Besarnya Anggaran Tak Berbanding Lurus dengan Kemajuan Pendidikan di Indonesia
Oleh
Ester Lince Napitupulu
·2 menit baca
DEPOK, KOMPAS — Meski alokasi anggaran pendidikan Indonesia mencapai 20 persen dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, mutu pendidikan di negeri ini dirasakan masih tertinggal. Sebab, Vietnam dengan alokasi yang sama mampu menempatkan daya saing mutu pendidikannya di tingkat internasional secara signifikan.
Ada persoalan yang masih belum terjawab terkait dengan kualitas pendidikan Indonesia yang tak berbanding lurus dengan besarnya alokasi anggaran yang disediakan.
”Sudah banyak upaya untuk memajukan pendidikan, termasuk dengan memberikan anggaran yang besar. Tahun ini anggaran pendidikan lebih dari Rp 400 triliun,” kata Wakil Presiden Jusuf Kalla yang hadir pada acara Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan, di Depok, Jawa Barat, Rabu (7/2).
”Pertanyaannya, kenapa dengan anggaran yang terus naik, kita belum merasakan kenaikan yang signifikan dari negara tetangga kita. Contohnya Vietnam, dalam pendidikan dasar dan menengahnya yang diukur dari mutu PISA (Program for International Student Assessment)-nya jauh lebih baik daripada kita,” lanjut Wapres Kalla.
Acara ini dihadiri sekitar seribu orang dari pimpinan dinas pendidikan dan kebudayaan di seluruh Indonesia serta mitra Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Wapres mengatakan, meskipun masih banyak masalah dalam pendidikan, tetap ada kemajuan di sektor ini walaupun kemajuan Indonesia dalam bidang pendidikan masih tertinggal dibandingkan dengan negara lain.
”Tapi negara lain juga lebih maju. Jadi kita harus sungguh-sungguh membenahi pendidikan. Kita harus fokus,” ujar Wapres.
Wapres menyebutkan, Filipina mengekspor tenaga kerja terampil ke luar negeri, seperti mekanik atau tenaga akutansi. India bahkan mampu menghasilkan banyak CEO di perusahaan internasional. Sementara Indonesia masih lebih banyak mengirim pekerja rumah tangga.
Menurut Wapres, pendidikan harus mampu menyiapkan generasi masa depan yang semakin baik. Indonesia butuh generasi muda yang kuat dalam inovasi dan juga keahlian.
”Pendidikan vokasi dikembangkan. Namun, jangan puas di atas kertas kita punya banyak SMK. Pendidikannya harus bermutu dengan menghasilkan lulusan yang terampil. Demikian pula kita butuh orang-orang inovatif,” tutur Wapres Kalla.
Wapres mendorong agar dilakukan lagi pertukaran atau magang kepala sekolah dari sekolah yang bagus ke sekolah biasa dan sebaliknya. Dengan demikian, ada upaya saling belajar untuk memperbaiki mutu pendidikan.
Sementara itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan, reformasi pendidikan terus dilakukan mulai dari peran kepala sekolah, pengawas, hingga guru. Demikin pula peningkatan mutu sekolah harus merata untuk semua sekolah.