JAKARTA, KOMPAS — Pameran Arsip yang diselenggarakan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) mampu mengembangkan imajinasi orang yang mengunjunginya. Mereka belajar memahami peristiwa di masa lampau lewat media foto yang dipamerkan.
Pameran Arsip diselenggarakan dalam rangka menyambut HUT ke-72 RI. Acara tersebut diadakan dari Jumat (11/8) sampai Minggu (27/8). Selain di Senayan City, Pameran Arsip juga diselenggarakan di Sarinah, Bandara Soekarno Hatta Terminal 1,2, dan 3, Bandara Supadio Pontianak, dan Bandara Kualanamu, Medan.
“Pameran ini bertujuan untuk mendekatkan diri kepada masyarakat dan untuk membangkitkan rasa kebangsaan dan nasionalisme. Lewat pameran ini, kami ingin menggambarkan proses kemerdekaan yang dicapai dan bagaimana mencapainya,” kata Mustari Irawan, Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) pada pembukaan Pameran Arsip yang bertemakan Kerja Bersama Membangun Negeri di Mal Senayan City.
Pameran Arsip di Senayan City menampilkan 32 arsip. Arsip tersebut berupa 8 foto berwarna dan 18 foto hitam putih. Foto-foto tersebut merupakan foto seputar proses kemerdekaan RI, pembangunan di Jakarta seperti Monas, Hotel Indonesia, Gelora Bung Karno dan pembangunan lainnya.
Selain foto, pameran tersebut juga menampilkan dua poster dan pamflet, peta lokasi ASEAN Games 1959, konsep teks proklamasi, dan teks Amanat Presiden Soekarno saat pembangunan Sarinah.
“Pameran ini membantu kami membayangkan situasi masa lalu, saat kami belum lahir. Akan tetapi, kami ingin pameran ini dibuat lebih besar dan diperbanyak foto-foto yang menceritakan masa perang sehingga sesuai dengan tujuan menyambut hari ulang tahun kemerdekaan RI,” tutur Sheren (22), mahasiswi dan pengunjung mal.
Hal senada juga diungkapkan Ericson (56), karyawan swasta yang mengunjungi mal bersama keluarganya. Ia menilai, pameran arsip perlu dikembangkan.
“Semua arsip yang ada di pameran ini sama pentingnya karena saling berkesinambungan. Nilai sejarahnya yang tinggi merupakan daya tarik dari pameran ini. Selain itu, saya juga dapat melihat daerah di Indonesia yang masih tertinggal, serta menampilkan perjuangan para pemimpin Indonesia dari masa ke masa,” tutur Ericson. (DD08)