JAKARTA, KOMPAS-- Seiring upaya menumbuhkan budaya literasi yang masih berfokus pada penguatan membaca dan menulis, cakupan literasi pun diperluas. Mulai banyak perpusatakaan daerah dan desa yang menumbuhkan kreativitas dan inovasi dalam memberdayakan masyarakat.
Hal itu mengemuka dalam seminar nasional Literasi dan Perkembangan Sosial Ekonomi di Jakarta, Selasa (27/2) di Jakarta. Acara tersebut dibuka Sekretaris Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Gellwynn Daniel Hamzah Jusuf. Hadir pula Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan, Bappenas Subandi, serta Kepala Perpustakaan Nasional M Syarif Bando.
Tampil sebagai narasumber seminar yakni Direktur Program PerpuSeru Coca Cola Foundation Indonesia Erly Sulistyaningsih, Pendiri Gerakan Pustaka Bergerak Nirwan A Arsuka, Direktur Pendidikan Tinggi, Iptek, dan Kebudayaan Bappenas Amich Alhumami, serta Duta Baca Indonesia Najwa Shihab.
Seminar dibarengi dengan pameran dari kegiatan berbagai perpustakaan daerah dalam memberdayakan masyarakat untuk menjadi pelaku usaha kecil dan menengah. Beragam produk bernilai ekonomi berhasil diproduksi dari inspirasi buku dan informasi yang disediakan di perpustakaan serta pendampingan pada masyarakat untuk pemasaran secara daring.
Erlyn mengatakan, lewat program PerpuSeru, perpustakaan dikembangkan menjadi pusat belajar bagi semua lapisan masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup. Ada fasilitas teknologi informasi internet yang dapat digunakan untuk memberdayakan ekonomi masyarakat.
“Urusan di perpustakaan bukan hanya membaca. Banyak kegiatan diadakan, termasuk pemberdayaan ekonomi dengan berdasar dari literatur buku di perpustakaan maupun internet. Akhirnya, banyak yang mulai terinspirasi untuk bisa mendapatkan manfaat ekonomi dari literasi yang digagas perpustakaan. Semua ini bisa terjadi karena perpustakaan bertransformasi menjawab kebutuhan masyarakat,” kata Erlyn.
Syarif Bando mengatakan potensi perpustakaan desa untuk pengembangan literasi yang mendukung pembangunan sosial ekonomi juga dikembangkan. Dana desa dapat digunakan untuk mendukung beragam kegiatan yang digagas perpustakaan desa.
“Kami juga terus mendorong agar perpustakaan digital berkembang untuk membuat literasi semakin tumbuh dan tidak lagi ada hambatan akses buku bacaan,” kata Syarif.
Sementara itu Subandi mengatakan pemerintah terus mendorong literasi untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Ke depan, peran perpustakaan semakin penting untuk mewujudkan masyarakat yang literet, memberdayakan diri secara sosial dan ekonomi.
Solidaritas tumbuh
Adapun Nirwan mengatakan akses pada buku berkualitas masih belum merata. Pustaka Bergerak yang berkembang dari dukungan relawan literasi berupaya menyediakan akses buku bacaan bermutu kepada semua kalangan di daerah-daerah. Ada solidaritas sosial yang tumbuh dari gerakan literasi ini, termasuk pula lewat program pengiriman paket buku tiap tanggal 17 melalui PT Pos.
“Solidaritas sosial yang tumbuh dari gerakan literasi tidak lebih rendah maknanya dari pencapaian ekonomi. Kita melihat gerakan litearasi sesungguhnya masih dapat dibangun bersama-sama,” ujar Nirwan.
Najwa mengatakan akses buku yang masih terbatas dapat diatasi dengan teknologi informasi untuk buku digital. Apalagi penggua internet di Indonesia sangat banyak. Penyediaan bahan bacaan digital sesungguhnya sudah dilakukan Perpustakaan Nasional lewat aplikasi iPusnas. “Namun, jumlah buku digital yang tersedia masih terbatas. Kita berharap teknologi digital dapat dimanfaatkan,” kata Najwa.
Amich mengatakan sesunguhnya literasi sudah jadi bagian dari perjalanan sejarah bangsa. Presiden Soekarno pada 1960 mencanangakan Gerakan Pemberantasan Buta Aksara.
“Pengertian literasi saat ini tidak lagi sekadar calistung. Tapi sudah melebar ke keterampilan kognitif, berpikir logis, analitis, dan kritis, mengembangkan iptek,” kata Amich. (ELN)