Mendadak Vaksin Covid-19
Di saat orang lain menjauhi tempat-tempat yang berpotensi menularkan Covid-19, kami justru harus mendekatinya sebagai bahan laporan kepada pembaca. Mendapat vaksin Covid-19 menurunkan risiko kami tertular dan menulari.
Wartawan dan fotografer harian Kompas yang bertugas di Semarang, yakni Aditya Putra Perdana dan P Raditya Mahendra Yasa, mendapat vaksin Covid-19. Kesempatan ini tidak mereka duga sebelumnya karena tawaran datang saat meliput kegiatan vaksin tahap II untuk ASN petugas layanan publik di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, 22 Februari 2020. Berikut pengalaman keduanya.
Pengalaman P Raditya Mahendra Yasa
Sebagai jurnalis foto, merebaknya pandemi Covid-19 sempat membuat ciut nyali. Pasalnya, kami tidak mungkin hanya bekerja dari rumah. Foto-foto peristiwa baru bisa kami peroleh jika terjun ke lapangan. Di saat orang lain takut dan menjauhi tempat-tempat yang berpotensi menularkan penyakit ini, kami justru harus mendekatinya sebagai bahan laporan kepada pembaca.
Mendatangi tempat isolasi, rumah sakit, sampai tempat pemakaman pasien meninggal karena positif Covid-19, sudah hampir menjadi agenda rutin. Tentu saja, rasa khawatir akan tertular dan berdisiplin dalam menjalankan protokol kesehatan terkadang membuat lelah.
Seperti halnya beberapa kali harus mengikuti tes cepat dan tes usap Covid-19 karena meliput peristiwa atau berada di lokasi dengan risiko penularan yang tinggi.
Baca juga : Menjadi ”Korban” Saat Liputan Bencana
Jika sebelumnya, korban-korban Covid-19 yang saya temui adalah orang-orang yang tidak kenal. Makin lama, semakin banyak orang di lingkaran pertemanan dan kerabat saya yang terkena. Ada yang kondisinya sampai parah, bahkan meninggal dunia. Kondisi ini mau tidak mau membuat saya semakin khawatir.
Di tengah rasa khawatir, standar ketat aturan peliputan yang diterapkan kantor, membantu mengingatkan saya untuk kembali disiplin menjaga protokol kesehatan. Setiap usai perjalanan peliputan, kami harus melaporkan interaksi di lokasi liputan. Untuk menjaga jarak aman, pemakaian lensa panjang lebih dianjurkan.
Baca juga : ”Panic at The Toilet” di Kapal Baruna Jaya IV
Dengan kondisi yang belum terlihat mereda, isu terkait pandemi masih mendominasi liputan. Salah satunya kemunculan vaksin. Kegiatan vaksinasi yang masih diselenggarakan terbatas menjadi salah satu target prioritas liputan saya. Misalnya, vaksinasi pertama di Kota Semarang pada 14 Januari 2021.
Kegiatan vaksinasi berikutnya yang saya liput diselenggarakan di Kantor Gubernur Jawa Tengah, Senin (22/2/2021) pagi. Program ini menarik karena ditujukan untuk para pedagang dan pegawai negeri sipil. Sebelumnya, kalangan yang divaksin adalah tenaga kesehatan dan pejabat publik.
Setibanya di lokasi, saya memotret vaksinasi dari berbagai sudut terbaik. Salah satunya yang menampilkan petugas tengah bekerja. Suatu kali, ketika tengah mengarahkan kamera ke seorang petugas, ia malah menawari saya untuk mendaftar sebagai peserta vaksin Covid-19. Tanpa berpikir lama-lama, saya langsung menerima tawaran yang sebelumnya tidak pernah saya duga itu.
Profesi yang menuntut kami harus berada di lapangan, menempatkan kami sebagai salah satu kelompok yang rentan tertular Covid-19. Artinya, kami pun berisiko tinggi menulari orang lain karena frekuensi pertemuan yang tinggi dengan orang banyak. Dengan divaksin, berarti kami terlindungi sekaligus melindungi banyak orang dari kemungkinan tertular.
Baca juga : Disangka Korban Prostitusi yang Kabur
Saya dan beberapa rekan jurnalis kemudian mengikuti proses mengisi formulir pendaftaran dan wawancara mengenai riwayat kesehatan. Bagi yang lolos, diberi secarik kertas berisi persetujuan vaksinasi.
Saya pun bergegas mendatangi petugas kesehatan selanjutnya. Jarum suntik berisi vaksin Covid-19 kemudian disuntikkan ke lengan kiri saya. Rupanya, pada waktu yang bersamaan beberapa teman mengabadikan momen saya disuntik melalui kamera ponselnya.
Jadilah setelahnya, foto dengan raut wajah saya yang tengah menahan nyeri saat disuntik, beredar di beberapa grup Whatsapp pertemanan. Candaan dan berbagai komentar mendominasi percakapan pagi itu.
Pengalaman divaksin ini kemudian juga saya bagikan di media sosial Instagram. Ramai tanggapan dan pertanyaan dari teman-teman soal reaksi yang saya rasakan seusai vaksin.
Baca juga : Berburu Harimau Lepas yang Menerkam Penjaga
Rasa penasaran orang-orang di sekitar saya muncul karena sebelumnya beredar kabar tentang efek samping vaksin ini. Reaksi buruk kebanyakan timbul karena kondisi tubuh yang tidak fit, tekanan darah tinggi, atau adanya riwayat kesehatan yang kurang baik.
Adapun saya, saat ditanya reaksi yang saya rasakan, hanya kesemutan dan ngantuk. Tidak ada drama lainnya. ”Drama”-nya justru berupa foto saya yang dijadikan bulan-bulanan.
Pengalaman Aditya Putra Perdana
Sebelum akhirnya divaksin, saya sebenarnya tipe orang yang kurang antusias dengan vaksin Covid-19. Banyaknya merek, tingkat efikasi yang berbeda-beda, dan efek sampingnya, membuat saya skeptis.
Saya sebenarnya mafhum karena Covid-19 merupakan jenis baru dari keluarga virus korona sehingga, ibaratnya semua masih serba meraba. Para peneliti masih terus meneliti dan mengembangkan antivirusnya.
Kendati demikian, bukan berarti saya antivaksin. Sederhananya, saya tidak menaruh banyak harapan dan lebih berpegangan pada protokol kesehatan.
Namun, seiring waktu, dengan telah dimulainya vaksinasi dan tampaknya tidak ada efek samping berarti yang disebabkannya, saya pun mulai berpikir: kalau memang ada kesempatan kenapa tidak? Pada akhirnya, itu merupakan bagian dari upaya pencegahan Covid-19.
Kesempatan untuk vaksin ternyata tiba Senin (22/2/2021) atau bertepatan dengan dimulainya vaksinasi Covid-19 tahap II di Jateng, yang diperuntukkan, di antaranya, untuk petugas pelayanan publik. Sehari sebelumnya, diinformasikan bahwa pencanangan vaksinasi untuk ASN Pemprov Jateng akan dilakukan di Gedung Gradhika Bhakti Praja di kompleks Gubernur Jateng, Kota Semarang, pada Senin pukul 07.30.
Hari itu, saya sengaja tidak datang saat seremoni di pagi hari. Selain masih mengerjakan tulisan yang belum tuntas, saya pikir akan lebih efektif jika saya tiba di lokasi acara agak siang. Selain proses vaksinasi sudah dimulai, saya juga hendak meliput rapat penanganan Covid-19 Jateng, juga di kompleks yang sama sehingga saya tidak perlu menunggu terlalu lama. Lagipula, vaksinasi masih akan berlangsung hingga sore hari sehingga ada banyak waktu untuk meliput.
Namun, pada pukul 08.11, di grup percakapan Whatsapp (WA) yang berisi para wartawan di Semarang, terutama yang nge-pos di kantor provinsi, muncul pengumuman dari tim media Humas Pemprov Jateng. Rupanya, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menawari wartawan untuk mendaftar ikut vaksinasi. Sejumlah wartawan yang datang sejak pagi langsung dicek kesehatannya dan divaksin.
Membaca informasi dadakan itu, saya segera berangkat ke lokasi. Ketika datang kesempatan baik, kenapa tidak dimanfaatkan? Lebih-lebih, istri dan anak saya yang semula tinggal terpisah di Bandung, sejak November 2020 pindah ke Semarang. Sebagai orang yang paling berisiko di keluarga, vaksin menjadi bagian dari ikhtiar saya untuk melindungi mereka dan pada gilirannya lingkungan sekitar.
Begitu tiba di lokasi vaksinasi, saya bersama beberapa wartawan lain yang baru datang segera mendaftar yang diawali dengan pemeriksaan kesehatan. Tekanan darah saya 143. Petugas, yang berasal dari RSUD Tugurejo, mengatakan agak tinggi, tetapi saya diperbolehkan melanjutkan proses. Sebelumnya, data KTP saya lebih dulu dicatat.
Setelah melalui empat meja, akhirnya saya divaksin di lengan kiri. Setelah itu, saya menerima kartu vaksin dan dijadwalkan vaksin kedua 14 hari ke depan atau pada 8 Maret 2021. Saat itu, saya tidak diminta diam dulu selama 30 menit, seperti prosedur yang selama ini saya ketahui. Namun, alhamdulillah, setelah 30 menit, bahkan hingga sekarang, tidak ada reaksi serius.
Sekitar 15 menit pascavaksin, saya hanya merasa sedikit kesemutan atau pegal di lengan, tetapi hanya 1-2 menit dan setelah itu hilang. Dari yang saya ketahui, itu merupakan reaksi wajar setelah divaksin.
Pada sore hari juga tidak terasa apa-apa, hanya sedikit nyeri jika titik bekas suntikan di lengan ditekan. Semoga aman seterusnya dan yang utama, bisa terlindungi dari Covid-19. Tentu, tanpa menjadi terlena akan penerapan protokol kesehatan.
Sekitar 15 menit pascavaksin, saya hanya merasa sedikit kesemutan atau pegal di lengan, tetapi hanya 1-2 menit dan setelah itu hilang.
Vaksin bagi wartawan yang disediakan Pemprov Jateng rupanya hanya hingga Selasa (23/2/2021) siang dan diperuntukkan bagi wartawan yang meliput di lapangan. Keterbatasan vaksin menjadi alasan.
Pasalnya, pada termin pertama tahap II, Jateng baru kedatangan 1 juta dosis. Sementara sasaran tahap II sebanyak 5,5 juta orang. Semoga teman-teman wartawan lainnya segera divaksin.