Saham-saham emiten batubara melemah pada perdagangan sesi pertama Kamis (6/1/2022). Para investor melepaskan saham emiten batubara terkait dengan larangan ekspor batubara selama satu bulan ini.
Oleh
joice tauris santi
·3 menit baca
Kompas/Totok Wijayanto
Ilustrasi batubara.
JAKARTA, KOMPAS — Saham-saham emiten batubara melemah pada perdagangan sesi pertama Kamis (6/1/2022). Para investor melepaskan saham emiten batubara terkait dengan larangan ekspor batubara selama satu bulan ini.
Emten pertambangan yang mengekspor batubara terdampak langsung dengan kebijakan ini. Demikian pula dengan emiten layanan angkutan yang sebagian mengakut batubara. Namun, analis memperkirakan, situasi ini hanyalah sementara saja sehingga dapat dimanfaatkan untuk membeli saham sektor batubara yang relatif murah saat ini.
Saham PT Harum Energi Tbk, misalnya, turun 4 persen menjadi Rp 9.875 per saham. Saham PT TBS Energi Utama Tbk turun 2,9 persen menjadi Rp 1.170. Sementara saham PT Atlas Resources Tbk turun 2,4 persen menjadi ke Rp 238 per saham.
Adi Pramono, Sekretaris Perusahaan PT Indika Energy Tbk dalam keterangannya kepada Bursa Efek Indonesia mengatakan, larangan ekspor batubara tersebut akan dapat memberikan dampak material kepada Indika, terutama untuk anak-anak perusahaannya yang memiliki kegiatan usaha utama di bidang batubara.
”Dampak material tersebut akan sangat tergantung dari berapa lama larangan ekspor tersebut diberlakukan. Sampai saat ini, kami masih melakukan penelaahan atas dampak larangan tersebut terhadap kinerja keuangan, kegiatan operasional, permasalahan hukum dan kelangsungan usaha Indika dan/atau entitas anak,” kata Adi.
Kompas/Totok Wijayanto
Ekskavator memindahkan batubara yang didatangkan dari Kalimantan dari dalam tongkang ke atas truk di Pelabuhan KCN Marunda, Jakarta Utara, Rabu (5/1/2022).
”Kami akan tetap patuh terhadap ketentuan larangan ekspor batubara tersebut untuk memenuhi pasokan dalam negeri (domestic market obligation/DMO). Melakukan komunikasi secara intensif dengan pembeli luar negeri dan bernegosiasi untuk meminimalkan risiko dan dampak komersial akibat tertundanya pengiriman di bulan Januari,” lanjut Adi lagi.
Senada, Mahardika Putranto, Sekretaris Perusahaan PT Adaro Energy Tbk menyatakan, saat ini, anak-anak perusahaan Adaro yaitu PT Adaro Indonesia, Balangan Coal Companies (PT Semesta Centramas, PT Laskar Semesta Alam, dan PT Paramitha Cipta Sarana), PT Mustika Indah Permai, serta PT Maruwai Coal, sebagai pemegang izin yang terdampak atas diterbitkannya larangan ekspor batubara tersebut, sedang mempersiapkan langkah-langkah yang dianggap perlu dalam menyikapi situasi ini baik terhadap kebijakan Pemerintah dimaksud maupun terhadap perikatan yang ada dengan pihak-pihak terkait lainnya.
”Apalagi mengingat bahwa anak-anak perusahaan telah memenuhi kewajiban yang berhubungan dengan pengutamaan kebutuhan dalam negeri sesuai dengan peraturan perundangperundangan yang berlaku,” kata Mahardika.
PT Bukit Asam Tbk menyatakan larangan tersebut tidak berdampak material terhadap keuangan, operasional dan hukum. ”Mengingat Bukit Asam dan entitas anak yaitu PT Internasional Prima Coal telah memiliki komitmen perjanjian jangka panjang untuk memasok batubara kepada PLTU milik PT PLN Grup dan beberapa IPP. Namun, sampai dengan saat ini, kami sedang melakukan penghitungan dampak terhadap larangan ekspor batubara,” jelas Sekretaris Perusahaan Bukit Asam Apollonius Andwie C.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Pasokan batubara untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Sintang di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, Senin (11/10/2021).
Bisnis angkutan
Larangan ekspor batubara itu juga memengaruhi emiten yang memberikan jasa layanan angkutan batubara. Direktur PT Transcoal Pacific Tbk Erizal Darwis mengatakan, akibat larangan ekspor sementara ini, volume angkutan batubara domestik untuk tujuan pembangkit listrik akan mengalami peningkatan.
”Kondisi ini akan mendorong perseroan untuk dapat menambah volume angkutan batubara untuk tujuan PLTU Tanah Air,” kata Erizal dalam keterbukaan informasi kepada BEI kemarin.
Analis Hariyanto Wijaya dari Mirae Asset Sekuritas mengatakan, dampak kebijakan pemeritah untuk melarang ekspor batubara ini hanya sementara saja. ”Hal ini membawa peluang bagus untuk buy on weakness saham-saham di sektor batubara,” kata Hariyanto.