BANDUNG, KOMPAS — Kepala Staf Kepresidenan yang juga mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia Jenderal (Purn) Moeldoko memberikan pembekalan dan kuliah umum di hadapan 278 perwira siswa Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat atau Seskoad, Jumat (23/3), di Bandung.
Alois Wisnuhardana, Tenaga Ahli Madya di Kantor Kepala Staf Kepresidenan, mengatakan, anggota TNI harus memiliki kualitas kemampuan yang diwajibkan, tetapi yang lebih utama lagi adalah mesti ”menjadi pilihan rakyat untuk berlindung”.
Ada dua tema besar yang disampaikan Moeldoko saat kuliah umum itu, yakni tentang perubahan geopolitik-geoekonomi dan transformasi kepemimpinan di dalam tubuh TNI.
Disambut oleh Komandan Seskoad Mayjen TNI Kurnia Dewantara, Kepala Staf Kepresidenan sempat mengenang kembali masa-masa dirinya mengenyam pendidikan di sekolah calon pemimpin TNI ini.
”Saya dulu tidak membayangkan nama saya bisa tertulis di sini,” ujar Moeldoko seraya menunjuk dinding menuju auditorium Gedung Gatot Subroto.
Di dinding tangga sebelah kanan tertulis nama-nama perwira siswa Seskoad terbaik dari setiap angkatan. Nama Moeldoko tertera di nomor 47 saat dirinya menjalani pendidikan di Seskoad pada 1994-1995.
Sementara di dinding sebelah kiri tertera nama-nama alumnus Seskoad yang dalam perjalanan kariernya meraih jenjang kepangkatan hingga bintang empat atau jenderal. Nama Moeldoko tercantum di nomor 34.
Moeldoko memotivasi para siswa supaya pemimpin-pemimpin TNI di unit-unit strategis dan penting pada masa depan datang dari alumni sekolah ini.
”Saya dulu menjalani pendidikan pada tahun 1995 dan kemudian memegang komando Panglima TNI pada tahun 2013. Jadi, dalam 15-20 tahun mendatang, pemimpin TNI akan datang dari sekolah ini,” ujar Moeldoko yang disambut tepuk tangan para siswa, termasuk perwira siswa dari sembilan negara sahabat, seperti Aljazair, Amerika Serikat, Arab Saudi, Australia, India, Malaysia, Singapura, Thailand, dan China.
Dia mengingatkan para siswa Seskoad untuk mengenali model-model kepemimpinan dan menemukan model kepemimpinan yang paling efektif.
”Terdapat beberapa model kepemimpinan, di antaranya adalah kepemimpinan otoriter, demokratis, partisipatif, atau bebas,” kata Moeldoko.
Dalam kesempatan itu, Moeldoko mengingatkan bahwa dalam konsep kepemimpinan, aspek fisik adalah salah satu elemen penting. Namun, yang lebih penting adalah aspek intelektualitas, sosiabilitas, emosionalitas, personabilitas, dan morabilitas.
Dalam konteks transformasi kepemimpinan TNI, Moeldoko menegaskan bahwa TNI harus membangun dirinya dengan nilai-nilai yang juga bertransformasi, misalnya dari jujur menuju dipercaya. Kejujuran memang keniscayaan, tetapi anggota TNI yang dipercaya orang lain dan dipercaya masyarakat jauh lebih penting, selain juga dari kualitas (quality) ke pilihan (preference).