Jadi Gila Gara-gara Rihanna
Melanglang buana satu pesawat sewaan bersama penyanyi kondang Rihanna selama sepekan terdengar fantastis. Namun, bagaimana jika fantasi tak seindah kenyataan? Terjadilah aksi protes berbugil ria!

Penampilan Rihanna saat di Stockholm, Swedia, dalam konser tur 777, Jumat (16/11/2012).
Melanglang buana menggunakan pesawat khusus dalam sepekan bersama penyanyi kondang Rihanna terdengar fantastis. Namun, bagaimana jika fantasi yang dibayangkan tak seindah kenyataan?
Boleh jadi, kegilaan akan terjadi dan yang tak terduga pun terwujud. Pengalaman tak terlupakan, sekaligus bikin kapok.
Beberapa waktu lalu, di grup Facebook bertajuk 777 Rihanna Tour Family, berbagai unggahan foto kenangan bermunculan. Grup ini berisi wartawan-wartawan sedunia jebolan rombongan tur yang digelar Rihanna 10 tahun lalu.
Para wartawan mengunggah berbagai foto kenangan selama perjalanan yang tak terlupakan itu. Ucapan-ucapan semacam ”Happy Rihannaversary, 777 Tour Fam!” bermunculan. Serta-merta saya pun jadi teringat pengalaman satu dekade lalu yang membekas itu....

Konser Rihanna 777 yang digelar selama tujuh hari berturut-turut, berpindah-pindah ke tujuh negara untuk mempromosikan albumnya yang ketujuh Unapologetic. Penampilan Rihanna dengan kaus bergambar daun ganja ini adalah saat tampil di gedung E-Werk, Wilhelmstr, Berlin, Jerman, Minggu (18/11/2012).
Ketika itu, Rihanna menggelar promosi album terbarunya secara ambisius. Promosi album ketujuh, Unapologetic, itu pun dikemas serba tujuh, berupa konser tur yang digelar selama 7 hari berturut-turut dengan berpindah-pindah ke 7 negara untuk mempromosikan albumnya yang ke-7 dengan menyewa pesawat jumbo jet Boeing 777 dari maskapai Delta Airlines.
Pesawat itu digunakan untuk mengangkut 150 wartawan dari 82 negara, puluhan penggemar beratnya yang dijulukinya Navy, serta rombongan kru pribadi.
Perjalanan lengkap tur itu berlangsung 14–20 November 2012 dengan total rombongan 269 orang. Pesawat ini juga diawaki oleh 12 kru kabin yang sama selama sepekan.
Dari Indonesia, harian Kompas diundang Universal Music untuk mengikuti promo tur tersebut di tiga negara, yakni Swedia (Stockholm), Perancis (Paris), dan Jerman (Berlin), pada 15-19 November.
Saya menjadi satu-satunya wartawan dari Indonesia yang turut serta dalam tur ini.
Baca Juga: Di Borobudur, Aku Tumbang Sebelum Berperang

Seorang wartawan berpose di depan pesawat jumbo jet Boeing 777 yang disewa Rihanna untuk menggelar konser di tujuh negara selama tujuh hari berturut-turut, 14-20 November 2012.

Pilot pesawat jumbo jet Boeing 777 Delta Airlines yang disewa oleh Rihanna untuk tur konser 777 selama sepekan.

Suasana di dalam pesawat jumbo air jet Boeing 777 yang disewa Rihanna untuk mengangkut rombongan wartawan dari 82 negara dan para penggemarnya.
Terus terang, ketika redaksi menugasi untuk meliput konser tur tersebut, saya tak terlalu ingat pada sosok Rihanna. Maklum, saya baru setahunan di Desk Kompas Minggu yang mengulas gaya hidup dan hiburan.
Sebelumnya lebih lama meliput isu hukum, keamanan, terorisme/radikalisme, dan kriminalitas lainnya. Lagu-lagu yang sering saya dengar pun masih terjebak di lagu-lagu era 80-an dan 90-an. Mohon maklum, deh.
Saya baru ingat dengan lagu Rihanna setelah diingatkan oleh anak sulung saya yang waktu itu masih usia pra-remaja. Dia hafal lagu ”Umbrella”. Tanpa terlalu menyadarinya, rupanya lagu itu sering terdengar di rumah. //Under my umbrella ella ella ay ay ay...//
”Ooh...yang nyanyi lagu itu...,” batin saya setelah diberi tahu anak.
Setelah itu, sejak seminggu sebelum keberangkatan, saya pun mendengarkan lagu-lagu Rihanna dari album-albumnya yang telah dirilis. Selain juga membaca berbagai artikel yang mengulas sosok penyanyi yang satu ini.
Baca Juga: Gelisah Saat Harus Bertemu Joe Biden

Suasana di dalam pesawat jumbo jet Boeing 777 Delta Airlines yang digunakan untuk mengangkut rombongan wartawan dari 82 negara dan penggemar Rihanna selama konser 7 hari berpindah-pindah ke 7 negara.

Rombongan wartawan dan penggemar melalui akses khusus di bandara Stockholm, Swedia, untuk masuk ke pesawat sewaan Rihanna dalam konser 777.
Seperti juga saya, tidak semua wartawan dari 82 negara itu mengikuti penuh tujuh hari tur. Sebagian wartawan mengikuti separuh saja dari rangkaian tur.
Dengan demikian, di setiap kota, ada wartawan yang baru bergabung dengan rombongan dan ada juga yang meninggalkan rombongan.
Pada akhirnya nanti, saya sebenarnya sangat bersyukur hanya turut serta ke tiga negara dalam tur ini.
Tur dimulai dari Meksiko (Mexico City), Kanada (Toronto), Swedia (Stockholm), Perancis (Paris), Jerman (Berlin), Inggris (London), dan Amerika Serikat (New York).
Setiap wartawan, sebelum bergabung dengan rombongan, telah dibekali dengan jadwal perjalanan berikut waktu presisi di setiap kegiatan. Namun, rupanya jadwal kegiatan berubah-ubah.
Baca Juga: Gempa Cianjur dan Profesi ”Gila”

Beberapa wartawan akhirnya turun dari bus di bandara di Stockholm akibat menunggu terlalu lama untuk masuk pesawat sewaan.
Menunggu dan menunggu
Sepanjang tur, keterlambatan nyaris terjadi di seluruh kota yang disinggahi. Rombongan terpaksa berjam-jam menghabiskan waktu menunggu di hampir setiap titik perjalanan.
Mulai dari menunggu lama di dalam bus yang membawa rombongan dari hotel menuju arena pertunjukan, menunggu pertunjukan itu sendiri, menunggu di dalam bus yang menuju bandara, menunggu di bandara untuk urusan imigrasi dan boarding tanpa kejelasan waktu, hingga menunggu berjam-jam di dalam pesawat sebelum dapat lepas landas.
Setiap keterlambatan itu pada akhirnya berujung pada keterlambatan jadwal pertunjukan. Saat di panggung, Rihanna pun nyaris selalu meminta maaf kepada penonton di setiap konser karena jadwal yang molor.
Keterlambatan demi keterlambatan inilah yang dirasakan amat menjemukan bagi hampir seluruh wartawan, bahkan penggemarnya. Waktu yang terbuang bisa berjam-jam setiap harinya, hanya untuk menunggu.
Baca Juga: Beli Tiket Piala Dunia dari Perjaka Patah Hati

Makanan yang disajikan di dalam pesawat jumbo jet Boeing 777 yang disewa Rihanna untuk konser 777.

Para penonton dalam konser Rihanna 777 yang digelar di gedung Berns Salonger, Stockholm, Swedia, Jumat (16/11/2012).
Penonton, di luar rombongan pesawat di tiap negara, yang juga sudah berjam-jam menunggu, tampak lebih tabah mengikuti tur gadis asal Barbados itu.
Durasi keterlambatan setiap konser bisa sampai dua hingga empat jam. Saya rasanya lebih memilih menunggu jadwal pemeriksaan tersangka di Bareskrim, Mabes Polri, yang, walaupun berjam-jam, terasa lebih punya suspense.
Gosip yang beredar di dalam persawat, Rihanna masih asyik shopping di kota. Hadeuh....
Saat di Paris, misalnya, setelah menginap sejenak di hotel di Bandara Charles de Gaulle, rombongan kemudian masuk pesawat sejak pukul 11.15. Namun, si ”burung besi” baru lepas landas menuju Berlin pada pukul 15.29.
Padahal, menurut jadwal, rombongan seharusnya sudah tiba di Berlin pukul 12.40. Gosip yang beredar di dalam persawat, Rihanna masih asyik shopping di kota. Hadeuh....

Penulis di depan gedung pertunjukan Le Trianon di Paris, Perancis, tempat Rihanna menggelar salah satu dari tujuh konsernya selama sepekan pada November 2012.

Suasana di dalam pesawat sewaaan Rihanna Jumbo Jet Boeing 777. Wartawan amat kelelahan karena harus berjam-jam menunggu di dalam pesawat yang tak kunjung lepas landas.
Semua wartawan yang semuanya kekurangan tidur itu akhirnya mencari kesibukan sendiri-sendiri di dalam pesawat. Mulai dari saling mewawancarai antarwartawan, bernyanyi-nyanyi, bercanda ngalor ngidul, hingga bertaruh pukul berapa pesawat lepas landas.
Saya sendiri sudah bosan harus mengobrol sana-sini dan menyesali diri karena tidak membawa buku untuk dibaca selama aktivitas menunggu yang terus-terusan begitu. Kala itu, telepon seluler yang saya pakai masih Blackberry, yang sudah saya pakai sejak 2009. Bukan ponsel pintar layar sentuh.
Jadi, tak ada mainan untuk berselancar di media sosial yang hanya saya buka sesekali saja kala itu demi menghemat baterai. Di pesawat tak ada colokan untuk mengisi baterai ponsel.
Obrolan di pesawat umumnya mempertanyakan mengapa hingga hari keempat Rihanna tidak juga menunjukkan tanda-tanda untuk berinteraksi dengan rombongan dan penggemarnya yang duduk di kelas ekonomi.
Rihanna sendiri duduk di kompartemen khusus di bagian muka pesawat, yang sama sekali tak terakses. Hal ini menjadi masalah bagi sebagian wartawan yang membutuhkan kutipan langsung dari mulutnya.
Sebagian besar wartawan yang turut dalam rombongan itu tampaknya memang dari media yang spesialis mengulas isu hiburan atau musik. Dengan demikian, mereka amat membutuhkan kutipan langsung dari Rihanna.
Mereka berharap Rihanna nongol di pesawat, keluar dari bilik privatnya, lalu menyapa rombongan wartawan dan penggemarnya.
Saya sendiri santai saja karena tak merasa tertuntut harus dapat kutipan langsung dari Rihanna. Hanya kesal dengan keterlambatan dan ritual menunggu yang terus-menerus.

Penampilan Rihanna saat di Le Trianon, Paris, Perancis, Sabtu (17/11/2012).

Suasana selepas konser Rihanna di gedung pertunjukan Le Trianon, Paris, Perancis. Dalam konser di Paris yang berlangsung cukup cepat, Rihanna hanya membawakan 13 lagu.
Rihanna hanya sempat menunjukkan diri di pesawat pada hari pertama di Meksiko. Itu pun tanpa wawancara. Selebihnya, rombongan tur baru bisa melihatnya lagi saat ia di panggung. Sebagian penggemar bisa melihatnya dua kali dalam acara after party yang berlangsung menjelang pagi, seusai konser di Stockholm dan Paris.
Pada waktu dini hari itu, tentu sebagian besar rombongan telah kembali ke hotel untuk istirahat barang tiga jam, sebelum harus berkumpul lagi di bus menuju bandara.
”Padahal, saya nonton berita di televisi katanya kami nanti bisa ngobrol dengannya, lihat dia tertidur sambil mendengkur di pesawat,” ujar seorang penggemarnya dari Las Vegas, Amerika Serikat.
Yaniv Halily, seorang wartawan Israel dari harian Yedioth Ahronoth, terdengar menyanyikan salah satu lagu Rihanna yang syairnya dipelesetkan. ”We found love in a hopeless plane, we found love in a hopeless plane...,” serunya sambil tertawa-tawa.
Jangan lagi
Kepenatan kian terasa ketika tiba di Berlin, Sabtu (18/11/2012) sore. Seluruh anggota rombongan yang telah didera letih sejak meninggalkan hotel di Paris pada Sabtu pagi tidak disinggahkan dahulu di hotel untuk beristirahat. Setiba di Bandara Schoenefed Berlin, rombongan langsung digiring menuju arena pertunjukan E-Werk.
Para anggota rombongan bahkan harus menyeret-nyeret koper ke arena pertunjukan. Sebuah ruangan di E-Werk rupanya telah disiapkan untuk tempat penitipan koper-koper anggota rombongan.
Rihanna pun kembali terlambat berjam-jam dan baru memulai konsernya pada pukul 23.32. Padahal, jelang tengah malam itu konser seharusnya sudah selesai.
Saya sendiri sempat berharap konser bisa selesai jelang tengah malam sehingga bisa menunaikan janji bertemu dengan seorang kawan lama, wartawan Yedioth Ahronoth, Boaz Arad, yang tinggal di Berlin.
”Sudah, tinggalkan saja Rihanna, paling set lagunya juga sama saja dengan konser sebelumnya. Lebih baik kita jalan-jalan malam sekarang,” ajak Boaz saat menelepon.

Suasana di pintu pemeriksaan tiket konser Rihanna 777 di E-werk, Berlin, Jerman, Minggu (18/11/2012).

Konser 777 Rihanna di gedung E-werk, Berlin, Jerman, Senin (19/11/2012).
Sekalipun benar-benar jenuh, saya memilih tetap menyimak konser edisi Berlin ini. Dan, Boaz benar, lagu-lagu yang dibawakan memang sama. Penampilan Rihanna pun sama saja, cenderung monoton. Ia menutup konsernya dengan lagu ”We Found Love” garapan Calvin Harris.
Rihanna kembali mengakhiri konsernya dengan melewati hari seperti di Stockholm. Jadi, sebenarnya, ambisi tujuh hari tujuh konser tidak tergenapi sempurna ketika ada saja konser yang baru selesai setelah melewati hari.
Seusai konser di E-Werk, pada Minggu 19 November pukul 02.00 rombongan tur kembali menuju Bandara Schoenefed Berlin untuk terbang ke London, Inggris. Waktu tunggu yang lama kembali terjadi saat semua penumpang sudah di dalam pesawat.
Ketika itu, seusai konser, saya berpisah dengan rombongan karena tur yang diikuti Kompas hanya sampai di Berlin. Belakangan saya mendapat kabar, rupanya terjadi insiden heboh di dalam pesawat yang telah dipenuhi penumpang rombongan.

Suasana konser Rihanna di E-werk, Berlin, Jerman.

Penampilan Rihanna saat konser 777 di Stockholm, Swedia, Jumat (16/11/2012).
Akibat harus kembali menunggu berjam-jam di dalam pesawat yang tak segera lepas landas, kesabaran wartawan pun sampai ke ubun-ubun.
Selain jenuh dan lelah luar biasa, suhu di kabin pesawat yang tak kunjung lepas landas itu pun terasa dingin sekali pada waktu menjelang subuh.
Seperti dilaporkan Rolling Stone, dini hari itu tiba-tiba keriuhan luar biasa terjadi di kabin pesawat. Seorang anggota rombongan, DJ asal Australia bernama Tim Dormer, berlari-lari bugil di sepanjang selasar pesawat dari ujung ke ujung.
Seluruh penumpang bersorak sorai, sembari berseru ”Rih! Rih! Rih! Rih! Save our jobs! Interview! Just one quote!”
Aksi bugil Tim ini dalam rangka memprotes keterlambatan yang kembali terjadi dan jalannya tur yang selalu melenceng jauh dari jadwal yang telah dijanjikan.
Setelah insiden itu, dalam perjalanan dari London ke New York, Rihanna akhirnya menampakkan diri di kabin pesawat dan meminta maaf. Rihanna beralasan harus menjaga kesehatannya selama perjalanan sehingga tak dapat menyediakan sedikit pun waktu bersama penggemar dan wartawan.
Saya sepertinya merasa merugi karena tidak sempat melihat langsung aksi bugil Tim yang fenomenal itu. Pasti seru sekali. Jauh lebih seru dari menonton konsernya Rihanna.... He-he-he!
Saat masih di Berlin, Rosie, seorang penggemar beratnya dari San Francisco, Amerika Serikat, berujar, ”Sebaiknya janganlah melakukan atau menjanjikan sesuatu melebihi kemampuan. Saya tak masalah jika harus pulang sekarang. Satu jam pertunjukan di setiap kota, tetapi harus ditebus dengan puluhan jam terbuang tak perlu selama seminggu rasanya tak sepadan,” ujar Rosie.

Penulis saat menonton konser 777 Rihanna di E-werk, Berlin, Jerman, Minggu (18/11/2012).
Senada dengan Rosie, Rolling Stone bahkan memberi tujuh saran bagi Rihanna setelah 777 Tour usai. Saran ke-7 berbunyi, jangan lagi melakukan perjalanan semacam ini. Pedes....
Saya sendiri merasa amat lega ketika cabut dari rombongan di Berlin dan check in di hotel pukul 03.00. Tanpa bersalin pakaian, tubuh langsung menghunjam kasur dan tidur senyenyak-nyenyaknya tanpa mimpi.
Ada janji tertunda yang harus tunai keesokannya untuk berkeliling Berlin bersama kawan lama, Boaz, yang tentu saja terasa lebih antusias untuk dinantikan.