Lambatnya Jaringan Internet Hambat UNBK di Kepulauan
Oleh
Jean Rizal Layuck
·3 menit baca
MANADO, KOMPAS - Sejumlah sekolah menengah atas di wilayah kabupaten kepulauan Sulawesi Utara, seperti Sangihe, Talaud, dan Sitaro, belum dapat menyelenggarakan ujian nasional berbasis komputer tahun ini. Hal ini disebabkan buruknya jaringan internet di wilayah tersebut.
Data yang diperoleh Kompas, hanya 50 persen sekolah di wilayah kepulauan yang berbatasan dengan Filipina itu mengikuti ujian nasional berbasis komputer (UNBK). Bupati Kabupatan Sangihe Jabes Gaghana, Senin (26/3), mengatakan, tingkat partisipasi SMA di daerahnya dalam UNBK sekitar 50 persen. Sebagian dari sekolah itu berada di Tahuna, ibukota kabupaten.
Menurut Jabes, lambatnya jaringan internet membuat fasilitas komputer yang dimiliki sekolah menjadi mubazir. Ia menambahkan, jaringan internet di daerahnya semestinya memakai jaringan serat optik untuk menopang kegiatan pembangunan. Akan tetapi, hal tersebut terkendala anggaran.
“Mudah-mudahan tahun depan semua sekolah mengikuti UNBK dengan perbaikan jaringan internet,” kata Jabes. Dia mengatakan, buruknya jaringan internet itu juga berdampak pada terganggunya penerbitan kartu tanda penduduk elektronik di Sangihe.
Selain di kepulauan, masalah yang sama juga dialami sejumlah sekolah di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Bolaang Mongondow Selatan. Kondisi jaringan internet di dua kabupaten itu masih bermasalah, termasuk prasarana listrik yang terbatas.
Bupati Bolaang Mongondow Utara Depri Pontoh mengatakan, fasilitas internet dan listrik masih kerap padam sehingga membuat sekolah berisiko jika melaksanakan UNBK. “Kita mau protes ke mana jika tiba-tiba listrik padam. Akhirnya merugikan siswa itu sendiri,” katanya.
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sulut Grace Punuh mengatakan, banyak sekolah yang awalnya hendak disertakan dalam UNBK, tetapi batal karena terhambat jaringan internet. Tahun ini masih terdapat 118 SMA/SMK yang menyelenggarakan UN secara manual menggunakan kertas dan pensil.
Meningkat dua kali
Meskipun begitu, kata Grace, jumlah SMA/SMK di Sulut yang mengikuti UNBK tahun ini meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun lalu. Tahun ini terdapat 268 sekolah menyelenggarakan UNBK dengan jumlah peserta 20.005 siswa.
Pada awal pelaksanaan UNBK tahun 2015, hanya dua sekolah di Sulut yang menyelenggarakan UNBK. Jumlah itu terus meningkat menjadi 19 sekolah pada tahun 2016 dan 122 sekolah pada tahun 2017.
Grace mengatakan, peningkatan jumlah sekolah penyelenggara UNBK didukung dana APBD Provinsi Sulut tahun 2017 dan tahun 2018 yang mencapai Rp 10 miliar. Dana itu diberikan ke sekolah untuk pengadaan komputer pada hampir 200 SMA di Sulut.
Grace menambahkan, tahun ini sekolah-sekolah di kabupaten/kota juga sudah melakukan simulasi pelaksanaan UNBK. Ia berharap simulasi itu meningkatkan kemampuan teknis para peserta dalam mengikuti UNBK nanti.
Sementara itu, untuk mendukung pelaksanaan UNBK, Grace mengatakan, pihak PT PLN menjamin tak ada pemadaman listrik. Meski begitu, pihak sekolah juga menyediakan genset.