NUSA DUA, KOMPAS — Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Asman Abnur setuju segera realisasinya pembukaan sekolah Politeknik Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Menurut rencana, April tahun ini dibuka pendaftaran untuk lulusan SMA/SMK terbuka dari seluruh Nusantara.
”Sekolah ini penting untuk melahirkan generasi-generasi muda yang tangguh, paham kebencanaan, dan diprioritaskan dari daerah,” kata menteri dalam Rapat Kerja Nasional Penanggulangan Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Bali Nusa Dua Convention Center, Kamis (22/2).
Ia mendukung harapan BNPB untuk mendapatkan tenaga ahli bidang penanggulangan bencana, apalagi ancaman bencana bertambah di seluruh daerah Indonesia. Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) menunjukkan, tidak ada daerah di Indonesia yang bebas dari bencana. Ada 388 kabupaten dan kota dari total 497 kabupaten dan kota seluruh Indonesia berisiko bencana tinggi, sementara sisanya 109 kabupaten kota berisiko bencana sedang.
Karena itu, ia setuju jika BNPB memiliki sekolah sendiri untuk memperkuat sumber daya manusianya. ”Pesan saya, kurikulum pendidikannya harus bagus dan untuk meningkatkan kapasitas BNPB,” kata Asman.
Kepala BNPB Willem Rampangilei menjelaskan, perekrutan BNPB selama ini belum ada orang-orang yang berkualifikasi pendidikan penanggulangan bencana. Padahal, lanjutnya, Indonesia rawan bencana, jutaan masyarakat tinggal di daerah rawan bencana, 150 jiwa berada di lokasi rawan bencana.
Maka, kata Willem, politeknik ini adalah sumber pendidikan personel berkualifikasi penanggulangan bencana. Pendidikannya berlokasi di Sentul. Perekrutan diambil dari semua masyarakat lulusan SMA. Begitu lulus pendidikan, siswa diangkat menjadi pegawai BNPB.
Menurut rencana, ada tiga jurusan di prodinya. Ketiganya itu adalah penanggulangan bencana, logistik kebencanaan, dan teknologi kebencanaan. Tenaga pengajar yang berkualifikasi tenaga bencana, ada 18 orang. ”Ini merupakan sekolah kebencanaan pertama di dunia,” kata Willem. (ays)