YOGYAKARTA, KOMPAS – Ajang lomba paduan suara anak Dendang Kencana 2017 digelar di empat kota besar yakni Jakarta, Yogyakarta, Gianyar, dan Surabaya. Lomba paduan suara yang melibatkan 4.716 siswa TK dan SD ini diharapkan menjadi titik awal kebangkitan kembali lagu anak.
Ketua Panitia Dendang Kencana 2017, Paulina Dinartisti, mengatakan program ini digelar sebagai bentuk kepedulian Kompas Gramedia sebagai penyelenggara atas langkanya lagu anak dan langkanya penyanyi anak di Indonesia.
“Dalam beberapa tahun terakhir jarang sekali ada lagu untuk anak-anak yang beredar di masyarakat. Anak-anak terpaksa menyanyikan lagu-lagu yang tidak cocok dengan dunia mereka,” kata Paulina di hari pertama seleksi peserta paduan suara anak di Yogyakarta, Jumat (17/11).
Setelah menarik animo 1.815 siswa tingkat TK dan SD di Jakarta pada 26-28 Oktober 2017 lalu, perlombaan ini kembali digelar di Universitas Sanata Darma pada 17-19 November.
Dendang Kencana di Kota Yogyakarta diikuti 60 kelompok peserta yang terdiri dari 22 peserta kelompok TK dan 38 kelompok SD dengan total jumlah peserta mencapai 1.116 siswa. Tahapan seleksi berlangsung Jumat (17/11) dan Sabtu (18/11). Adapun babak final digelar pada Minggu (19/11).
Rencananya, setelah dari Yogyakarta lomba paduan suara anak Dendang Kencana 2017 akan dilanjutkan di Gianyar 22-24 November, dan Surabaya 27-29 November. Paulina mengatakan jumlah peserta yang mendaftar untuk seleksi di Gianyar mencapai 576 siswa, sementara di Surabaya mencapai 1.159 siswa.
Para siswa peserta paduan suara anak akan menyanyikan satu dari 20 lagu hasil dari lomba cipta lagu yang berlangsung awal tahun lalu yang merupakan bagian dari acara Dendang Kencana. Tema dari ke-20 lagu cukup beragam termasuk ajakan untuk menabung, mandiri, makan sayur, gemar membaca, dan menghormati guru.
Menurut Paulina keempat kota tersebut dipilih sebagai lokasi ajang lomba karena memiliki akar kebudayaan dan pendidikan yang kuat. “Kami juga ingin agar selanjutnya lagu-lagu tersebut dapat dinyanyikan di sekolah-sekolah,” ujarnya.
Dendang Kencana sendiri terakhir digelar oleh Kompas Gramedia pada tahun 1996. Acara ini digelar untuk mencari lagu anak-anak yang berbobot dan layak dinyanyikan anak-anak. Lagu-lagu baru yang diperoleh melalui lomba tersebut kemudian menjadi materi lomba paduan suara anak-anak.
“Anak-anak sekarang banyak yang berbakat menyanyi, tetapi lagu yang mereka kebanyakan adalah lagu-lagu yang tidak sesuai dengan kategori umur mereka,” kata Paulina
Menurut dia menyimak anak- anak peserta Dendang Kencana menyanyikan lagu yang secara teknis telah disesuaikan dengan kemampuan vokal anak-anak akan menarik. Konsep lirik dari ke-20 lagu juga sesuai dengan tingkat pengetahuan anak- anak.
“Anak seusia TK akan sulit menghafakalkan kalimat yang panjang. Karena itu lirik lagu, notasi, dan birama dibuat sederhana namun tetap informatif untuk anak-anak,” ujarnya. (DIM)