JAKARTA, KOMPAS – Tim Muhibah Angklung dari Paguyuban Pasundan, Bandung meraih juara umum pada ajang 13th International of Youth Festival of Arts di Sozopol, Bulgaria, 10-15 Juli 2018. Festival tersebut menampilkan kesenian seperti tari, musik, dan teater dari berbagai negara. Tim Muhibah Angklung menampilkan kesenian angklung berpadu tarian tradisional pada kategori folklore instrument.
Ketua Tim Muhibah Angklung Paguyuban Pasundan, Maulana Muhammad Syuhada, saat dihubungi dari Jakarta, mengatakan, Tim Muhibah Angklung yang mewakili Indonesia dalam ajang tersebut, berhasil mengalahkan beberapa negara yang sebagian besar berasal dari Eropa Timur. Lebih kurang ada sekitar 2.000 peserta dari 15 negara yang mengikuti festival tersebut.
“Kami berhasil meraih grand prix atau juara umum pada festival ini. Negara-negara yang mengikuti festival kebanyakan dari Eropa Timur, seperti Slovakia dan Republik Ceko,” kata Maulana, Kamis (19/7/2018).
Tim Muhibah Angklung membawakan instrumen angklung dari 4 daerah di Indonesia selama 20 menit. Lagu Lalayaran dari Sunda dijadikan sebagai pembuka dalam pementasan. Dilanjutkan dengan Jali-jali dari Betawi yang mewakili kesenian dari Jakarta sebagai Ibukota Indonesia.
Lagu Badindin dari Sumatera Barat dan Yamko Rambe Yamko dari Papua ditampilkan untuk mewakili keberagaman Indonesia. Seluruh instrumen lagu daerah tersebut dipadukan dengan tarian tradisional masing-masing daerah.
Seluruh instrumen lagu daerah tersebut dipadukan dengan tarian tradisional masing-masing daerah.
Maulana menambahkan, berdasarkan peraturan panitia, 70 persen peserta harus berusia 19 tahun ke bawah. Tim Muhibah Angklung terdiri dari 30 peserta dan 6 pendamping. Adapun mereka berasal dari 16 SMA dan 4 perguruan tinggi.
“Sesuai ketentuan panitia, sebanyak 25 peserta berusia 19 tahun ke bawah,” ungkap Maulana.
Dana terbatas
Keberhasilan ini, menurut Maulana, merupakan hasil kerja keras peserta selama lebih kurang 1 tahun. Beberapa tantangan juga dihadapi untuk bisa menampilkan karya seni Indonesia di festival tingkat internasional.
“Tim sudah berlatih sejak Mei 2017. Karena peserta berasal dari sekolah yang berbeda-beda, kami kesulitan menyusun jadwal latihan. Selain itu, keterbatasan dana juga menjadi salah satu tantangannya. Salah satu sponsor sempat membatalkan perjanjian 1 minggu menjelang keberangkatan,” ungkap Maulana.
Dia mengatakan sudah berupaya mengajukan bantuan ke instansi pemerintah baik di pusat maupun di daerah, tetapi tidak membuahkan hasil. Akhirnya tim berangkat dengan biaya seadanya. Sempat menumpang ke beberapa rumah warga Indonesia dan KBRI di beberapa negara. Di Bulgaria, mereka menginap di di KBRI Sofia. Di Sofia, mereka juga mengamen untuk mendapatkan tambahan biaya.
Akhirnya tim berangkat dengan biaya seadanya. Di Sofia, mereka juga mengamen untuk mendapatkan tambahan biaya.
International Youth Festival of Arts (IYFA) “Muzite” atau “Sang pencipta” ke-13 di Sozopol, Bulgaria merupakan festival kedua yang diikuti Tim Muhibah Angklung. Sebelumnya, mereka juga mengikuti 59th International Folklore Festival of Nasreddin Hodja di Aksehir, Turki, pada 4 - 10 Juli 2018.
Setelah ini, tim juga akan bertolak ke Visoko, Sarajevo, Bosnia dan Herzegovina, untuk mengikuti International Music & Folk - Dance festival “Summer in Visoko” pada 20 - 25 Juli 2018. Namun, kedua festival tersebut merupakan festival non-kompetisi. (FAJAR RAMADHAN)