Gerakan Literasi Sekolah di SMK Negeri 6 Jakarta Terkendala Dana
Oleh
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kekurangan dana menjadi penghambat Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Jakarta. Kurangnya dana membuat pihak perpustakaan sekolah tersebut tidak bisa mencukupi kebutuhan buku bacaan bagi para siswa.
Hal itu disampaikan Siti Rustini, Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 6 Jakarta, saat diwawancarai di ruang kerjanya, Senin (18/9). ”Kebutuhan buku bacaan untuk Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di sini cukup tinggi, tetapi hanya bisa dipenuhi melalui dana bantuan operasional sekolah (BOS),” kata Siti, Senin (18/9).
Hal tersebut juga disampaikan Muhammad Thoriq Hafiz, siswa kelas XII Jurusan Animasi. Menurut Thoriq, buku yang disediakan perpustakaan sekolah masih terbatas sehingga ia sering mengumpulkan uang jajannya untuk membeli buku-buku bacaan kesukaannya sekaligus sebagai bahan bacaan GLS. ”Biasanya beli di Blok M. Cari buku murah yang harganya tidak lebih dari Rp 100.000. Yang penting isinya bisa dibaca dan saya suka,” kata Thoriq saat ditemui di perpustakaan SMK Negeri 6, Senin (18/9).
Elfrida Simanjuntak, Kepala Perpustakaan SMK Negeri 6, mengatakan, program GLS yang berjalan lebih kurang dua tahun terakhir disambut baik oleh para siswa. Program tersebut dilakukan dengan mewajibkan para siswa membaca selama 15 menit pada pagi hari sebelum pelajaran pertama dimulai.
Selain itu, sekolah juga mengapresiasi hasil kreativitas para siswa dari GLS tersebut dengan melombakannya dan memberikan hadiah bagi para pemenangnya. Hasil kreativitas tersebut bisa berbentuk puisi, gambar, atau tulisan berdasarkan inspirasi yang mereka dapat saat membaca.
”Yang juara biasanya hasil kreativitas mereka dipajang di kelas. Selain itu, mereka juga mendapat hadiah dari sekolah berupa buku-buku bacaan,” kata Elfrida yang sudah mengajar di sekolah tersebut sejak 1993. (DD03)