logo Kompas.id
Pendidikan & KebudayaanOom Pasikom, Kritik Sosial...
Iklan

Oom Pasikom, Kritik Sosial Paduan Seni-Humor

Oleh
· 2 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Kartun bisa menjadi medium untuk mengkritik kehidupan sosial-politik secara rasional. Dengan langkah itu, orang-orang yang dikritik turut berdialog dengan dirinya untuk menemukan solusi atas masalah yang terjadi.Kartun bahkan bisa dikategorikan hasil kerja intelektual karena menyatukan unsur seni dan humor.Demikian benang merah dalam diskusi "50 Tahun Kesaksian Oom Pasikom" di Bentara Budaya Jakarta di kompleks Kompas, Senin (15/5). Diskusi tersebut bagian akhir dari rangkaian pameran kartunis harian Kompas, Gerardus Mayella Sudarta. Acara itu menampilkan pembicara budayawan Mudji Sutrisno, sastrawan Seno Gumira Ajidarma, dan Wakil Pemimpin Redaksi Kompas Trias Kuncahyono, dipandu redaktur budaya harian Kompas, Putu Fajar Arcana."(Apa yang disampaikan GM Sudarta) adalah kritik yang rasional, yaitu mengajak orang untuk berpikir tentang masalah yang sedang diangkat. Saat itu terjadi dialog dengan diri untuk menemukan solusinya," ujar Mudji.Menurut Mudji, kritik rasional GM Sudarta lewat kartun juga bisa mengatasi kecenderungan manusia yang sensitif, bahkan anti terhadap kritik. Kritik jenis ini langsung mengena masalah yang dituju tanpa bermaksud merendahkan orang lain. Dengan kualitas itu, kartunis tak hanya cakap membaca situasi sosial-politik, tetapi juga merenunginya menjadi karya jurnalistik yang khas. "Semuanya bertujuan untuk kehidupan yang lebih baik," katanya. GM Sudarta mengasuh kartun dengan figur Oom Pasikom di Kompas yang terbit setiap hari Sabtu. Ia menciptakan tokoh imajiner berdasi dan bertopi golf itu sejak 1967. Selama hampir seminggu, tidak kurang dari 118 kartun GM Sudarta dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta. Salah satu kartun yang dimuat pada 12 Juli 1967 adalah gambar orang yang di dada hingga perutnya bertuliskan "Koruptor, Garong, Penjelundup". Kepala orang dalam kartun tersebut menyerupai kepalan tangan. Seni dan humorBagi Seno, kartun GM Sudarta mewakili teori agresi (menyerang orang/institusi) dalam dunia humor. Namun, kartun-kartunnya dikreasi dengan seni dan rasa humor yang tinggi. Penyatuan dua unsur itu merupakan kerja intelektual yang tidak ringan.Seno menyatakan, pascareformasi, refleksi atas masalah yang terjadi melalui kartun mestinya lebih mendalam. Karya jurnalistik (kartun) pada hakikatnya kerja kebudayaan.Kerja intelektual kartunis kelahiran Klaten, Jawa Tengah, 72 tahun lalu, itu, menurut Trias, terjalin juga melalui diskusi intensif dengan rekan kerja, termasuk dengan dirinya. Trias menceritakan, GM Sudarta selalu berkomunikasi dengan dirinya tentang isu yang hendak diangkat. Itu terjadi dalam 10 tahun terakhir. Langkah itu untuk mencari, mematangkan, dan memaknai gagasan dalam bentuk kartun. (VDL)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000