JAKARTA, KOMPAS — Membacakan buku cerita secara nyaring kepada anak merupakan salah satu cara orangtua untuk menumbuhkan minat membaca anak. Dengan membacakan buku cerita secara nyaring, orangtua juga bisa lebih dekat dengan anak. Namun, saat ini jumlah buku bacaan untuk anak di Indonesia jarang ditemui.
Roosie Setiawan, founder dari Reading Bugs yang memperkenalkan membaca nyaring (read a loud), mengatakan, penting bagi orangtua membacakan nyaring buku cerita kepada anak. Orangtua juga harus mengajak anak berinteraksi aktif.
”Anak bisa memadukan gambar dalam buku, teks, dan suara dari si pencerita sehingga anak menjadi lebih paham isi buku tersebut. Jangan terlalu terburu-buru menuntut anak bisa membaca. Biarkan anak bertanya,” kata Roosie di Jakarta, Sabtu (4/8/2018).
Roosie mencontohkan cara membacakan buku secara nyaring kepada anak dalam peluncuran buku Susan Bachtiar yang berjudul Tristan The Traveller di Siku Dharmawangsa, Jakarta. Pada momen itu Roosie secara aktif memancing anak untuk bertanya dan berkomentar, misalnya saat ia menanyakan siapa di antara anak-anak dalam acara itu yang pernah naik pesawat.
Beberapa anak aktif mengacungkan jari sambil berteriak dengan riang. Sejumlah anak juga memperhatikan dengan saksama cerita dari Roosie hingga halaman terakhir selesai dibacakan.
Dengan membacakan buku secara nyaring, anak bisa memahami lima unsur dalam membaca bagi anak. Hal itu yang bisa menumbuhkan minat membaca bagi anak. Bahkan, sejak anak dalam kandungan pada trisemester terakhir sudah bisa dibacakan buku cerita secara nyaring.
”Anak yang dibacakan buku cerita secara nyaring mampu memenuhi lima unsur membaca, yaitu pengetahuan abjad, kesadaran bunyi, kosakata, kelancaran membaca, dan pemahaman,” kata Roosie.
Menurut Roosie, dengan membacakan buku cerita kepada anak secara lantang, orangtua juga bisa lebih dekat dengan anak. Idealnya, anak harus mendapat cerita dari ibu dan ayah agar mereka mengenal figur suara feminin dan maskulin. Sayangnya, saat ini belum banyak buku bacaan untuk anak yang dijual di pasaran.
”Gerakan Nasional Orangtua Membaca Buku 2018 sudah digerakkan pemerintah. Suatu gerakan literasi keluarga untuk mempererat hubungan emosi orangtua dan anak. Namun, saat ini ketersediaan buku masih kurang, terlebih yang sesuai dengan tingkat umur anak,” ungkap Roosie.
Cerita liburan
Keperihatinan mengenai minimnya ketersediaan buku bacaan pada anak membuat Susan Bachtiar menyusun satu buku anak-anak bersama Tommy Thomdean sebagai ilustrator. Buku itu bercerita tentang perjalanan anaknya saat berlibur ke Belanda.
”Sekarang ini tidak banyak buku cerita anak, terlebih yang bercerita tentang kisah liburan anak. Buku ini bertujuan untuk menceritakan bahwa ada tempat-tempat wisata yang ramah anak,” kata Susan.
Menurut Susan, buku ini bukan merupakan satu-satunya buku tentang liburan Tristan yang ia susun. Menurut rencana, buku ini akan diterbitkan secara serial.
”Tristan bisa belajar secara langsung saat kami ajak liburan ke Belanda, Bali, Yogyakarta, atau lainnya. Seperti bagaimana ia memerah sapi di Belanda atau bersepeda di wilayah pedesaan Yogyakarta. Jadi orangtua harus bisa mengajak anak berwisata ke tempat wisata yang ramah anak,” kata Susan.
Xochitl Priscilla, musisi yang akrab dipanggil Fla Tofu, juga turut hadir dalam acara peluncuran buku Tristan The Traveller. Menurut dia, buku tersebut sangat berguna untuk memberikan kosakata baru bagi anaknya.
”Saya sudah coba bacakan kepada anak saya. Dia aktif menanyakan kata yang belum dia tahu,” ungkapnya.