logo Kompas.id
Pendidikan & KebudayaanBarus, Perdebatan tentang...
Iklan

Barus, Perdebatan tentang Titik Nol

Oleh
· 3 menit baca

Pada 24 Maret, Presiden Joko Widodo meresmikan Tugu Titik Nol Peradaban Islam Nusantara di Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Tugu di tepi pantai Barus tersebut dibangun karena Barus dinilai sebagai pintu masuk peradaban Islam di Nusantara. Sebelum meresmikan Tugu Titik Nol tersebut, Presiden, antara lain didampingi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy dan Gubernur Sumut Tengku Erry Nuradi, mengunjungi Pemakaman Al-Mahligai, tempat pusara Syeikh Rukn Al-Din. Nisannya sudah tidak ada di pemakaman itu karena dipindahkan ke Museum Sumatera Utara di Medan. Presiden berbincang dengan penutur sejarah Barus, Zuardi Simanullang, dan juru kunci Pemakaman Al-Mahligai, Zahiruddin Pasaribu. Presiden mendapat penjelasan, nisan Rukn Al-Din bertarikh 48 Hijriah atau 662 Masehi, yang diyakini menandakan peradaban Islam masuk ke Barus sejak abad ke-7. Namun, menurut arkeolog dan ahli sejarah, nisan Rukn Al-Din bertarikh 800 Hijriah atau 1397 Masehi. Hal ini mengemuka dalam seminar bertajuk "Peradaban Islam di Nusantara dan Kilometer Nol di Barus" di Universitas Negeri Medan (Unimed), 8 April lalu. Hadir sebagai pembicara arkeolog Balai Arkeologi Sumut Ery Soedewo, Ketua Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-Ilmu Sosial Unimed Ichwan Azhari, Guru Besar Antropologi Unimed Usman Pelly, pengajar Program Studi Sejarah Universitas Syiah Kuala Husaini Ibrahim, Tengku Erry Nuradi, dan Ketua Jam\'iyah Batak Muslim Indonesia Albiner Sitompul.Ery mengatakan, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional meneliti secara intensif di Barus pada 1995-2005. Epigraf dari Perancis, Ludvic Kalus, turut dalam penelitian itu. "Menurut Ludvic, dalam nisan itu tertulis Rukn Al-Din wafat pada malam Senin tanggal 23 bulan Safar tahun 800 Hijriah. Pada tahun Masehi, tanggal itu bertepatan dengan 15 November 1397," katanya.Peradaban Timur Tengah yang lebih tua dari nisan Rukn Al-Din memang ditemukan di Barus. Peneliti menemukan antara lain teko kaca, botol, dan cap dengan tulisan Arab yang berasal dari abad ke-9 hingga ke-11 Masehi. Benda-benda seperti itu juga ditemukan di tempat lain antara lain di Langkat (Sumut) dan di Cirebon (Jabar). "Apakah tulisan Arab itu menunjukkan sudah ada peradaban Islam saat itu, tergantung kita menafsirkannya," ujar Ery.Ichwan mengatakan, perdebatan tentang titik nol peradaban Islam di Nusantara paling tidak dimulai sejak 1963. Ketika itu dalam sebuah seminar di Medan, sejarawan Dada Meuraxa, berdasarkan nisan Rukn Al-Din, mengajukan hipotesis bahwa peradaban Islam ada di Barus sejak tahun 48 Hijriah. Namun, pendapat Meuraxa dibantah sejumlah ahli yang hadir dan seminar itu pun menyimpulkan bahwa nisan itu bertarikh 800 Hijriah. Meski begitu, pendapat Meuraxa tetap hidup di tengah-tengah masyarakat, terutama di kalangan para ulama dan penutur sejarah di Barus, seperti Zuardi. (NSA)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000