BEI Tanyakan Rencana Bank Kecil Penuhi Modal Inti Minimum
Bursa Efek Indonesia mulai menanyakan kesanggupan bank-bank untuk memenuhi aturan modal minimum Rp 3 triliun pada akhir 2022
Oleh
joice tauris santi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Otoritas Jasa Keuangan telah menetapkan modal inti bank minimal sebesar Rp 3 triliun pada akhir 2022. Sepanjang 2021, bank-bank berupaya menambah modal inti minimal Rp 2 triliun dengan cara menggandeng investor baru atau pemilik lama menyuntik modal.
Bursa Efek Indonesia pada awal tahun ini sudah menanyakan kesanggupan bank-bank atas ketetapan OJK tersebut. Setidaknya ada enam bank yang dimintai tanggapan oleh BEI terkait dengan kesanggupan menambah modal tahun ini.
Direktur Bank Oke Indonesia Tbk Efdinal Alamsyah kepada BEI menegaskan, Bank Oke tetap berkomitmen untuk memenuhi ketentuan OJK tersebut. ”Dalam Rencana Bisnis Bank (RBB), Bank Oke telah menyampaikan rencana rights issue Rp 500 miliar di triwulan IV-2022, untuk memenuhi ketentuan modal inti minimum Rp 3 triliun. Dengan adanya rencana tersebut, per Desember 2022 jumlah modal inti perseroan diproyeksi akan memenuhi ketentuan modal inti minimum Rp 3 triliun,” kata Efdinal kepada BEI, Kamis (13/1/2022).
Pemenuhan modal inti ini juga telah disampaikan pengendali Bank Oke, yaitu APRO Financial Co, Ltd yang juga telah disampaikan ke OJK pada tahun 2018. Sepanjang 2021, Bank Oke juga sudah melakukan right issue sehingga modal inti per akhir tahun 2021 sebesar Rp 2,88 triliun.
Tjandra Gunawan, Direktur Utama PT Bank Neo Commerce Tbk, menjelaskan, penambahan modal sudah masuk dalam agenda Bank Neo pada tahun 2022. Bank Neo akan melakukan right issue pada kuartal I-2022 dengan target perolehan sebesar Rp 5 triliun. Hingga akhir Desember 2021, modal inti Bank Neo sebesar Rp 2,8 triliun. Jika right issue ini sukses, modal Bank Neo akan melampaui ketentuan modal minimal dari OJK.
Sementara Direktur Bank IBK Indonesia Tbk MC Vera Afianti menjelaskan, penambahan modal akan dilakukan pada tahun 2022 melalui setoran modal dari pemegang saham pengendali, yaitu Industrial Bank of Korea. Pada 2021, Industrial Bank of Korea telah menambah modal hingga modal inti Bank IBK mencapai Rp 2,9 triliun.
”Untuk memenuhi ketentuan modal inti sebesar Rp 3 triliun, Industrial Bank of Korea akan kembali menambah setoran modal pada akhir 2022,” kata Vera. Pada akhir tahun ini, total modal Bank IBK Indonesia Tbk akan menjadi sebesar Rp 4 triliun.
Adapun Bank Multiarta Sentosa Tbk atau Bank MAS yang berada di bawah Grup Wings juga berkomitmen untuk menambah modal. Direktur Utama Bank MAS Ho Danny Hartono menjelaskan, total modal per akhir 2021 sudah mencapai Rp 2,7 triliun. Ketika melepaskan saham kepada publik, Bank MAS mendapatkan dana sebesar Rp 630 miliar. Dengan dana ini, modal inti naik sebanyak 6,25 persen menjadi Rp 2,7 triliun.
Selain itu, untuk memenuhi modal inti sebesar Rp 3 triliun Bank MAS akan menerbitkan saham baru dari hasil eksekusi waran dari para pemegang saham hingga 31 Desember 2022. Dengan demikian, modal inti bank MAS akan mencapai sekitar Rp 3,3 triliun pada akhir tahun ini.
Sementara itu, ada bank yang sudah memenuhi persyaratan modal inti Rp 3 triliun sejak akhir 2021. Sekretaris Perusahaan Bank Artha Graha Internasional Tbk Marlene Gunawan menjelaskan, total modal inti per 31 Desember 2021 sudah mencapai Rp 3 triliun sehingga tidak wajib menambah modal lagi untuk memenuhi aturan modal inti OJK.
Direktur Utama PT Bank MNC Internasional Tbk Mahdan juga menyampaikan kesanggupannya untuk memenuhi permodalan pada tahun ini. Dalam keterangannya kepada BEI, Mahdan mengatakan untuk memenuhi ketentuan modal inti Rp 3 triliun tahun ini, Bank MNC akan melakukan aksi setoran modal pemegang saham perseroan atau aksi korporasi tertentu. Belum ada rincian mengenai apa aksi korporasi yang akan dilakukan oleh Bank MNC untuk menambah modal seperti yang dijelaskan oleh bank lain.
”Perseroan berkomitmen penuh untuk memenuhi kewajiban modal inti minimum paling sedikit Rp 3 triliun pada tahun 2022,” kata Mahdan. Per akhir 2021, modal inti Bank MNC sebesar Rp 2,03 triliun menurut laporan keuangan yang belum diaudit.