Indonesia Dorong Perusahaan Penerbitan Ikuti Pameran Buku Internasional
Oleh
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Guna mendukung pertumbuhan industri penerbitan buku yang mendunia atau go global, Indonesia mulai rutin mengikuti sejumlah pameran buku internasional. Di ajang pameran buku internasional, pembelian hak cipta untuk penerbitan buku dengan sejumlah negara terbuka lebar.
Ketua Komite Buku Nasional (KBN) Laura Prinsloo, di Jakarta, Rabu (6/9), mengatakan, dari keikutsertaan di Beijing International Book Fair pada bulan lalu, cukup banyak buku karya penulis Indonesia yang dijajaki agar karya mereka diterjemahkan ke bahasa asing. Menurut dia, KBN berusaha memfasilitasi berbagai pihak, termasuk pemerintah dan pelaku industri penerbitan, agar dapat memahami secara mendalam strategi yang harus diambil untuk mengembangkan industri penerbitan. Maka, pemahaman tentang data dan statistik, analisis pasar, digital marketing, serta digital content perlu diketahui lewat seminar yang menghadirkan narasumber dari dalam dan luar negeri.
Wakil Presiden Frankfurt Book Fair Claudia Kaiser mengatakan, pameran buku membuka peluang untuk pembelian hak cipta dari sejumlah negara. Selain itu, pameran buku juga sarat dengan kegiatan, bukan saja sebagai penghubung internasional, melainkan juga beragam aktivitas untuk tetap mengikuti perkembangan dan tren terbaru dalam industri penerbitan.
Director Sales and Marketing Beijing Book Fair Jason Yuan menjelaskan, di tengah tumbuhnya penerbitan digital, pameran buku tetap dibutuhkan. ”Namun, model penyelenggaraannya perlu beradaptasi,” ucapnya.
Adapun Direktur London Book Fair Jack Thomas menjelaskan, pameran ini hanya untuk pelaku bisnis. Terbuka pula kesempatan untuk pembelian naskah buku, film, dan animasi lintas negara.
Salah satu penggagas Indonesia International Book Fair, Husni Syawie, mengatakan, pameran buku yang awalnya hanya sebagai sarana penerbit lokal untuk menjual buku secara ritel itu telah diperbarui. Selain melibatkan penerbit internasional, juga ada upaya untuk mendorong transaksi bagi penjualan naskah selama pameran.
Dalam seminar bertajuk ”Global Trends in Publishing: Insight from the Market” yang digelar KBN bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, British Council, dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), di Jakarta, Selasa lalu, pelaku industri penerbitan mendapatkan informasi tentang tren industri penerbitan serta pameran internasional. Narasumber yang berpengalaman di bidangnya dihadirkan, seperti Vikrant Mathur dari Nielsen Book Scan, Porter Anderson sebagai Editor in Chief Publishing Perspective, perwakilan dari Frankfurt Book Fair, Beijing Book Fair, London Book Fair, dan Indonesia International Book Fair.
Direktur British Council Indonesia Paul Smith mengatakan, penerbitan adalah salah satu industri kreatif yang menjanjikan. ”Literatur tentang keberagaman, multikultural yang dibutuhkan dunia bisa dikembangkan penerbitan Indonesia. Literatur ini akan jadi pengetahuan, baik fiksi maupun nonfiksi, yang secara kreatif mendorong penerbitan Indonesia tumbuh,” ujar Paul.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemdikbud Totok Suprayitno mengatakan, sejak Indonesia menjadi Guest of Honour di Frankfurt Book Fair, Jerman, tahun 2015, dampaknya kini mulai terasa. ”Meskipun belum dalam jumlah fantastis, sudah mulai bermunculan tawaran dari negara lain untuk membeli hak cipta pengarang Indonesia. Jadi, hal ini memberi harapan untuk meningkatkan penerbitan di dalam negeri yang bisa dibawa ke dunia internasional,” ucapnya.
Presiden Director Gramedia Group Book Publishing & Education Wandi S Brata mengatakan, tren pendapatan dari penjualan buku menurun, terutama buku cetak. Adapun e-book naik meskipun secara pendapatan masih kecil. ”Penerbit dan toko buku harus mengembangkan strategi kreatif untuk dapat tumbuh. Gramedia World mencoba untuk menjawab tantangan perkembangan digital,” kata Wandi. (ELN)