Belakangan ini oplosan dan miras (akronim dari minuman keras) lebih sering digunakan oleh media massa dibandingkan dengan frasa minuman keras. Dua kata itu sering muncul di media massa terkait kematian peminumnya. Tren minum oplosan di Indonesia juga disebabkan kekeliruan memaknai minuman keras. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, minuman keras bermakna ’minuman beralkohol yang memabukkan, seperti bir, anggur, arak, tuak’.
Dengan adanya penjelasan ”minuman beralkohol”, anak-anak muda pun mencampur minuman ringan dengan alkohol industri atau alkohol untuk obat luar. Dalam KBBI itu terdapat entri oplosan dengan arti ’hasil mengoplos; campuran; larutan’. Di atasnya terdapat entri oplos, mengoplos yang berarti ’mencampur sesuatu yang asli dengan barang atau bahan yang lain sehingga kadar keasliannya berkurang’. Alkohol dimaknai sebagai’cairan tidak berwarna yang mudah menguap, mudah terbakar, dipakai dalam industri dan pengobatan, merupakan unsur ramuan yang memabukkan di kebanyakan minuman keras, CnH2n+1OH’; ’etanol, C2H5OH’; atau ’senyawa organik dengan gugus OH pada atom karbon jenuh’.
Penjelasan entri alkohol ini bisa menimbulkan salah pengertian bahwa alkohol yang digunakan untuk industri dan pengobatan juga bisa diminum. Padahal, alkohol minuman dibedakan dengan alkohol untuk industri dan pengobatan (obat luar). Alkohol minuman disebut etanol atau etil alkohol, dengan rumus kimia C2H6OH. Alkohol industri dan obat luar disebut metanol atau metil alkohol, CH3OH. Metanol tidak untuk diminum karena beracun dan mematikan. Idealnya, entri etanol dan metanol dijadikan rujukan dalam entri alkohol, dan sebaliknya.
Minuman beralkohol merupakan hasil fermentasi biji-bijian dan buah-buahan oleh kapang Saccharomyces cerevisiae. Kapang ini akan mengubah karbohidrat menjadi gula hingga singkong dan ketan yang tawar akan menjadi tapai yang manis. Kemudian kapang ini akan mengubah gula menjadi etil alkohol. Kadar alkohol hasil fermentasi ini berkisar dari 5% (bir); serta 8-18% (anggur, sake). Apabila hasil fermentasi itu didestilasi (disuling) satu kali, kadar alkoholnya akan meningkat menjadi 30%, dan ketika didestilasi dua kali kadar alkohol akan menjadi 50% (wiski, gin, vodka, rum, tequila, arak).
Minuman beralkohol sudah dikenal manusia sejak sekitar 9.000 tahun yang lalu berupa fermentasi buah anggur. Panen anggur yang melimpah dan tak termakan mendatangkan ide untuk mengambil airnya agar bisa diminum pada musim dingin. Ternyata pada kulit buah di dekat tangkai terdapat kapang Saccharomyces cerevisiae hingga gula dalam air anggur itu diubah menjadi alkohol. Minuman beralkohol jauh lebih tua dari madu (8.000 tahun yang lalu), teh (5.000 tahun yang lalu), dan kopi (baru 700 tahun yang lalu). Minuman beralkohol hanya kalah tua dari susu (11.000 tahun yang lalu).
Indonesia juga mengenal minuman beralkohol bernama tuak, hasil fermentasi nira kelapa, aren, dan lontar. Di Bali dikenal minuman beralkohol bernama brem, hasil fermentasi ketan. Tuak yang didestilasi disebut ciu (Jawa), captikus (Manado), dan moke (NTT). Belakangan di Bali juga diproduksi minuman anggur dengan merek Hatten Wines. Mereka yang ingin mendapat sensasi minuman beralkohol mengambil jalan pintas dengan minum metanol.
Agar metanol enak di mulut, dicampurlah metil alkohol dengan berbagai minuman ringan. Bahkan, ada yang mencampurnya dengan lotion antinyamuk. Diminum dalam volume berlebihan untuk jangka waktu lama, ia akan membuat ketagihan dan merusak lever. Namun, minuman beralkohol tak akan membahayakan secara langsung seperti minuman oplosan.
Meskipun tidak selengkap ensiklopedi, salah satu fungsi kamus juga sebagai sumber pengetahuan dari sebuah kata, frasa, atau idiom. Pengetahuan itu hendaklah benar hingga tidak menimbulkan salah tafsir, atau kekeliruan yang fatal seperti pada makna alkohol. Idealnya penjelasan entri alkohol, 1.etanol, etil alkohol, alkohol minuman hasil fermentasi, dan destilasi (C2H6O); 2. metanol, metil alkohol, alkohol industri (CH3OH), alkohol untuk bahan bakar, dan desinfektan (obat luar, bukan untuk diminum). Dengan penjelasan seperti ini pun, orang kepepetmasih akan meminumnya. Terlebih lagi tanpa ada penjelasan.
F Rahardi, Sastrawan