Menguak Kisah Vaksin Titipan Partai hingga BUMN
Gudang-gudang penyimpanan vaksin menyimpan cerita tentang ketimpangan alokasi hingga adanya vaksin-vaksin titipan. Vaksin titipan ini yang sulit disinergikan dengan program vaksinasi pemerintah setempat.

Salah satu ruang berpendingin yang digunakan untuk penyimpanan vaksin Covid-19 Sinovac dari Bio Farma di gudang Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Kawasan Industri Tambak Aji, Kota Semarang, Senin (1/1/2021).
Memasuki sebuah ruangan, tubuh kami tiba-tiba terasa menggigil. Bukan akibat dinginnya suhu di ruangan tersebut, melainkan karena mengetahui tentang alokasi vaksin Covid-19 yang tersimpan di sana.
Di gudang-gudang penyimpanan, ternyata vaksin yang tiba sudah ada jatah penerimanya. Penjatahan ini menyulitkan pemerintah daerah mengalokasikan vaksin ke kelompok sasaran.
Ibaratnya, pemda hanya ketiban tempat penyimpanan. Sebagian vaksin yang datang, sudah ada pemiliknya, yakni entitas lain di luar pemda. ”Penerima” vaksin di luar pemda yang dimaksud, antara lain TNI, Polri, partai politik, organisasi kemasyarakatan, dan badan usaha milik negara (BUMN).
Baca Juga: Vaksin Titipan Hanya Menumpang Lewat
”Ada yang sudah dialokasikan dari pusat langsung. Selain untuk Pemprov Jateng, ada vaksin yang ditujukan untuk BUMN, partai politik, dan pihak-pihak lain,” kata Kasiman, penjaga vaksin di gudang vaksin Pemprov Jateng, Jumat (30/7/2021).
Petang itu, gudang vaksin Pemprov Jateng hanya dijaga oleh Kasiman. Seorang penjaga lainnya sedang terpapar Covid-19 sehingga harus menjalani karantina. Gudang Vaksin Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah merupakan kompleks pergudangan alat-alat kesehatan. Pagar tembok tinggi melingkari beberapa bangunan yang ada di kompleks tersebut. Beberapa petugas keamanan berjaga di pintu gerbangnya.
Hari beranjak malam. Kasiman akan bertugas semalaman di sana. Selain dari pegawai Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, semestinya berjaga pula petugas kepolisian. Kami lihat meja penjagaan polisi kosong. ”Petugas polisi sedang istirahat sebentar. Sebentar lagi datang,” kata Kasiman.

Gudang vaksin Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah di Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (30/7/2021). Gudang ini menyimpan beberapa jenis vaksin Covid-19, seperti Moderna, Sinovac, dan Sinopharm yang masing-masing penyimpanan dilakukan pada ruang dan suhu dingin yang berbeda-beda, sesuai syarat rantai dingin tiap vaksin.
Di tempat penyimpanan vaksin terdapat dua ruang terpisah. Satu ruangan untuk menyimpan vaksin Sinovac dan Sinopharm dengan suhu 2-8 derajat celsius. Ruangan berukuran sekitar 3x5 meter persegi itu disebut kamar dingin. Penunjuk suhu tergantung di tengah ruangan dan menjadi alat vital dalam menjaga kualitas vaksin.
Satu ruang lainnya untuk menyimpan vaksin Moderna. Ruangan itu dilengkapi pintu tebal dan berat. Saat dibuka, uap es langsung mengepul dari dalam. Suhu di ruangan itu -20 derajat celsius sesuai petunjuk penyimpanan agar vaksin Moderna terjaga kualitasnya. Kami tak bisa berlama-lama di sana karena udara dingin yang tak tertahankan.
Baca Juga: Mengejar Angka, Melupakan Lansia
Tugas Kasiman sebenarnya berat. Dia harus selalu siap di sana siang, malam, dan subuh. Ini demi keamanan, selain waktu kedatangan dan pengambilan vaksin yang tak menentu, bisa kapan saja. Para penanggung jawab gudang vaksin itu juga bertugas mencatat secara cermat setiap vaksin yang masuk dan keluar, memastikan validitas pengambil vaksin, serta mengawasi kondisi rantai dingin. Mereka juga perlu memilah-milah vaksin sesuai alokasi penerimanya.
Dengan tanggung jawab itu, mereka berbagi peran. Jumat itu, koordinator penanggung jawab tengah isolasi mandiri sehingga petugas lain yang sehat harus saling mengisi peran. Kasiman tak sampai terpikir bagaimana jika tempat itu menjadi sasaran kejahatan. Namun, dia sudah siap mengantisipasinya.
Baca Juga: ”Konser Neraka” Deep Purple, Kedatangan Gerald Ford, dan Operasi ke Timtim

Purwanto (67), penjual cendol di Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten, adalah salah satu lansia yang belum mendapat vaksin, Sabtu (21/8/2021). Meski tergolong kelompok rentan, jumlah warga lansia yang sudah divaksin masih sedikit dibandingkan dengan kelompok warga lainnya.
Stok minim
Dari Semarang, kami melihat gudang vaksin di Kabupaten Wonogiri. Pada saat yang sama, dua rekan kami mendatangi gudang vaksin di Kota Bogor, Jawa Barat. Kami membagi tim menjadi dua untuk menyusuri gudang-gudang penyimpanan vaksin guna mengejar tenggat liputan.
Di gudang vaksin Wonogiri, kami diterima petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri, Dullah, Minggu (1/8/2021). Ia sebenarnya tidak ada jadwal tugas hari itu. Namun, karena seluruh penanggung jawab ruang vaksin tidak datang akibat terpapar Covid-19, mau tidak mau ia harus masuk. ”Seluruh pegawai di ruangan ini sedang isolasi mandiri karena positif Covid-19. Mereka ini yang mengurus vaksin,” kata Dullah.
Vaksin di Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri disimpan di dalam kotak pendingin vaksin berwarna biru tua. Ukurannya hampir sama dengan lemari es krim di toko-toko.
Baca Juga: Wonogiri Memaksimalkan Keterbatasan Vaksin
Kotak itu masih menyisakan banyak ruang kosong meskipun pasokan vaksin baru saja datang beberapa hari sebelumnya. Dinkes Kabupaten Wonogiri baru saja menerima kiriman vaksin sebanyak 750 vial yang tersimpan dalam 75 kotak kertas sebesar odol. Di sana juga tersimpan vaksin Covid-19 milik Polres Wonogiri yang dititipkan dalam kotak dingin untuk menjaga kualitas.
Banyaknya pegawai yang terpapar membuat penjagaan di gudang vaksin longgar. Dua polisi yang biasanya berjaga di pintu ruang vaksin juga sudah beberapa hari tidak datang. Ini karena proses sterilisasi ruangan kantor tengah berlangsung. ”Mereka mungkin menunggu sampai sterilisasi benar-benar aman,” kata Dullah.
Di meja jaga hanya terlihat makanan kecil dan botol minuman yang ditinggalkan pemiliknya begitu saja. Dengan banyaknya petugas yang terpapar, ruangan vaksin yang terkunci rapat itu hanya diawasi oleh kamera pemantau (CCTV) yang terpasang tepat di depan ruang penyimpanan vaksin.
Baca Juga: Dari Lapangan Berakhir di Ruang Perawatan

Dullah, penjaga vaksin Covid-19 di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, menunjukkan persediaan vaksin di tempat itu, Minggu (1/8/2021).
Titipan partai
Di Bogor, tim kami berhasil mengakses gudang vaksin Dinas Kesehatan Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (2/8/2021) sore. Tujuh kulkas vaksin tersusun di sana. Sementara belasan botol vial yang sudah kosong tergeletak di atas salah satu penutup kotak pendingin berwarna biru.
Rosi, pengelola rantai dingin Dinas Kesehatan Kota Bogor Jawa Barat, menuturkan, gudang itu tidak hanya menyimpan vaksin milik pemerintah daerah. Ada pula vaksin jatah untuk sejumlah partai politik yang dititipkan di situ.
Rosi tak mengetahui ke mana vaksin titipan itu dibawa. Ketika hari penyuntikan tiba, utusan dari parpol datang untuk menjemput vaksin dari gudang. ”Mereka ngadain di mana, enggak tahu kami. Nanti tim mereka ngambil dan dibawa ke lokasi (vaksinasi) mereka,” ujarnya.
Baca Juga: Tidak Ada Vaksin di Garis Depan Layanan Lansia
Kami bengong mendengar penuturannya. ”Bisa-bisanya partai politik mendapat jatah dan menitipkan vaksin untuk dipakai entah di mana,” kata salah satu teman kami.
Lain hari, kami juga menyaksikan vaksin-vaksin Covid-19 itu dipakai di kantor partai dan untuk anggota serta pengurus partai sendiri. Peristiwa ini kami saksikan di Klaten, Jawa Tengah, dan di Tangerang Selatan, Banten.
Selain di Bogor, kami juga mendatangi gudang vaksin milik Pemprov Jabar, di Kopo, Bandung, Kamis (5/8/2021). Di sini kami melihat dari dekat keberadaan dua kontainer penyimpan vaksin Sinovac, AstraZeneca, Moderna, dan Sinopharm. Selain dijaga oleh 8-10 personel Polri, gudang itu setiap harinya juga dijaga oleh sembilan petugas dari pemprov yang terbagi dalam tiga sif.
Baca Juga: Berbalut Rompi Antipeluru, Pengalaman Saya Selama di Kota Kabul

Gudang penyimpanan vaksin milik Pemprov Jabar di BIZ PARK Commercial Estate, Bandung, Jawa Barat, Kamis (5/8/2021). Di gudang ini, vaksin-vaksin alokasi untuk daerah dititipkan sementara sebelum didistribusikan.
Di dalam gudang terdapat kardus-kardus bertuliskan nama kota/kabupaten dan lokasi tujuan distribusi vaksin. Seluruh alokasi vaksin untuk pemda dan lembaga-lembaga kolaborator di seluruh Jawa Barat transit di sana sebelum didistribusikan ke penerimanya.
Untuk mengambil jatahnya, para ”pemilik” harus vaksin menunjukkan dokumen yang berisi jumlah alokasi, jenis, dan sasaran vaksin. Setelah dokumen tervalidasi, pihak Pemprov Jawa Barat akan mengirimkannya ke daerah masing-masing sesuai persyaratan dalam dokumen.
Seperti ditemukan di Bogor dan Semarang, vaksin titipan pihak nonpemerintah daerah juga kami terlihat di sini. Penuturan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jabar Nina Susana Dewi, ada vaksin untuk DPR, ormas, dan kalangan perbankan.
Baca Juga: Vaksin Tak Terpakai untuk Warga Lansia
Perjalanan kami belum berakhir. Kami mulai menyusuri tempat penyimpanan vaksin di tingkat puskesmas. Di sini, yang kami dapati justru kenestapaan. Sebagian puskesmas hampir sepekan itu tidak memiliki stok vaksin, seperti dialami Puskesmas Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Padahal, puskesmas ini mengemban target 80.000 sasaran vaksinasi. Saat kami mendatangi puskesmas itu, Jumat (6/8/2021), vaksinasi baru menyasar 4.000 warga atau setara 5 persen dari target. ”Baru siang ini kami jemput vaksinnya ke dinkes,” kata Plt Kepala Puskesmas Rancaekek dr Lidya Tampubolon.
Kisah serupa terjadi di Puskesmas Sekeloa, Kamis (5/8/2021). Stok vaksin di tempat ini tinggal 12 vial saja. Padahal, antusiasme warga untuk mendapatkan vaksin sangat tinggi. Mereka tidak henti-hentinya mengirimkan pesan lewat telepon seluler menanyakan jadwal vaksinasi.
Baca Juga: Merah Putih di Puncak Kilimanjaro

Stok vaksin yang hanya tersisa 12 dosis di Puskesmas Sekeloa, Bandung, Jawa Barat, Kamis (5/8/2021).
Ironisnya, di tengah keterbatasan stok vaksin di tempat itu, ada saja yang menitipkan vaksin. Salah satunya dari PT Pertamina (Persero). ”Yang pertama 300 dosis. Vaksinasinya digelar di Kantor Pertamina di Bandung,” kata Siti Diniyati (32), bidan yang bertugas di Puskesmas Sekeloa.
Lantaran keterbatasan stok, tidak jarang para nakes puskesmas menjadi sasaran amarah warga setempat. Jika sudah begitu, mereka hanya bisa pasrah. Para nakes pun tidak bisa memastikan kapan vaksin akan tiba, berapa jumlahnya, dan jenis vaksin yang akan diterima.
Baca Juga: Bagi-bagi Vaksin Covid-19 Abaikan Warga Lansia
Meski vaksin tidak selalu lancar, nakes di Sekeloa tidaklah longgar pekerjaannya. Mereka masih harus melayani warga yang bergejala, mengeluh setelah divaksin, dan melakukan pelacakan kasus. Akibatnya, sebagian nakes pun tak terhindarkan jatuh sakit dan terpapar virus.
”Saya positif pada 14 Juli lalu. Sebelum kena, saya membantu vaksinasi di Puskesmas Sukahaji. Kami sesama puskesmas saling membantu. Setelah vaksinasi massal, sorenya ngedrop dan mulai bergejala,” kenang Kepala Puskesmas Sekeloa drg Meta.
Dari tempat-tempat penyimpanan vaksin itu, banyak sekali informasi kami peroleh. Salah satunya, adanya kelompok yang paling tertinggal dalam vaksinasi...