Kasus Kekerasan terhadap Anak Masih Tinggi di Sulteng
Oleh
Videlis Jemali
·1 menit baca
PALU, KOMPAS — Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola menyampaikan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di wilayahnya cukup tinggi dari tahun ke tahun. Semua pemangku kepentingan perlu bergandengan tangan untuk memutus mata rantai kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Hal itu disampaikan Longki dalam sambutan di hadapan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Anak Yohana Yembise di Palu, Minggu (30/7) dalam acara ”One Day with Children”. Pada 2014, misalnya, dilaporkan ada 29 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak sebagaimana diterima Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Sulteng.
”Pada 2016 hingga pertengahan tahun ini, dilaporkan ada 69 kasus. Kita harus bergandeng tangan menghentikan kekerasan terhadap perempuan dan anak,” ujar Longki.
Kasus tersebut dipicu berbagai faktor, mulai dari masalah ekonomi rumah tangga, kurangnya pemahaman hukum, hingga lemahnya pengawasan.
Bernyanyi bersama
Yohana dalam acara yang merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Anak Nasional itu bernyanyi dan bersenam ria dengan anak-anak.
Ia memimpin nyanyian dan senam dari atas panggung bersama perwakilan anak-anak. Lagu yang dibawakan seperti ”Di Sini Senang, Di Sana Senang” dan ”Balonku Ada Lima”.
Dari lantai depan panggung, anak-anak bernyanyi dan bersenam dengan penuh semangat.
Yembise menegaskan agar orangtua tidak menggunakan kekerasan dalam mendidik anak. Jika ada kekerasan, bisa dilaporkan kepada kepolisian.