Tumbuh Kembang Anak Dapat Terhambat di Era Digital
Oleh
DD13
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Di era digital ini, permainan tradisional mulai kurang diminati. Padahal, permainan tradisional dapat meningkatkan kualitas kesehatan anak karena anak dilatih untuk bergerak.
Presiden Direktur PT Johnson & Johnson Indonesia Lakish Hatalkar, dalam acara ‘Konferensi Pers Peluncuran Gerakan #JamMainKita Untuk Anak Indonesia Sehat’ oleh Combantrin dan LPAI, di Jakarta, Rabu (21/3), menyatakan, kemajuan teknologi membuat banyak keluarga Indonesia lebih sering menggunakan gawai.
“Orang tua juga menilai bermain di luar ruangan akan membawa berbagai jenis penyakit kepada anak sehingga mereka lebih banyak beraktivitas di luar ruangan. Padahal, bermain permainan tradisional di luar ruangan akan membantu perkembangan anak,” tuturnya.
Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi, menambahkan, ketika seorang anak bermain permainan tradisional, kemampuan motorik dan bersosialisasi, stabilitas emosi, nilai moral, serta kreativitasnya akan meningkat. Contoh permainan tradisional yang membutuhkan aktivitas fisik adalah balap karung, bentengan, egrang, engklek, gobak sodor, kasti, dan gatrik.
Kepala Sub Direktorat Advokasi dan Kemitraan Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Sakri Sabatmaja mewakili Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kemenkes Riskiyana Sukandhi Putra, menyatakan, gaya hidup anak Indonesia kebanyakan saat ini belum masuk dalam kategori sehat.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan, baru 26,1 persen atau 3 dari 10 orang yang rutin berolahraga. Sedangkan 42 persen kelompok umur lebih dari 10 tahun memiliki perilaku sedentari selama 3-5,9 jam. Sedentari adalah gaya hidup dimana seseorang kurang dalam aktivitas fisik.
“Anak usia sekolah saat ini perlu menjadi perhatian kita karena mereka adalah generasi penerus bangsa, terutama pada tahun 2030-2040 ketika Indonesia memiliki bonus demografi,” kata Sakri. Anak yang kurang beraktivitas dikhawatirkan akan menjadi lamban sehingga kalah bersaing di sekolah.
Adapun berdasarkan data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dalam Statistik Kebudayaan 2016, Indonesia memiliki 424 permainan tradisional. Provinsi dengan jumlah permainan tradisional terbanyak adalah Jawa Barat dengan 40 permainan dan Kalimantan Barat 38 permainan.
Semakin sedikitnya minat terhadap permainan tradisional ditambah belum sehatnya gaya hidup anak Indonesia, PT Johnson & Johnson melalui Combantrin meluncurkan gerakan sosial #JamMainKita bersama LPAI. Pada 25 Maret, perusahaan itu akan menggelar tempat bermain permainan tradisional saat Car Free Day di Area Silang Timur Monumen Nasional (Monas) Jakarta. (DD13)