Kampanye Pengurangan Pemakaian Kantong Plastik di Pasar Tradisional
Oleh
E05
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS—Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk pertama kalinya mengampanyekan gerakan pengurangan penggunaan kantong plastik di pasar tradisional. Kampanye itu bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat agar mengurangi pemakaian kantong plastik demi mengatasi persoalan sampah plastik di Tanah Air.
Hingga saat ini, sampah plastik terus mencemari laut Indonesia. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat, secara nasional, timbulan sampah di laut 1,2 juta ton, 41 persennya atau 490.000 ton ialah sampah plastik.
Untuk itu Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK berkampanye pengurangan penggunaan kantong plastik di tiga pasar tradisional di Jakarta, Jumat (20/7/2018). Tiga pasar itu ialah Pasar Santa, Pasar Tebet, dan Pasar Jambul.
Para staf Ditjen PPKL mengenakan kaos bertuliskan "Kendalikan Sampah Plastik" sambil membagikan 2.000 tas belanja berbahan purun atau sejenis rumput dan mengedukasi para pembeli.
Direktur Jenderal PPKL KLHK MR Karliansyah mengatakan pembagian tas belanja ini bertujuan mengedukasi dan mengubah perilaku masyarakat agar tak lagi memakai kantong plastik untuk berbelanja. “Kampanye ke pasar tradisional ini baru pertama kali kami lakukan,” kata Karliansyah.
Kampanye ke pasar tradisional ini baru pertama kali kami lakukan.
Pada pagi hari sekitar pukul 08.30, Pasar Santa di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan dipadati oleh para perempuan yang berbelanja. Ada yang sudah membawa keranjang atau tas belanja sendiri. Namun, ada juga yang masih memanfaatkan kantong plastik dari penjual.
Para staf dari Direktorat Jenderal PPKL pun turut meramaikan pasar. Mereka menggunakan kaos bertuliskan "Kendalikan Sampah Plastik" di bagian belakang sambil membagikan tas belanja dan mengedukasi para pembeli. Tas belanja yang dibagikan merupakan hasil karya masyarakat Kalimantan Selatan yang terbuat dari purun atau sejenis rumput.
Direktur Jenderal PPKL KLHK MR Karliansyah mengatakan, pembagian tas belanja ini bertujuan mengedukasi dan mengubah perilaku masyarakat. Harapannya, para pembeli tidak lagi memakai kantong plastik untuk berbelanja. “Kampanye ke pasar tradisional ini baru pertama kali kami lakukan. Nanti kami evaluasi hasil kampanye ini. Kami akan terus berkampanye sampai terlihat ada perubahan perilaku masyarakat,” ujarnya.
“Kalau dulu saya waktu kecil, belanja pakai ini, kotor dicuci, besoknya bisa dipakai lagi. Harganya satu tas paling sekitar Rp 3.000 hingga Rp 4.500 tapi bisa dipakai bertahun-tahun. Jadi, saya berharap masyarakat juga dapat menggunakannya,” kata Karliansyah.
Pembagian tas belanja dilakukan untuk memperingati Hari Lingkungan Hidup (HLH) Sedunia dan rangkaian Pekan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia tahun 2018. Hal itu selaras dengan tema HLH 2018 yang diberikan oleh United Nations Environment Programme (UNEP), "Kendalikan Sampah Plastik".
Pengelola Pasar
Kepala Pasar Santa, Kebayoran Baru, Ahmad Subhan, mengatakan para pembeli yang datang ke pasar ini, kebanyakan sudah membawa sendiri tas belanjanya. Kebiasaan ini terlihat sejak 2015. Hal ini membuat penggunaan kantong plastik berkurang.
Selain itu, sampah yang dihasilkan setiap harinya telah diolah dengan baik sejak lima tahun lalu. Menurut Subhan, sampah yang ada akan dipilah terlebih dahulu sebelum dikirim ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Bekasi.
"Kami memiliki bank sampah dan tempat pengolahan kompos. Setelah sampah terkumpul, petugas kebersihan akan memilah sampahnya. Sampah plastik akan dijual ke pengepul, sementara sampah organik akan diolah menjadi pupuk kompos," kata Subhan.
Setiap harinya, sampah yang dihasilkan di Pasar Santa mencapai sekitar satu kontainer atau 10 ton. Melalui pemilahan dan pengolahan ini, sampah yang dikirim ke TPST Bantar Gebang dapat berkurang sekitar dua ton per harinya.
"Saya ingin mengubah pandangan masyarakat terhadap pasar tradisional. Selama ini kan terkesan jorok dan kumuh, saya berharap dengan menjaga kebersihan, pasar tradisional dapat menjadi tempat wisata belanja yang menarik," kata Subhan.
Masyarakat
Mamas (28), pembeli, mengungkapkan, dirinya sudah setahun ini membawa tas belanja sendiri, karena kepeduliannya pada lingkungan. "Saya pakai kantong plastik paling hanya untuk beli ikan. Kalau sayuran langsung masukin ke tas. Kantong plastik kan enggak baik juga buat lingkungan," katanya.
Yayu (60), mengatakan senang mendapat tas belanja dari kegiatan kampanye ini. Selama ini ia masih menggunakan kantong plastik saat belanja. "Sekarang saya sudah punya tas belanja. Lebih enak juga sebenarnya kalau pakai tas, jadi enggak banyak jinjingan," ucapnya.
Dukungan pun diberikan sejumlah penjual. Supartini (53), penjual sayur, mengatakan, memang seharusnya para pembeli itu membawa tas belanja sendiri. "Kalau para pembeli bawa tas belanja, kami jadi enggak perlu sediain kantong plastik. Pengeluaran juga jadi berkurang," tuturnya. (SHARON PATRICIA)