YOGYAKARTA, KOMPAS — Tahun ini, Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa atau STPMD APMD Yogyakarta mulai menyelenggarakan program sekolah desa. Program ini adalah program pendidikan D-3 Pembangunan Masyarakat Desa yang langsung dilaksanakan di desa, dengan peserta kuliah terdiri dari perangkat dan pegiat desa.
Kepala Program Studi Pembangunan Masyarakat Desa STPMD APMD Hardjono mengatakan, tahun ini program sekolah desa mulai dilaksanakan di dua desa, yaitu Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, dan Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul.
”Tahun depan, kami berencana agar program ini bisa dilaksanakan di lebih banyak desa lagi, terutama di dua kabupaten lain, yaitu Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Gunung Kidul,” ujarnya, Rabu (31/5).
Di Desa Wonokerto sementara ini hanya melibatkan warga dari lokal Desa Wonokerto, sedangkan di Desa Panggungharjo peserta kuliah berdatangan dari empat hingga lima desa. Di masing-masing lokasi dibuka satu ruang kuliah dengan jumlah mahasiswa per kelas 20 orang.
Meningkatkan kapasitas
Pembukaan sekolah desa ini sengaja dilakukan untuk semakin meningkatkan kapasitas perangkat dan penggiat desa. Di era sekarang, peningkatan dan penguatan kapasitas sumber daya manusia di desa ini, menurut Hardjono, penting untuk mengawal pelaksanaan UU Desa, sekaligus meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat desa.
”Dengan kewenangan desa yang semakin besar serta demikian banyaknya alokasi dana yang mengalir ke desa, perangkat dan pegiat desa pun dituntut untuk bekerja semakin cerdas dan terampil mengelola sehingga semuanya benar-benar berguna untuk kesejahteraan masyarakat desa,” ujarnya.
Kepala Desa Wonokerto Tomon Haryo Wirosobo mengatakan, 20 peserta program sekolah desa sengaja dipilih dari mereka yang menduduki jabatan dalam struktur pemerintahan desa ataupun beragam organisasi desa lainnya.
”Kami berharap, nantinya ilmu yang didapatkan bisa diaplikasikan pada pekerjaan dan jabatan yang diembannya sehingga secara otomatis juga berdampak bagi kesejahteraan desa,” ujarnya. (EGI)