DENPASAR, BALI-Berulang ulang paduan suara Indonesia berhasil menyabet penghargaan di sejumlah panggung festival internasional. Salah satu yang menjadi daya tarik adalah kekhasan budaya yang turut disuguhkan di dalamnya.
Upaya menampilkan keunikan budaya lokal juga dilakukan paduan suara-paduan suara asal Indonesia yang tampil dalam Bali International Choir Festival (BICF) 2018 di Denpasar, Bali. Pada hari pertama festival, untuk kategori Scenic Foklore, beberapa paduan suara asal Indonesia, seperti Maranatha Choir Oransbari dari Manokwari, Barana Choir dari Toraja Utara, dan The Evangelist Children Choir dari Timika tampil optimal dengan keunikan budaya lokal mereka.
Maranatha Choir Oransbari misalnya, mengawali penampilan dengan semacam happening art perang suku yang berujung pada kematian salah satu warga. Namun, kedua suku yang bertikai itu kemudian berdamai, mereka kemudian menyanyi bersama membawakan lagu daerah Papua.
Sementara itu, Barana Choir mengawali pentas dengan meneriakkan mangaru, sebuah pekikan khas Toraja. Mereka beriringan menuju mimbar panggung sembari diiringi tabuhan gendang Toraja.
“Paduan suara Indonesia sangat unik dari sisi koreografi, kostum, dan penampilan. Kekhasan budaya Indonesia yang sangat beragam menjadi daya tarik sendiri bagi Indonesia,” kata TJ Harper salah satu juri BICF 2018 dari Amerika Serikat yang juga Board Member International Federation for Choral Music (IFCM), Rabu (25/7/2018) di Denpasar, Bali.
Maria Guinand, juri asal Venezuela yang juga mantan Board Member IFCM menambahkan, dalam 20 tahun terakhir banyak bermunculan paduan-paduan suara berkualitas dari Indonesia. Mereka muncul dalam peta paduan suara dunia karena memiliki kekhasan budaya dan musik.
“Paduan-paduan suara Indonesia menonjol karena pendidikan dan kemampuan mereka menggali kekayaan budaya serta musik lokal,” paparnya.
Punya Keluwesan
Pakar paduan suara asal Bali Andreas Sugeng menambahkan, paduan suara Indonesia mempunyai keluwesan dan kekhasan tersendiri. “Dalam festival-festival tingkat internasional, aspek lokalitas sebuah paduan suara mesti dikenali dan Indonesia sangat memiliki keluwesan dan kekhasan karena kita mempunyai banyak keunikan budaya,” kata salah satu juri BICF 2018 tersebut.
Total ada 16 ahli paduan suara dunia yang didatangkan pada perhelatan BICF 2018. Setidaknya ada empat kriteria penjurian terhadap 146 paduan suara yang ikut dalam festival ini, meliputi intonasi suara, kualitas suara, sisi artistik, dan penampilan keseluruhan paduan suara.
Menurut Andreas, hal pertama yang dinilai adalah sisi teknik, bagaimana kebersihan suara, intonasi, dan bidikan nada mereka. Berikutnya, produksi suara mereka mesti bersih. Ada kekuatan suara tetapi juga keseimbangan suara yang sama. Kemudian, bagaimana lagu dibawakan sesuai dengan misi dari lagu tersebut juga menjadi pertimbangan penilaian sebelum akhirnya para juri menilai penampilan secara keseluruhan dari paduan suara-paduan suara.
Andreas sendiri telah terlibat dalam BICF pertama hingga ketujuh tahun ini. “Benih yang telah ditanam sejak tujuh tahun lalu sudah kokoh berakar. Karena itu, benih ini perlu terus-menerus dirawat dan dikembangkan agar kualitasnya terus meningkat,” tambahnya.
Pada hari pertama penyelenggaraan BICF 2018, lebih dari 130 paduan suara tampil di tiga panggung terpisah. Mereka tampil dalam beberapa kategori, seperti Show Choir, Pop & Jazz, Children’s Choir, Female Choir, Senior Choir, Acapella, Mixed Choir, Mixed Youth, Music of Religions, dan Scenic Folklore.
Selain melibatkan lebih dari 5000 penyanyi dan 2000an kru paduan suara, BICF 2018 juga dibanjiri penonton yang ingin menyaksikan penampilan ratusan paduan suara dari dalam dan luar negeri. Pada pukul 19.00, beberapa paduan suara dari Indonesia, Lithuania dan Malaysia tampil dalam Friendship Concert yang khusus dibuka gratis untuk umum.
Beberapa paduan suara yang tampil dalam konser Friendship Concert, antara lain Children’s Choir Ugnele dari Lituania, El Coro Ensemble dari Malaysia, dan Sanctus Eilift Choir dari Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia.
Penampilan Children’s Choir Ugnele dari Lithuania sangat unik karena mereka menyanyikan salah satu komposisi lagu dari Batak sambil menari khas Batak. Kelompok paduan suara ini mendapatkan kiriman partitur dari Presiden Direktur Bandung Choral Society sekaligus Direktur Artistik BICF 2018, Tommyanto Kandisaputra lalu berlatih sendiri dan menyanyikannya di acara BICF 2018 di Denpasar, Bali.
Sementara itu, paduan suara anak-anak Sanctus Eilift Choir dengan kostum khas Jawa menyanyikan lagu daerah Jawa, Gundul-Gundul Pacul. Penampilan mereka sangat menghibur dengan koreografi penuh humor.
Tahun ini, ada 16 kategori yang dimainkan dalam BICF 2018. Kategori-kategori yang ada dalam BICF 2018 kali ini memang sangat bervariasi, mulai dari paduan-paduan suara yang akan menggali kekayaan budaya abad ke-16 hingga abad ke-17 sampai dengan mereka yang akan memainkan komposisi-komposisi kekinian.