlah penduduk usia produktif. Hal ini menjadikan generasi muda saat ini sebagai aset negara yang perlu diperhatikan dalam hal pendidikan, sosial, dan kesehatan agar tujuan pembangunan berkelanjutan tercapai.
Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, mengatakan, penduduk usia produktif Indonesia pada tahun 2030 diprediksi berjumlah dua kali lebih besar dari usia tak produktif. Oleh sebab itu, perlu perhatian khusus pada generasi muda untuk mempersiapkan mereka jadi individu bermutu dan siap berkontribusi untuk bangsa.
Sebanyak 70 persen penduduk Indonesia pada tahun 2030 berusia 16-30 tahun. Hal ini dapat berpotensi memajukan Indonesia jika sejak dini hak dan kewajiban anak-anak dalam bidang kesehatan, pendidikan, sosial, dan bidang lain terpenuhi.
Stunting
“Kasus kesehatan khususnya stunting masih jadi soal utama menuju puncak demografi tahun 2030 dan Indonesia emas tahun 2045,” kata Jaleswari Pramodhawardani, Deputi V Bidang Kajian dan Pengelolaan Isu-isu Politik, Hukum, Pertahanan, Keamanan, dan HAM Strategis, Kantor Staf Presiden RI, dalam diskusi bertema tiga generasi berkolaborasi untuk RI yang digagas persatuan mahasiswa seluruh Amerika Serikat dan Indonesian Diaspora Network-United, di Jakarta, Sabtu (4/8/2018).
Kasus kesehatan khususnya stunting masih jadi soal utama menuju puncak demografi tahun 2030 dan Indonesia emas tahun 2045.
Stunting merupakan keadaan tinggi badan seseorang yang rendah dibandingkan umurnya. Kondisi ini disebabkan kekurangan gizi pada periode tumbuh kembang. Stunting pada anak dapat mengakibatkan status kesehatan yang buruk, yaitu meningkatnya risiko terjangkit penyakit tak menular dan kemampuan berpikir kognitif rendah. Stunting berdampak pada prestasi di usia pendidikan, serta menurunnya produktivitas pada usia bekerja.
Salah satu isi tujuan pembangunan berkelanjutan tahun 2015 hingga tahun 2030 yang di gagas Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah kesehatan dan kesejahteraan. Kesehatan merupakan dasar utama pencapaian tujuan yang lain. Hal ini bertolak belakang dengan fenomena stunting yang banyak ditemui, yaitu satu dari tiga bayi lahir di Indonesia mengalami stunting.
Menurut Pelaksana Proyek dan Petugas Komunikasi United Nations Development Programme (UNDP), Aghnia Dima, dalam 17 poin tujuan pembangunan berkelanjutan, kaum muda masuk di semua bagian. Karena itu, selain kesehatan, pendampingan dalam pendidikan dan kehidupan sosial penting dilakukan pada anak muda, agar mereka memiliki kapasitas berguna bagi bangsa.
“Anak muda sebagai aktor dan penggerak kemajuan bangsa, mereka harus dikembangkan agar potensi diri bisa keluar,” kata Aghnia.
Era Digital
Rudiantara mengatakan pada era digital banyak potensi dan peluang yang dapat dikembangkan untuk pembangunan bangsa. Kolaborasi antara teknologi informasi dengan berbagai sektor seperti kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya menunjang pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.
Menurutnya, pada tahun 2019 pemerintah menargetkan pemasangan saluran internet untuk semua kabupaten di Indonesia selesai, yaitu dengan kebijakan Palapa Ring. Hal ini bertujuan agar semua wilayah terkoneksi dan manfaat-manfaat dapat dirasakan masyarakat.
Rudiantara menambahkan, hadirnya internet dapat memacu generasi muda dari semua wilayah untuk mengembangkan bakat dan potensi diri dalam bidang teknologi informasi. Ia memberi contoh pembuatan perusahaan rintisan.
“Infrastruktur jaringan internet semakin lama semakin baik untuk semua wilayah, banyak potensi, anak muda jangan takut berkreasi,” ujar Rudiantara. (DIONISIA GUSDA PRIMADITA PUTRI)