JAKARTA, KOMPAS — Kerja sama internasional di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan upaya untuk meningkatkan alih teknologi dari negara-negara lain serta meningkatkan partisipasi kehidupan masyarakat ilmiah internasional. Karena itu, kolaborasi riset dengan pihak asing yang bermitra dengan instusi di Indonesia terus didorong.
Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Dimyati di Jakarta, Jumat (6/7/2018) mengatakan, Indonesia memiliki daya tarik bagi peneliti asing dalam berbagai bidang, terutama bio-diversitas. "Indonesia bagaikan gadis yang sangat cantik dan dilirik banyak orang. Kita harus terbuka tetapi hati-hati," ujar Dimyati.
Karena itu, dalam mendorong kerja sama dengan pihak aaing, peran mitra kerja sangat strategis karena selain sebagai pelaku kerja sama, juga berperan sebagai agen transfer iptek. Dimyati mengatakan kompetensi dari mitra kerja haruslah setara dengan pihak asing agar tidak terjadi kesenjangan dalam bidang keilmuan.
Di acara Rapat Koordinasi Nasional Mitra Kerja Peneliti Asing, Kemristek dan Dikti menyerahkan penghargaan pada institusi di Indonesia yang memiliki kinerja baik dalam kerja sama riset dan teknologi dengan internasional. Di kategori lembaga penelitian dan pengembngan, penghargaan diserahkan pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Pusat Arkeologi Nasional (Arkenas). Adapun di kategori perguruan tinggi, penghargaan diberikan pada Institut Pertanian Bogor, Universitas Riau, dan Universitas Nasional. Adapula penghargaan kategori penulis.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir mengatakan dengan diberikan penghargaan ini, diharapkan agar mitra kerja lainnya dapat terpacu untuk meningkatkan kualitas. Peluang kerja sama iptek internasional perlu dimandaatkan untuk meningkatkan posisi tawar dalam pembagian manfaat yang adil dan layak.
Perwakilan lembaga mitra kerja mendeklarasikan Forum Komunikasi Mitra Kerja Riset Internasional. Tujuannya guna menghimpun, mewadahi, memperjuangkan kepetingan anggota – anggota organisasi dalam rangka meningkatkan pembangunan kapasitas lembaga mitra kerja dan mengoptimalkan produktivitas kekayaan intelektual yang dihasilkan sebagai keluaran kerja sama riset internasional.
Dimyati mengatakan tantangan dalam kerja sama penelitian internasional yang sering dihadapi oleh para mitra kerja peneliti asing, di antaranya masih kurangnya pemahaman terhadap regulasi dan dokumen kerjasama, seperti Memorandum of Understanding (MoU), Implementing Arrangement, dan Material Transfer Agreement. Akibat dari kekurangpemahaman tersebut, tidak sedikit peneliti asing yang menilai izin penelitian asing di Indonesia sulit. "Dengan dideklarasikannya Forum Komunikasi Mitra Kerja Riset Internasional oleh perwakilan lembaga mitra kerja, diharapkan dapat mengatasi permasalahan dan tantangan yang muncul di masa yang akan datang.” kata Dimyati.