JAKARTA, KOMPAS — Gerakan antikekerasan terhadap perempuan dan anak harus disuarakan semua pihak dengan berbagai cara, termasuk melalui pertunjukan musik. Melalui musik, kampanye melawan dan menghentikan kekerasan terhadap perempuan dan anak akan lebih mudah diterima masyarakat, terutama di kalangan anak muda.
”Kekerasan bisa menimpa siapa saja. Bahkan, kekerasan seksual saat ini mengancam perempuan dan anak-anak. Ayo, anak-anak muda dengarkan dan kenali jenis-jenis kekerasan seksual di sekitar kita karena kekerasan seksual justru terjadi di sekitar kita, pelakunya orang-orang yang kita kenal,” tutur M
Berkah Gamulya, pemain musik dan manager grup musik Sisters in Danger saat tampil dalam sesi diskusi musikal, di Gedung Menza, Jakarta, Jumat (25/5/2018).
Model kampanye melalui diskusi musikal ditampilkan Sisters In Danger (grup musik yang aktif membawakan lagu-lagu berisi pesan-pesan kesetaraan jender dan antikekerasan terhadap perempuan dan anak) pada acara ”Aksi Kreatif Orang Muda dalam Membangun Ketahanan Kota yang Berpusat pada Anak dan
Orang Muda” yang pesertanya anak-anak muda.
Sisters in Danger yang pernah menerima Most Popular Award dari The United Nations Entity for Gender Equality and the Empowerment of Women menampilkan lagu-lagu yang sarat pesan kemanusiaan dan kesetaraan jender. Sebelum membawakan lagu, Sisters in Danger menyampaikan materi-materi,
isu perkawinan anak dan isu disabilitas, yang diakhiri diskusi.
Cegah perkawinan anak
”Jangan ikut-ikutan dengan anjuran kawin cepat. Kalau masih remaja, waktunya belajar. Ingat tubuh dan mental kalian belum siap menjadi istri atau suami, apalagi memiliki anak,” ujar Gamulya.
Program Aksi OrangMuda untuk Ketangguhan Kota dilakukan oleh mitra-mitra Yayasan Plan International Indonesia untuk meningkatkan kapasitas anak muda dalam bidang kebencanaan, advokasi, serta pengembangan ekonomi, termasuk di antaranya soal pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak. ”Isu di Jakarta tak hanya bencana alam, tetapi juga kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak,” ujar Ida Ngurah dari Plan Internasional Indonesia yang didampingi Tyas Sarce dari IBU Foundation. (SON)