JAKARTA, KOMPAS — Sekolah mengisi Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah untuk menyosialisasikan pendidikan karakter kepada siswa baru. Hal ini diharapkan akan mengembangkan siswa untuk memiliki rasa belas kasih, kompetensi, daya juang, kepekaan sosial, dan juga kreativitas.
Untuk menanamkan nilai-nilai itu, di SMA Tarakanita 1 Jakarta, misalnya, siswi baru ddikenalkan pada kebiasaan yang dihidupi di sekolah tersebut. Salah satu contohnya, siswi diajak untuk memahami budaya di lingkungan sekolah khusus perempuan itu melalui perkenalan dengan kakak kelas.
"Pengurus OSIS dilibatkan dalam MPLS di bawah pengawasan guru sebagai pelaksana kegiatan," kata Kepala SMA Tarakanita 1 Jakarta Suster Pauletta, Jumat (13/7/2018).
Pelaksanaan MPLS ini sesuai Peraturan Menteri Nomor 18 Tahun 2016 pemerintah yang menghapuskan masa orientasi siswa (MOS) dan menggantinya dengan MPLS. Berbeda dengan MOS, MPLS harus dilaksanakan di lingkungan sekolah dan dikelola sepenuhnya oleh guru.
Sekolah dituntut untuk melaksanakan masa pengenalan siswa baru lewat kegiatan yang edukatif dan kreatif. Harapannya lewat kegiatan yang menyenangkan, siswa akan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan baru.
Sambutan hangat
Pelaksanaan MPLS di SMA Tarakanita 1 Jakarta diselenggarakan dalam suasana akrab. Siswa yang menjadi panitia MPLS memperlihatkan sikap yang ramah kepada para siswa baru.
Siswi baru kelas X IPS SMA Tarakanita 1 Jakarta, Chesya Angeline Mangera (14), mengaku terkejut dengan sambutan kakak kelas yang hangat. “Sebelum kenal, aku kira mereka itu orangnya serem-serem, tapi pas MPLS kemarin, aku jadi tahu kalau kakak kelas itu baik banget dan bakal bantuin kami biar nyaman di lingkungan baru,” ujar Chesya.
Senada dengan Chesya, siswi baru kelas X IPA Amanda Penelope (14) menyatakan kebahagiaanya ketika mengikuti MPLS. “Enggak pernah kebayang akan seseru itu, aku ngrasa bersyukur banget karena lewat MPLS itu aku jadi cepat beradaptasi dengan lingkungan baru,” tutur Amanda.
Saat mengikuti MPLS, siswi baru di SMA Tarakanita 1 dibagi dalam sejumlah kelompok yang beranggotakan 15-18 orang. Lewat kebersamaan dalam kelompok itu mereka berusaha melatih kerja sama dan kepedulian pada rekan satu tim.
“Aku paling senang waktu sesi debat, temanya menarik dan memantik kami untuk percaya diri saat berekspresi dan menyatakan pendapat,” kata Chesya. Saat itu, ia merasa pengetahuan umum yang dimilikinya dapat digunakan dalam mencari solusi terhadap isu sosial yang dijadikan tema debat.
Kali ini, Amanda berbeda pendapat dengan Chesya. Bagi Amanda, sesi yang paling menarik saat ia mengikuti MPLS adalah pendidikan seksualitas. “Baru kali ini aku dapat pendidikan seksualitas yang lengkap dan mendalam,” ucap Amanda.
Model pendidikan sekolah khusus perempuan sama-sama menjadi suatu hal baru bagi kedua siswi baru itu. Namun, model pendidikan itu justru dirasa keduanya membuat mereka lebih cepat akrab dengan teman-teman baru.
“Mungkin karena enggak ada cowok jadi kami enggak usah malu-malu waktu kenalan satu sama lain,” ujar Chesya disambut gelak tawa Amanda. Cerita kedua siswi itu membuktikan bahwa masa pengenalan lingkungan sekolah tak harus menakutkan, justru lewat cara-cara yang menyenangkan siswa akan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan belajar baru.