logo Kompas.id
Pendidikan & KebudayaanKetahanan Ideologi Makin...
Iklan

Ketahanan Ideologi Makin Mencemaskan

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Berbagai hasil survei menunjukkan adanya kemerosotan ketahanan nasional di bidang ideologi. Indonesia sekarang berada di persimpangan jalan kritis yang akan menentukan, apakah bangsa ini akan lolos ujian sejarah dan bisa meraih marwahnya pada saat genap berusia seabad nanti.Tak dimungkiri, di satu sisi ketertinggalan di bidang pembangunan fisik memang perlu diatasi. Namun, di sisi lain disintegrasi bangsa karena sentimen agama, kedaerahan, ras, dan kelas sosial juga semakin mewarnai kehidupan bangsa ini. Hal itu mengemuka dalam Simposium Nasional Kebudayaan 2017 yang digelar Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan TNI-Polri, Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Darat, dan Yayasan Suluh Nuswantara Bakti di Balai Kartini, Jakarta, Senin (20/11). Simposium itu dibuka Presiden Joko Widodo.Kepala Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila Yudi Latif dalam forum itu mengungkapkan, dalam 10 tahun terakhir, menurut catatan Lemhannas (Lembaga Ketahanan Nasional), gatra ideologi bagi masyarakat Indonesia semakin kuning, bahkan cenderung memerah. Survei Badan Pusat Statistik 2015 tentang nilai-nilai kebangsaan tidak pernah dirilis secara formal di ruang publik karena hasilnya mengejutkan. "Sebanyak 24 dari setiap 100 orang di Indonesia tidak hafal sila-sila Pancasila, 53 persen orang Indonesia tak hafal seluruh lirik lagu kebangsaan, dan 55 persen orang Indonesia jarang ikut kerja bakti atau gotong royong," kata Yudi.Menurut Yudi, nilai gotong royong yang selama ini menjadi tradisi khas bangsa Indonesia berada di titik nadir. Apabila simpul-simpul persatuan akan terancam robek. "Indonesia yang selama ini menjadi teladan dunia dalam keragaman sekarang justru mengalami fragmentasi sosial. Mestinya karakter kolektif bangsa Indonesia adalah gotong royong, tetapi realitasnya sekarang jauh panggang dari api. Kalau tidak punya ikatan yang kuat, maka \'sapu ini\' akan mudah patah," tambahnya.Pancasila sebagai simpul Simpul penguat yang dibutuhkan saat ini dan sangat menentukan kelangsungan bangsa ini ke depan, menurut Yudi, adalah Pancasila. Setidaknya ada lima isu strategis agar Pancasila bisa menjadi efektif dan sakti, yaitu perlunya penguatan pemahaman Pancasila, penguatan inklusi sosial, perwujudan keadilan sosial, pelembagaan Pancasila, dan Keteladanan Pancasila.Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang PS Brodjonegoro dalam sambutannya mengatakan, Pancasila sebagai falsafah bangsa harus diejawantahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. "Kemajemukan yang ada semestinya tidak menjadi kelemahan, tetapi justru kekuatan untuk mendorong Indonesia menjadi negara yang unggul," kata Bambang.Staf Khusus Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Prasetijono Widjojo, menilai, internalisasi nilai-nilai Pancasila mesti dilakukan melalui keluarga dan masyarakat. Namun, transformasi sosial ini tidak akan berjalan tanpa transformasi politik dan budaya. (ABK/NDY)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000