JAKARTA, KOMPAS – Tidak ayat Alquran yang menganjurkan umat Islam untuk melakukan kekerasan. Pada dasarnya, Islam adalah agama yang terbuka pada perbedaan. Hal itu perlu disadari kembali oleh umat Islam di Indonesia agar kritis terhadap pemaknaan ayat-ayat Alquran yang keliru.
"Perbedaan bukanlah halangan bagi umat beragama untuk berbuat kebaikan," kata ulama dan cendekiawan Islam Alwi Abdurrahman Shihab saat Bincang-bincang Islam Inklusif yang diselenggarakan Komunitas Kita Cinta Indonesia (KCI) di Apartemen Eksekutif Menteng, Sabtu (21/7/2018). Ia menilai, orang Indonesia seharusnya memahami bahwa perbedaan tersebut telah lama melahirkan kebaikan berupa persatuan Indonesia.
Inisiator Komunitas KCI, Wustari Mangundjaja, mengatakan, sejumlah kasus terorisme yang terjadi belakangan ini telah melukai persatuan Indonesia. Ia menilai, kini masyarakat Indonesia membutuhkan pandangan pemuka agama yang obyektif dalam menyikapi peristiwa tersebut.
“Meskipun berbeda, kita ini sama-sama mencintai Indonesia, kalau ada yang mencederai persatuan Indonesia itu berarti melukai kita semua,” kata Alwi. Oleh karena itu, ia mengajak umat Islam agar memandang saudara yang berbeda agama sebagai ahlul kitab.
“Dalam Alquran dijelaskan bahwa semua umat beragama yang memiliki kitab suci adalah keluarga,” kata Alwi. Kesamaan yang lain, tidak ada satu pun agama yang menganjurkan umatnya melakukan kekerasan terhadap orang lain.
Alwi meyakini jika ada pemuka agama yang menganjurkan tindak kekerasan hal itu bukan dikarenakan oleh ajaran agama tersebut. Yang mungkin terjadi adalah ia terpengaruh kondisi lingkungan saat mengeluarkan fatwa yang pada akhirnya justru bertentangan dengan ajaran agamanya.
“Yang marak terjadi di Indonesia adalah umat yang kurang pengetahuan mudah mengambil apa saja yang disampaikan oleh pemuka agama,” kata Alwi. Hal inilah rawan membuat masyarakat jatuh pada paham radikalisme karena mereka hanya mengikuti apa kata pemuka agama tanpa tahu yang sebenarnya tertulis di kitab suci.
Untuk itu Alwi menegaskan perlunya para ulama moderat untuk meluruskan tafsir melenceng tersebut. “Islam moderat atau wasatiyyah sebenarnya hanyalah label untuk menjelaskan bahwa Islam itu terbuka pada perbedaan pandangan,” kata Alwi.
Umat Islam sebagai warga Negara Indonesia seharusnya berlomba berbuat kebaikan agar semakin memajukan bangsa. Alwi meyakini bahwa bangsa yang maju adalah bangsa yang toleran terhadap perbedaan.
Pendidikan kebangsaan
Salah satu sutradara film "Lima" Lola Amaria, menilai, tindak intoleransi di Indonesia tidak hanya menunjukkan kemunduran multikulturalisme di Indonesia, melainkan juga mencerminkan rendahnya pendidikan masyarakat Indonesia yang mudah terpengaruh paham radikalisme.
"Pendidikan kebangsaan harus diperkenalkan sedini mungkin pada anak-anak di Indonesia agar mereka memiliki bekal menangkal paham radikalisme," ujar Lola.
Alwi menambahkan, “Dalam Sejarah Islam, Dinasti Abbasiyah yang terkenal maju adalah dinasti yang toleran terhadap perbedaan.” Pada masa itu kebudayaan Yunani diterjemahkan, dan masyarakat yang beragama lain diberi tempat di pemerintahan.
Selain itu Alwi juga menyarankan para ulama agar menempatkan kutipan ayat Alquran pada konteks yang sesuai. “Jangan gunakan ayat-ayat perang pada masa damai,” kata Alwi. Ia juga menegaskan tidak ada ayat dalam Alquran yang menganjurkan umat Islam untuk memerangi umat beragama lainnya.
“Nabi Muhammad mengatakan agama Islam diturunkan agar menjadi rahmat bagi seluruh umat manusia,” ucap Alwi. Oleh karena itu, Alwi menyarankan umat Islam agar kritis terhadap pemuka agama yang menafsirkan ayat Alquran untuk menganjurkan kekerasan. (PANDU WIYOGA)