Disrupsi Teknologi Memengaruhi Musik
JAKARTA, KOMPAS— Dirupsi teknologi telah mengubah berbagai sektor kehidupan manusia, tidak terkecuali musik. Jika sebelumnya karya musisi bisa dinikmati dalam bentuk fisik seperti kaset atau compact disk, penikmat musik kini lebih dimudahkan dengan adanya musik streaming.
Selain itu, disrupsi teknologi juga telah memengaruhi masa depan profesi di industri musik. Kemajuan teknologi telah memperluas ragam profesi di industri musik. Profesi tersebut antara lain, penata suara, produser musik, audio engineer, live engineer, dan recording engineer. Dalam proses rekaman musik pun menjadi lebih mudah dengan adanya rekaman digital.
Disrupsi teknologi juga telah memengaruhi masa depan profesi di industri musik. Kemajuan teknologi telah memperluas ragam profesi di industri musik.
Pendiri Yayasan Musik Jakarta (YMJ) Kuei Pin Yeo, menuturkan, melalui rekaman digital proses rekaman bisa lebih mudah. Dengan memanfaatkan sistem komputasi dari perangkat lunak, harmonisasi alat musik bisa dilakukan terpisah, bahkan bisa dibuat lebih jernih dari suara alat musik sebenernarnya.
“Tetapi harus ada teknik yang tepat dan dipelajari secara profesional,” ujarnya di sela-sela Mega Concert bertajuk “The New Sound of YMJ” di Jakarta, Sabtu (9/6/2018).
Mega Concert ini sekaligus menjadi momentum 35 tahun berdirinya YMJ. Setidaknya ada 88 siswa yang turut terlibat dalam konser ini. Mereka merupakan pelajar yang tergabung di Sekolah Musik Jakarta, SMK Musik, dan Sekolah Tinggi Internasional Konservatori Musik Indonesia. Ketiga sekolah ini dinangui oleh YMJ.
Pendidikan musik digital
Melihat potensi musik digital yang cukup besar di masa depan, Kuei Pin pun menginisiasi pendidikan khusus musik digital di Sekolah Tinggi Internasional Konservatori Musik Indonesia YMJ. Pendidikan ini merupakan bentuk kerja sama dengan United Pop di Eropa. Kelas pertama untuk pendidikan ini akan dibuka mulai Januari 2019.
“Kita tidak bisa pungkiri masa depan musik akan dipengaruhi oleh digital. Musik pun harus mengikuti tren terbaru agar selalu bisa dinikmati sesuai zamannya, tetapi tetap berdasarkan teknik yang tepat,” katanya.
Kuei menjelaskan, dalam kelas musik digital semua siswa tetap memelajari semua jenis musik, termasuk musik klasik dan pop. Siswa akan mendapatkan pendidikan untuk memproduksi musik elektronik, bekerja memproduksi musik dengan perangkat lunak, belajar di studio profesional, membuat keselarasan hasil akhir suara, mengaransemen musik, serta menulis musik melalui bantuan digital.
Dalam kelas musik digital semua siswa tetap memelajari semua jenis musik, termasuk musik klasik dan pop.
Yosua Albert Simanjuntak (16), siswa SMK Musik YMJ mengakui, mengaransemen lagu dengan perpaduan musik klasik dan populer dengan memanfaatkan media digital tidak mudah. Meskipun begitu, ia berhasil menampilkan hasil aransemen musik digitalnya dari lagu “All Good” dalam Mega Concert kali itu.
“Ini merupakan pengalaman pertama saya. Memang tidak mudah untuk menggabungkan musik digital yang sifat suaranya sudah tetap dengan alat musik yang dimainkan langsung saat pementasan. Namun, jika dipelajari dengan baik dan tekun berlatih, harmonisasi musik yang dihasilkan bisa indah didengarkan,” katanya.
Menurut Kuei, digitalisasi musik bisa membuat musik lebih universal. Selain itu, musik bisa dimainkan secara bersama dari berbagai negara. “The new technology akan lebih mempersatukan kita melalui musik. Tidak heran jika nanti pemain orkestra merupakan gabungan dari berbagai negara. Misalnya, pemain alat musik string (senar) berada di negara Eropa dan alat musik tiup ada di Indonesia. Dengan teknologi semua bisa bermain bersama secara langsung,” ujarnya.