Euforia Perayaan Terpilihnya Obama
Wartawan ”Kompas”, Simon Saragih, menceritakan pengalamannya berada di tengah massa yang merayakan kemenangan Presiden Barack Obama pada 2008. Perayaan yang mirip kembali terjadi pada kemenangan Joe Biden kali ini.
Simply the Best!
Itulah judul lagu rocker perempuan AS Tina Turner berkumandang usai pidato kemenangan Presiden baru AS Joe Biden, di Wilmington, Delaware, Sabtu (10/11/2020) malam. Dia didampingi Wakil Presiden baru Kamala Harris beserta keluarga besar Biden-Harris. Simply the best, memang terbaiklah, kira-kira demikian pesan lagu itu.
I call you when I need you, my heart\'s on fire
You come to me, come to me wild and wired
Oh, you come to me, give me everything I need
Penggalan lirik lagu ”Simply the Best” benar-benar mewarnai rasa dahaga warga AS akan kehadiran seorang presiden bermartabat. Massa dalam pidato Biden memang tdak semeriah massa saat Presiden Barack Obama menyampaikan pidato kemenangan di Grand Park, Chicago, pada 2008 lalu. Bisa dimaklumi karena ini sedang masa pandemi covid-19. Akan tetapi, nuansa euforia tidak berkurang.
Ini mengingatkan kembali suasana euforia di seantero AS ketika Obama terpilih pada 4 November 2008. Saya meliput Pemilu 2008 dengan posisi di Boston, Massachusetts, ketika itu. Saat itu, porsi kemenangan adalah 365 suara elektoral untuk Obama dan 173 suara elektoral untuk John McCain. Ini membuktikan dengan sendirinya euforia meluas di AS ketika itu. Kemenangan Obama disebut landslide, alias telak. Obama beerhasil membirukan daerah-daerah merah, basis Republikan. Obama dari Demokrat.
Jalanan di Boston pada malam hari usai pemilu langsung ramai dengan bunyi klakson kendaraan. Nada keras klakson tiada henti sehingga harus menutup kuping. Nada keras ini diikuti riuh rendah teriakan bahagia warga. Setiap orang tidak saling kenal, tetapi serasa bersaudara dengan wajah sumringah dan penuh senyuman. Warga di jalanan saling menyapa, saling mengangkat tangan termasuk pendatang asing seakan mereka warga AS yang turut bahagia dengan Presiden baru AS, Obama. Teriakan yang terdengar ketika itu Obama, Obama... Obama.
Beberapa dari kami wartawan Indonesia juga turut tertawa bahagia seakan kami adalah warga AS. Moto Obama ketika itu, yakni Hope, dan Change We Believe in, merupakan harapan baru dalam politik AS.
Wartawan senior Kompas, Budiarto Shambazy, saat itu meliput di wilayah Illinois dan persis ada di kota Chicago saat pidato kemenangan itu. Saat itu, massa berjejal di Chicago. Akan tetapi, suasana meriah di Chicago menyeruak ke seluruh AS. Budiarto pun mengabarkan bahwa ketika itu di Grand Park tidak leluasa bergerak.
Perolehan suara elektoral 365 untuk Obama menggambarkan reputasi yang jarang diraih dalam setiap pemilu presiden AS. Jika Biden gagal meraih Florida sekarang ini, Obama mampu merebutnya pada masa itu. Jika Biden tidak mampu merebut North Carolina, Obama mampu merebutnya. Ketika Biden tidak mampu merebut Indiana dan Ohio, Obama mampu merebutnya. Akan tetapi, Biden tidak terlalu kalah. Obama saat itu tidak mampu merebut suara di Georgia dan Arizona. Kini Biden berhasil merebutnya. Inilah negara-negara bagian yang disebut daerah pertarungan, yang menentukan kemenangan seorang capres AS. Di luar itu adalah negara-negara bagian AS dengan fanatismenya yang relatif teguh dengan pilihannya, maka mucul istilah di AS, Blue States (Demokrat) dan Red Red States (Republikan).
Hal menarik saat meliput Obama, jauh sebelum hitung cepat diumumkan oleh televisi besar dan media-media besar, hasilnya hitung cepat sudah beredar. Kubu Obama ketika itu telah menyebarkan hasil di kalangan internal. Kala itu Kompas hadir atas undangan Emerson College. Kompas dan para wartawan Indonesia lainnya yang juga turut mendapatkan hasil hitung cepat tersebut, tetapi tidak boleh disebarkan hingga pengumuman resmi. Agak kaget juga dan serasa tidak percaya, apakah itu hoaks atau tidak. Rupanya hasil resmi kemudian pas dengan perhitungan suara elektoral yang sudah lebih dulu beredar. Hasil itu adalah hasil hitung cepat dengan metodologi yang menghasilkan perkiraan akurat.
Pidato Obama ketika itu rasanya hanya menunggu pengumuman hasil hitung cepat, antara lain dilakukan televisi CNN. Namun, jauh sebelum itu, hasil hitung cepat sudah keluar. Adalah merupakan tradisi yang diterima secara umum di AS ketika itu, dan rasanya sampai sekarang, hasil hitung cepat langsung dijadikan ukuran kemenangan. Ini sudah lama menjadi kebiasaan di AS. Dan berdasarkan hasil hitung cepat itu jugalah tak lama kemudian McCain langsung berpidato duluan sebelum Obama bahwa dia telah memberi ucapan selamat kepada Obama.
Sebenarnya, televisi CNN, sejak mulai mengumumkan hasil hitung cepat atas beberapa negara bagian usai pemilu 2020, di mana Presiden Donald Trump unggul jauh pada awal, sudah mengindikasikan kemenangan Biden dengan kalimat, ”Jika Anda pendukung Demokrat, ingatlah bahwa perhitungan total belum berakhir, masih ada harapan.” Sebab, suara yang dicoblos jauh sebelum pemilu 3 November 2020 belum dihitung. Suara yang dicoblos sebelum 3 November adalah untuk Biden, demikian CNN.
Charlie Dent (Republikan), mantan anggota House of Representatives asal Negara Bagian Pennsylvania, kepada CNN, sudah menyatakan, ”Republikan juga sebenarnya sudah tahu ini.” Republikan sudah tahu arah suara, yang mengindikasikan kemenangan Biden. Televisi Fox News, yang disebut pro-Trump, lewat situsnya malah sudah jauh lebih duluan mengindikasikan kemenangan untuk Biden ketimbang CNN. Fox News sudah beberapa hari sebelum CNN menuliskan suara elektoral sebanyak 264 untuk Biden, dan mengindikan 6 suara dari Nevada juga untuk Biden. Indikasi yang diperlihatkan Fox News kemudian terbukti benar. Biden juga meraih Nevada.
Maka, ketika Trump menyuarakan gugatan tentang proses pemilu, kaum Republikan langsung menyerang balik. Senator AS, Pat Toomey (Republikan Pennsylvania), mengatakan penolakan pada tindakan Trump. ”Tidak ada bukti kecurangan di sini,” kata Toomey merujuk perhitungan suara di Pennsylvania.
Sama seperti Obama, Biden juga membirukan daerah merah. Jika euforia muncul saat pidato Biden, euforia juga terlihat di Atlanta, Georgia, yang secara tradisi merupakan daerah Republikan.