Meliput Gerilya Oposisi Malaysia 2008-2018

Kelompok pro-demokrasi Bersih di Malaysia menggelar unjuk rasa besar-besaran untuk menuntut PM Malaysia Najib Razak mundur karena kaitannya dengan skandal 1MDB di Kuala Lumpur, Malaysia, 19 November 2016.
Pengalaman Kompas selama lebih 15 tahun meliput berbagai dinamika politik di Malaysia meninggalkan berbagai kisah menarik dalam berhubungan dengan para tokoh oposisi yang melawan rezim PM Najib Razak (April 2009–Mei 2018) serta beberapa narasumber pihak penguasa dalam kurun waktu tersebut.
Mereka sangat aktif menjaga hubungan dengan berbagai media alternatif dan media arus utama, baik di dalam maupun luar Malaysia. Menurut Nurul Izzah Anwar—putri Anwar Ibrahim—pemberitaan media di Indonesia soal Malaysia dijadikan rujukan oleh rakyat pendukung penguasa dan oposisi.
Patut diingat, iklim politik semasa Najib Razak berkuasa di Malaysia sangatlah represif, seperti era Orde Baru di Indonesia (1966–1998).
Beragam kekerasan, intimidasi, isu dan kekerasan SARA, dugaan KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme), pembunuhan politik dan penghilangan paksa aktivis di siang hari bolong menjadi warna kehidupan di Malaysia dalam kurun waktu 2009–2018 yang menjadi repertoar situasi Indonesia era Orba.

Polisi Antihuru-hara Malaysia menghalau aktivis oposisi dari Koalisi untuk Pemilu Bersih dan Jujur (Bersih) ketika mereka mencoba berjalan ke arah Lapangan Merdeka di Kuala Lumpur, Malaysia, Sabtu (10/11/2007). Dalam 10 tahun terakhir, inilah demo terbesar antipemerintah yang pernah digelar di Malaysia.
Sebelum Najib berkuasa, penulis secara rutin berkeliling di Malaysia sekali atau dua kali dalam sebulan ke berbagai pelosok Malaysia. Salah satunya terkait penugasan di wilayah Kalimantan Timur waktu itu.
Berbagai isu seperti TKI, illegal logging, illegal fishing, penyelundupan, terorisme menjadi liputan rutin di Malaysia sebelum era Perdana Menteri Najib.
Semasa Najib berkuasa, berbagai isu SARA merebak dan tekanan terhadap gerakan reformasi yang tergabung dalam Gerakan Bersih menjadi bola salju politik yang berujung dalam Pemilu Mei 2018 yang mengakhiri kekuasaan Najib Razak.
Kasus pembunuhan foto model Altantuyaa Shariibugin (28) asal Mongolia tahun 2006 menjadi salah satu puncak gunung es berbagai skandal politik Malaysia.

Analis politik Malaysia, Abdul Razak Baginda, digiring ke ruang sidang di Shah Alam, di luar ibu kota Kuala Lumpur, Senin (4/6/2007). Abdul Razak Baginda, yang sudah beristri dan punya anak, dituduh terlibat pembunuhan Altantuya Shaariibuu, seorang model asal Mongolia.
Kasus tersebut diduga terkait komisi pembelian empat kapal selam kelas Scorpene dari Perancis oleh angkatan bersenjata Malaysia yang dilakukan Razak Baginda, kerabat dan orang dekat Najib Razak.
Kasus Altantuyaa menjadi pembuka atas berbagai cerita skandal demi skandal yang diwartawakan Kompas atas berbagai kejadian di Malaysia pada periode 2009–2018.
Dalam satu kesempatan, penulis pergi bersama seorang kepercayaan Anwar Ibrahim di suatu kampung di Kuala Lumpur.
Kampung warga Melayu tersebut adalah basis perlawanan oposisi. Sambil duduk di warung tepi jalan, kawan Anwar Ibrahim tersebut menunjukan beberapa anggota Special Branch (Intel Kepolisian) yang ikut mengawasi tokoh oposisi tersebut.
Di kampung tersebut, para pedagang dan warga setempat mengenal baik orang kepercayaan Anwar Ibrahim tersebut sehingga kemungkinan dia diculik atau diganggu orang tidak dikenal cukup dapat diantisipasi.

Kawasan Bukit Bintang, adalah salah satu pusat keramaian di Kuala Lumpur, Malaysia, Agustus 2005.
Dalam kesempatan lain, sekitar tahun 2014, penulis menyaksikan pertemuan salah satu tokoh oposisi Malaysia dengan pejabat KBRI Kuala Lumpur. Sang pejabat berpesan karena dia harus menjaga hubungan dengan Pemerintah Malaysia, agar kegiatan tersebut tidak diberitakan Kompas.
”Di sini sedang puncaknya represi seperti Orde Baru zaman dulu di Indonesia. Kita ketemu dan kenalan diam-diam ya,” kata pejabat penting KBRI tersebut.
Pertemuan pun berlangsung sembunyi-sembunyi karena sang tokoh oposisi dibayangi aparat intelijen Malaysia. Pertemuan berlangsung di balik tembok dekat deretan lift di sebuah hotel megah di bilangan Bukit Bintang, Kuala Lumpur.
Tokoh oposisi dan pejabat KBRI tersebut berjabat tangan, saling bertukar kontak serta berbincang singkat.
Pertemuan pun berlangsung sembunyi-sembunyi karena sang tokoh oposisi dibayangi aparat intelijen Malaysia.
Pertemuan berlangsung tidak lebih dari 5 menit dan dilanjutkan dengan berbagai janji komunikasi serta pertemuan tertutup. Kompas menyaksikan dari kejauhan pertemuan tersebut berlangsung.
Beberapa tokoh oposisi yang sempat membantu Perdana Menteri Mahathir Mohammad dan bergabung dengan Anwar Ibrahim juga memberi berbagai informasi dan berkomunikasi dengan penulis dan jejaring media alternatif, seperti Sarawak Reports dan Malaysiakini.
Ada jejaring oposisi yang juga beraktivitas di Inggris, Singapura, Amerika Serikat, dan Australia.
Mereka secara rutin memasok berbagai informasi tentang dugaan korupsi dan skandal-skandal terbaru di bawah rezim Najib Razak dan istrinya, Rosmah Mansor, yang sangat berpengaruh.
Salah satu dokumen yang dikirim pihak oposisi adalah catatan Bea Cukai Malaysia (Jawatan Kastam) soal masuknya sebentuk cincin seharga 24 juta dollar AS dari Amerika Serikat ke Bandara Kuala Lumpur, Malaysia, atas nama Rosmah Mansor pada 2011.

PM Malaysia M Najib Razak bersama istrinya, Rosmah Mansor, tiba untuk mengajukan dokumen pencalonannya, Sabtu (28/4/2018), di Pekan, Pahang, Malaysia.
Berbagai informasi yang dibagikan juga dimunculkan berbagai media alternatif, seperti Malaysia Kini, Sarawak Report, dan lain-lain.
Salah satu skandal yang kemudian ramai adalah kasus dugaan korupsi 1MDB (Malaysia Development Berhad) dan dugaan masuknya aliran dana ke rekening pribadi Najib Razak sebesar 700 juta dollar AS (sekitar Rp 9,8 triliun).
Skandal itu merupakan bagian dari dugaan penyelewengan dana 1 MDB yang menyebabkan penerbitan surat utang negara Malaysia sebesar 3 miliar dollar AS tetapi menghasilkan komisi 300 juta dollar AS dari transaksi penerbitan surat utang tersebut.
Nurul Izzah juga berkali-kali dipanggil aparat Malaysia karena memberikan wawancara kepada Kompas terhadap hal yang disebut rezim Najib Razak sebagai rahasia negara dan isu sensitif.

Putri mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Datuk Anwar Ibrahim, Nurul Izzah Anwar berkunjung ke harian Kompas di Palmerah, Jakarta, Rabu (4/8/2010), diterima oleh Pemimpin Redaksi Kompas waktu itu, Rikard Bagun (kanan). Hadir pula putri Presiden Abdurrahman Wahid, Yenny Wahid atau Zannuba Arifah Chaffsoh, dalam kunjungan tersebut.
Mirip dengan Indonesia zaman Orde Baru, berbagai ormas kepemudaan yang mengintimidasi dan kelompok pendekar dihimpun rezim Najib untuk menghadapi oposisi dengan kekerasan fisik dan intimidasi SARA.
Turut memberikan bocoran
Jengah dengan Najib dan aparatur kekuasaannya membuat jejaring dunia kriminal pun turut memberikan bocoran terhadap perilaku sewenang-wenang penguasa.
Dalam kasus pembunuhan Kim Jong Nam—saudara tiri Presiden Korea Utara Kim Jong Un—di Bandara KLIA, yang menempatkan WNI, Siti Aisyah, sebagai salah satu tersangka, pihak Tong atau mafia China di Kuala Lumpur memberikan beragam informasi atas intimidasi yang dilakukan oknum Polis Diraja Malaysia terhadap jaringan bisnis mereka, tempat Siti Aisyah bekerja.
Sementara di Indonesia pun terlacak jejaring kerja Najib Razak dengan keberadaan seorang pria yang disebut-sebut sebagai operator keuangan Najib Razak dalam kasus 1 MDB dan lain-lain.

Aparat kepolisian Malaysia mengangkut barang-barang yang disita dalam penggeledahan di beberapa lokasi terkait penyelidikan terhadap mantan Perdana Menteri Najib Razak, Jumat (18/5/2018), ke sebuah truk di Kuala Lumpur, Malaysia.
Pria dimaksud sering beraktivitas di Jakarta dan Malaysia serta memiliki seorang rekan kerja. Dalam kartu nama yang diberikan, mereka menyebutkan terlibat dalam bisnis sektor energi.
Sesaat setelah kalah dalam Pemilu 2018, Najib juga dikabarkan berencana terbang dengan pesawat pribadi yang didatangkan dari Jakarta, Indonesia. Najib memang memiliki hubungan dekat dengan beberapa pebisnis besar Indonesia yang memiliki jaringan bisnis hotel di Kuala Lumpur dan perkebunan sawit.
Pihak oposisi juga menceritakan ketika Najib berkuasa, ada dua anggota KPK Malaysia (MACC) yang meninggal dengan cara jatuh dari lantai empat dan ditemukan tewas di dalam drum. Sementara penghilangan paksa juga terjadi atas sejumlah aktivis di siang hari di Kuala Lumpur yang video-videonya viral di media sosial.
Tidak ada pesta yang tak berakhir, rezim Najib akhirnya tumbang dalam Pemilu Mei 2018. Berbagai penggeledahan yang dilakukan Polisi Diraja menemukan timbunan harta di rumah, apartemen, dan beberapa tempat yang digeledah terkait Najib Razak dan Rosmah Mansur serta keluarga dan kroni mereka.
Kini waktunya oposisi yang memenangi pemilu bekerja sama membangun Malaysia kembali yang bersatu, bebas dari isu SARA dan lepas dari beragam kekerasan fisik dan politik ala Orde Baru Indonesia.
Tidak ada pesta yang tak berakhir, rezim Najib akhirnya tumbang dalam Pemilu Mei 2018.