JAKARTA, KOMPAS -- Sebanyak 1.320 seniman akan diterjunkan ke 29 provinsi untuk mengenalkan kesenian kepada anak-anak sekolah di tingkat pendidikan dasar dan menengah. Program Seniman Masuk Sekolah ini dimulai pada Juni mendatang.
Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah membuka lowongan bagi seniman dari mana pun untuk terlibat dalam Program Seniman Masuk Sekolah ini. Proses seleksi dilakukan oleh pemerintah pusat, daerah, dan seniman.
“Program ini digelar di 29 provinsi dan dikonsentrasikan di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar). Setiap provinsi rata-rata ada 30-40 sekolah yang mendaftar. Para seniman akan terjun ke sekolah selama empat bulan, mulai bulan Juni hingga September 2018,” kata Direktur Kesenian, Restu Gunawan, Rabu (7/3), di sela-sela lokakarya Bantuan Pemerintah Fasilitasi Sarana Kesenian di Satuan Pendidikan Tahun 2018 di Jakarta.
Program Seniman Masuk Sekolah digelar untuk menjawab persoalan minimnya tenaga pengajar seni yang kompeten di 200.000 sekolah tingkat pendidikan dasar dan menengah di seluruh Indonesia. Dengan hanya menambah 1.320 seniman, maka masih sangat banyak sekolah yang belum terlayani oleh tenaga pengajar seni profesional.
Program Seniman Masuk Sekolah digelar untuk menjawab persoalan minimnya tenaga pengajar seni yang kompeten di 200.000 sekolah tingkat pendidikan dasar dan menengah di seluruh Indonesia
“Program ini bisa direplikasi di daerah-daerah. Ketika kita mengumumkan seniman masuk sekolah sebanyak 1.320 seniman, sepertinya terdengar banyak, tetapi tentu itu tidak akan cukup karena ada 200.000-an sekolah di seluruh Indonesia. Sehingga program ini harus direplikasi di daerah-daerah,” tambah Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid.
Pemberian sarana kesenian
Selain menambah sumber daya manusia di bidang kesenian, tahun ini Direktorat Kesenian Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga menggulirkan bantuan fasilitasi sarana kesenian kepada sekolah-sekolah. Sejak 2012, baru 4.300 sekolah dari total 200.000-an sekolah yang menerima bantuan ini
Menurut Hilmar, pemberian bantuan ini diharapkan bisa membantu anak-anak sekolah untuk bisa mengapresiasikan diri melalui bahasa-bahasa seni. “Poinnya bukan menjadikan anak-anak sebagai seniman, tetapi ini bisa menjadi media untuk membentuk karakter anak,” kata dia.
Berdasarkan hasil riset di sejumlah negara seperti Amerika Serikat dan Australia, aktivitas anak-anak dalam berkesenian ternyata berpengaruh terhadap kemampuan akademik mereka. Anak-anak yang aktif berkesenian cenderung lebih mudah menyerap pelajaran dan mampu mengikuti proses belajar-mengajar di sekolah dengan baik.
Anak-anak yang aktif berkesenian cenderung lebih mudah menyerap pelajaran dan mampu mengikuti proses belajar-mengajar di sekolah dengan baik.
“Sekarang sedang diupayakan oleh Ditjen Kebudayaan dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kemdikbud untuk membuat riset serupa di sekolah-sekolah yang sudah mendapatkan bantuan alat kesenian. Kita akan cek dari 2012 hingga sekarang, setelah sekolah-sekolah diberi alat kesenian kira-kira hasilnya seperti apa. Kira-kira adakah korelasi antara pemberian alat kesenian dengan tingkat akademik kognitif anak,” paparnya.
Mendikbud Muhadjir Effendy mengatakan, agar pendidikan seni di seluruh sekolah optimal, maka dibutuhkan inisiatif dari seluruh pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk menggali dana sendiri dan menyediakan fasilitas kesenian bagi sekolah-sekolah di wilayah mereka.
“Seni adalah sarana untuk mengasah kehalusan budi. Bantuan dari pemerintah pusat sangat terbatas sehingga pemerintah daerah harus berinisatif menyediakan alokasi anggaran. Bantuan fasilitasi kesenian dari pemerintah pusat tahun ini diharapkan bisa dipelihara dan betul-betul digunakan. Saya akan meminta Inspektorat Jenderal Kemdikbud agar mengecek pemanfaatannya apakah benar-benar tepat sasaran atau tidak. Peralatan seni yang tak digunakan akan ditarik dan dialihkan kepada sekolah lain yang lebih membutuhkan,” katanya.
Seni adalah sarana untuk mengasah kehalusan budi. Bantuan dari pemerintah pusat sangat terbatas sehingga pemerintah daerah harus berinisatif menyediakan alokasi anggaran.
Mobilisasi alat musik
Agar ketersediaan sarana dan prasarana kesenian tercukupi, Kemdikbud juga tengah menyiapkan program mobilisasi alat musik dengan cara menggalang donasi alat-alat musik yang tidak dipakai di rumah tangga. Anak-anak yang hobi gitar misalnya, dan baru sempat latihan satu atau dua tahun tetapi kemudian kehilangan minat bisa menyumbangkan gitarnya ke pemerintah untuk disumbangkan ke sekolah-sekolah.
Program mobilisasi alat musik dimulai di kawasan DKI Jakarta dan akan diteruskan di daerah-daerah lain. “Saya cukup yakin dari 10 rumah tangga di kota, minimal ada 1 di antaranya yang mau menyumbangkan alat musik. Satu buah harmonikapun tidak apa-apa, apapun yang diberikan akan kami terima. Kami bekerjasama dengan teman-teman komunitas membuat bengkel alat musik dan kemudian mendisitribusikan seluruh alat musik ke daerah-daerah,” tambah Hilmar.