BATU, KOMPAS - Para bhikkhu muda diharapkan bisa menjadi teladan, baik bagi umat Budha sendiri maupun masyarakat umum. Di manapun berada, para Bhikkhu selalu menerima keberagaman, pluralisme, dan nilai-nilai luhur.
Demikian dikatakan Ketua Umum Sangha Theravada Indonesia, Bhikkhu Subhapanno Mahathera, menjawab pertanyaan awak media soal harapan kepada para bhikkhu muda yang baru saja menjalani upacara penahbisan (upasampada), Minggu (25/2), terhadap situasi kebhinekaan di Indonesia yang kini tengah diuji.
Sebanyak enam orang petapa pemula (samanera), masing-masing tiga orang dari Sekolah Tinggi Agama Budha Kartarajasa, Batu, Jawa Timur, dan tiga lainnya dari Sangha Theravada Indonesia Vihara Mendut, Magelang, Jawa Tengah, menjalani penahbisan di Padepokan Dhammadipa Arama, Batu.
Mereka yang ditahbis adalah Samanera Pabhajayo, Karunasilo, Indasilo, Uggasilo, Upasanto, dan Jayasilo. Bertindak sebagain guru penahbis Bhikkhu Sukhemo Mahathera. Dengan penambahan enam orang bhikkhu baru maka Sangha Theravada Indonesia kini memiliki 98 orang bhikkhu .
“Harapan kami dan kita semua, dengan bertambahnya bhikkhu baru, dan mereka telah menyandang pendidikan sarjana tentunya punya pengetahuan tentang agama Budha yang luas, tetapi juga punya pengetahuan umum. Tentunya ini bisa menjadi teladan bagi masyarakat luas, tak hanya umat Budha,” kata Bhikkhu Subhapanno.
Menurut Bhikkhu Subhapanno tindak tanduk para bhikkhu selalu dilihat, dipandang, dan dinilai. Mereka sebagai bhikkhu punya aturan, tata tertib, seperti yang diterapkan Budha Gautama sehingga tidak bisa hidup bebas layaknya masyarakat umum. Sehingga mereka harus berhati-hati dalam hidup.
“Kami sangat menerima sekali keragaman, pluralisme, dan kami juga mendukung berkembangnya nilai-nilai luhur. Terciptakannya kebahagiaan bersama, kerukunan bersama, terciptanya kehidupan guyub rukun. Kami selalu turun memberikan kondisi-kondisi, menciptakan kondisi-kondisi sehingga kita bisa hidup berdampingan di manapun berada,” katanya.
Kami sangat menerima sekali keragaman, pluralisme, dan kami juga mendukung berkembangnya nilai-nilai luhur.
Ketua Panitia Pelaksana Lokal Penahbisan Bhikkhu Khemadharo mengatakan, nilai-nilai kebersamaan dan pluralisme kepada para bhikkhu muda tidak saja diberikan saat mereka menuntut ilmu selama empat tahun tetapi juga dipertegas kembali dalam rangkaian prosesi menuju penahbisan.
Sebelum penahbisan, mereka harus menjalani sejumlah tahapan, mulai dari meditasi, tes psikologi, hingga penyaringan dengan cara wawancara.
“Saat itu juga disisipkan pengetahuan, utamanya pengetahuan mengenai berbangsa dan bernegara, nilai-nilai Pancasila, Undang-undang Dasar, dan menjaga kemajemukan. Tujuannya agar mereka mengetahui bahwa saat siar agama nanti mereka menjaga keharmonisan,” katanya.
Menurut Bhikkhu Khemadharo semua ini dilalakukan untuk mencari bhikkhu yang benar-benar berkualitas. Pihaknya tidak mengutamakan kuantitas tetapi kualitas. Karena kesanggupan menjadi seorang bhikkhu adalah pilihan.
“Kalau dirinya belum mantab lebih baik tidak melanjutkan dulu, lebih baik masih jadi samanera,” ujarnya.