Demi Liputan Kendara, Merakit Sendiri Peredam Kamera Mobil
Perangkat isolator peredam getaran memang sudah banyak tersedia di pasaran. Namun, harganya cukup mahal. Padahal, perangkat ini perlu dicoba demi hasil video yang maksimal. Saya pun tertantang untuk merakitnya sendiri.

Absorber rig car ini merupakan perangkat pendukung untuk pengambilan gambar video liputan Kendara. Gerakan kamera dapat dikontrol dengan aplikasi gawai nirkabel.
Imajinasi berkolaborasi dengan eksekusi. Inilah yang ingin selalu kami wujudkan dalam liputan untuk rubrik Kendara yang mengulas tentang pengalaman mencoba sebuah produk kendaraan, baik roda dua maupun empat.
Rubrik Kendara membutuhkan gambar bergerak dan foto yang dirangkai menjadi sajian multimedia yang melengkapi cerita. Untuk membuat gambar bergerak, dibutuhkan imajinasi agar sajian visual yang dihasilkan menarik dan dapat dinikmati penonton.
Dalam membuat video liputan rubrik Kendara, kami didorong untuk small crew dan solo operator, ataudengan sumber daya manusia seminimal mungkin. Namun, tentu saja dengan target hasil optimal. Untuk itu, diperlukan dukungan peralatan yang ringkas dan mampu bekerja sesuai kebutuhan.
Gambar bergerak monoton yang hanya menampilkan mobil melaju dengan sudut pandang sejajar, kami hindari. Kami ingin menampilkan variasi gambar dari berbagai sudut pengambilan agar tidak membosankan. Salah satunya dengan melakukan pengambilan gambar low angle atau dari sudut bawah obyek.
Untuk mendapatkan gambar dramatis pada saat kendaraan melaju dari sudut pandang rendah, dibutuhkan perangkat kamera yang dapat ditempelkan di badan kendaraan.
Peralatan ini sebaiknya dapat dikontrol dari jarak jauh, termasuk dari dalam kabin mobil. Idealnya lagi tanpa harus menggunakan kabel yang terlalu rumit.

Konstruksi pelat dudukan isolator peredam kamera untuk dipasang di mobil.
Salah satu pilihannya adalah menggunakan dudukan magnetik isolator getaran karena perangkat ini mampu meredam guncangan. Alat ini dibutuhkan untuk merekam gerak mobil yang melaju kencang di jalan. Dengan alat ini, videografer dapat merekam gambar tanpa perlu mengeluarkan tubuhnya karena dapat membahayakan jiwa.
Peredam guncangan ini sangat berguna mengingat kebanyakan konstruksi jalan di Indonesia menggunakan aspal dan beton yang saat dilintasi menimbulkanguncangan atau getaran karena permukaan jalan yang bergelombang. Kondisi ini sangat terasa saat kita menaruh kamera di atas kendaraan untuk pengambilan gambar.
Meski sudah banyak tersedia di pasar lokal, perangkat isolator peredam getaran ini cukup mahal. Sebut saja produk rakitan pabrik merek Kessler, Proaim, Tilta Hydra Alien, dan lainnya, yang harganya bisa di atas Rp 25 juta.
Meski mahal, karena perangkat ini sangat membantu dalam liputan Kendara, tentu saja harus dicoba. Namun, mengingat harganya yang kurang terjangkau, saya terpikir untuk merakit sendiri dari komponen-komponen yang diperlukan. Setelah memperhatikan konstruksinya, rasanya hal itu mungkin untuk dilakukan.
Saya segera berselancar untuk mencari tahu detail cara kerja dan fungsi isolator peredam ini. Sungguh menggembirakan, ternyata banyak referensi bertebaran. Lebih membahagiakan lagi karena tampaknya alat ini bisa digarap oleh pekerja bengkel bubut yang ada di sekitar kita.
Baca juga : Terjebak Macet di Mandalika, Ambar Sebelum Gebyar

Absorber rig car ini merupakan perangkat pendukung untuk pengambilan gambar video liputan Kendara. Perangkat ini memiliki isolator peredam guncangan saat melalui jalan aspal yang bergelombang.
Saya kemudian mencari material yang dibutuhkan, seperti pelat aluminium berdiameter 20 sentimeter dengan ketebalan 5 milimeter. Material lain adalah kawat sling galvanis antikarat berdiameter 6 milimeter, berikut 24 buah klemnya yang berfungsi sebagai penyangga agar nantinya bisa bergerak lentur apabila ada guncangan.
Material pendukung yang juga dibutuhkan adalah baut dan mur. Agar dapat menempel pada badan mobil, isolator ini menggunakan 8 magnet berdiameter 8,5 sentimeter.
Bersyukur ternyata material yang dibutuhkan semuanya tersedia di toko dekat rumah dan juga toko daring. Dengan begitu, saya tak perlu repot-repot ke kawasan Glodok, Jakarta, hanya untuk mencari material-material tersebut.
Setelah semua material siap, saya mulai menggambar konstruksi isolator. Di kedua pelat isolator yang berbentuk bulat, saya beri tanda untuk lubang baut yang ukurannya beragam. Jumlah lubangnya pun mencapai puluhan.
Baut ini nantinya untuk mengikat kawat sling yang menghubungkan dua pelat. Sebagian lubang yang terdapat pada bagian atas juga berguna sebagai dudukan atau bantalan gimbal DJI Ronin S yang saya gunakan.
Untuk pengerjaannya, saya percayakan kepada sahabat saya, Rosidun, yang puluhan tahun berkutat di bengkel bubut di kawasan Cinere, Depok, Jawa Barat.
Saya hanya perlu memberi sedikit masukan sesuai kebutuhan dan gambar konstruksi. Pekerjaan di bengkel bubut pun dapat diselesaikan dalam waktu sepekan. Hasilnya terlihat rapi meski tentu tak sepresisi buatan pabrik dengan mesin CNC Router.
Setelah semua komponen siap, pekerjaan terakhir adalah merakitnya satu per satu menjadi bentuk isolator. Karena perangkat ini akan berada di atas badan mobil yang bergerak, ketelitian dan kekuatan baut perlu mendapat perhatian khusus.
Sebelum akhirnya benar-benar digunakan dalam liputan, saya melakukan simulasi terlebih dahulu di atas kap mesin mobil pribadi untuk mengecek titik beban kamera dan daya rekat magnet isolator ini.
Merekam video mobil sport
Pada awal tahun 2020, kami berkesempatan mencoba kendara Toyota GR Supra. Mobil ini bertipe sport dengan warna merah mencolok yang sangat fotogenik dan seksi.
Warna merah ini yang kemudian mendorong kami untuk melakukan pengambilan gambar pada malam hari di tengah kota Jakarta yang cukup terang oleh penerangan lampu jalan. Kami sengaja memilih waktu tengah malam agar tidak mengganggu pengguna jalan lainnya.
Bersama wartawan Kompas yang biasa liputan Kendara, Dahono Fitrianto, kami merakit perangkat isolator peredam dengan hati-hati dan penuh ketelitian. Perangkat ini kami tempatkan di bagian belakang mobil tipe kabin ganda yang akan saya gunakan. Saya mengikat perangkat ini erat-erat dengan tali agar gimbal dan kamera yang terpasang tidak terlepas. Pasalnya, posisi gimbal dan kamera tidak jauh dari permukaan jalan aspal.
Setelah mengambil visual bagian muka mobil dengan posisi frontal, untuk pengambilan kedua yang menyorot bagian samping dan depan mobil, isolator peredam saya pindahkan posisinya ke atas kap mesin mobil.
Baca juga : Suatu Sore, Seusai Serangan Teror di New York

Merakit perangkat absorber rig car saat liputan Kendara di kawasan pantai Depok, Bantul, DI Yogyakarta.
Dari hasil pengambilan gambar dengan menggunakan isolator peredam hasil rakitan ini, terlihat bahwa perangkat ini cukup mampu menstabilkan kamera dari guncangan dan getaran. Ini terlihat dari hasil rekaman saat mobil melintas di atas sambungan jalan aspal yang bergelombang.
Perangkat ini kembali kami coba pada bulan Februari 2020. Saat itu, kami berkesempatan melakukan perjalanan ke Yogyakarta dengan dua kendaraan, All New Corolla Altis dan Corolla Altis generasi sebelumnya.
Perjalanan kali ini selain bersama Dahono Fitrianto juga bersama wartawan Kompas lainnya, Mahdi Muhammad. Tim supporting Toyota Astra Motor turut mendampingi.
Untuk liputan kali ini, kami memilih kawasan pantai Depok, Bantul, di selatan kota Yogyakarta. Tempat ini dipilih karena sepi dan terdapat landasan pacu sepanjang 800 meter sehingga cukup leluasa untuk mengambil gambar dua kendaraan berbarengan dalam satu bingkai.
Baca juga : Pengalaman di Rusia (2): Antara Hidup dan Mati di Elbrus
Perangkat isolator saya gunakan untuk mengambil gerak kedua mobil yang tengah melesat di landasan pacu, baik dari bagian muka, samping, maupun belakang mobil.
Pengambilan gambar video memang tak lepas dari hal-hal teknis. Karena itu, peralatan yang sesuai cukup penting untuk mendukung konten dalam bercerita. Peralatan itu tidak melulu harus membeli, bisa dirakit sendiri sepanjang memungkinkan. Sebuah pengalaman untuk tetap kreatif di tengah situasi sempit.