JAKARTA, KOMPAS - Tingkat partisipasi perempuan di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika atau STEM baru mencapai 30 persen. Padahal, wanita ketika terlibat dalam STEM dapat membantu bangsa berkompetisi dalam era revolusi digital 4.0.
President Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE) Shinta Widjaja Kamdani, Kamis (22/2), mengatakan, industri STEM masih jarang diminati kaum perempuan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2017 menyebutkan, terdapat 131,55 juta orang tersedia dalam pasar tenaga kerja. Tingkat partisipasi perempuan 55 persen, lebih rendah dibandingkan laki-laki 83,1 persen.
Adapun dalam sektor formal, hanya ada 37,4 persen pekerja perempuan, dengan jumlah pekerja laki-laki 62,6 persen. Dalam bidang STEM, hanya terdapat 30 persen pekerja perempuan.
“Bahkan, perempuan lulusan bidang STEM ketika jarang bekerja sesuai latar belakang akademik mereka. Kebanyakan mengambil pekerjaan di bidang manajemen atau administrasi,” kata Shinta, dalam pembukaan Bincang CEO: Mendukung Kepemimpinan Perempuan di Industri STEM, di Jakarta, Selasa (22/2).
Menurut dia, perempuan dapat membantu bangsa dalam berkompetisi di era revolusi digital 4.0. Berdasarkan catatan Kompas, revolusi industri 4.0 adalah transformasi digital yang mengombinasikan kecerdasan buatan, data raksasa, komputasi awan, serba internet, robotik, dan cetak tiga dimensi.
CEO dan President Director PT Ilthabi Rekatama dan Vice Chairman for Telematics, Research and Technology Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Ilham Habibie menyatakan, semakin banyak perempuan yang berkontribusi di bidang STEM akan memberikan variasi ide dalam menciptakan inovasi.
“Diversifikasi latar belakang, umur, dan jender penting bagi inovasi,” tuturnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan MacKinsey Global Institute tahun 2015, usaha bersama di kalangan sektor pemerintah, swasta, dan publik untuk mendorong kesetaraan jender berpotensi memberikan dampak ekonomi pada tahun 2025. Dampak tersebut berupa tambahan PDB senilai 12 triliun dollar AS secara global.
Deputi Bidang Koordinasi Perlindungan Perempuan dan Anak Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Sujatmiko menyatakan, pemerintah memang belum fokus memikirkan jumlah partisipasi perempuan secara khusus dalam bidang STEM.
Namun, pemerintah secara umum berusaha meningkatkan keterampilan masyarakat di bidang itu dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas sekolah vokasi. (DD13)