DENPASAR, KOMPAS -- Ancaman tenaga kerja asing karena ketiadaan tenaga ahli yang dihasilkan dari dalam negeri bisa saja melanda Indonesia. Sebab, kebutuhan tenaga kerja yang memiliki keterampilan spesifik dan bersertifikasi semakin meningkat.
Direktur Bina Standarisasi Kompetensi dan Pelatihan Kerja Kementerian Tenaga Kerja Suhadi dalam rapat kerja nasional Forum Pendidikan Tinggi Vokasi Indonesia (FPTVI) di kampus Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Jumat (10/2), mengatakan ada tiga agenda penting pemerintah mulai tahun ini terkait tenaga kerja, yakni percepatan peningkatan kompetensi angkatan kerja, percepatan sertifikasi kompetensi, dan pengendalian tenaga kerja asing. Peningkatan kualitas tenaga kerja indonesia masih berat karena pendidikan masih rendah sehingga produktivitas pun rendah.
"Dunia pendidikan, terutama vokasi, harus menyelaraskan pembelajaran berbasis kompetensi. Sehingga nanti mampu mencapai kompetensi yang diuji oleh lembaga sertifikasi independen," ujar Suhadi.
Berdasarkan data produktivitas tenaga kerja berdasarkan PDB pekerja untuk Negara ASEAN, Indonesia di nomor 5 dari 10 negara. Indonesia berada di bawah Brunai Darussalam, Singapura, Malaysia, dan Thailand. "Jangan sampai kita disalip Vietnam, Kamboja, dan Myanmar. Karena negara ini juga gencar menyiapkan SDM-nya," kata Suhadi.
Hingga akhir 2016, tenaga kerja indonesia yang berpendidikan rendah (SD dan SMP) sebanyak 60,24 persen, pendidikan menengah ke atas (SMA dan SMK) 27,52 persen, serta pendidikan tinggi (diploma dan universitas) 12,24 persen. Tingkat pengangguran 5,61 persen atau dari 100 orang angkatan kerja terdapat 5-6 orang penganggur.
Ketua FPTVI Sigit Pranowo Hadiwardoyo mengatakan, pekerjaan saat ini banyak membutuhkan teknologi. Pekerjaan sebagai operator dibutuhkan yang disiapkan PT vokasi. Namun, ini membutuhkan lulusan yang kompeten dan bersertifikat yang masih terbatas, misalnya dalam pembangunan kereta cepat dan MRT.
"Jangan sampai investor asing masuk dengan bawa teknologi sekaligus dengan tenaga kerja akibat kita tidak menyediakan. Kebutuhan pasar kerja seperti ini harus dicermati dan diantisipasi dengan menyiapkan SDM yang memenuhi syarat," ujar Sigit yang juga Direktur Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia.