Banjir di Aceh bukan hanya berdampak pada permukiman warga, tetapi menyebabkan dua anak tewas karena terseret arus. Sawah dan warga pun tergenang. Warga menjadi pihak pertama yang merasakan dampak.
Oleh
ZULKARNAINI MASRY
·3 menit baca
SARINA UNTUK KOMPAS
Kota Lhoksukon, Kabupaten Aceh Utara, Aceh, direndam banjir, Minggu (2/1/2022). Banjir dipicu hujan deras dan kerusakan daerah aliran sungai
LHOKSUKON, KOMPAS — Kawasan utara-timur Aceh dikepung banjir sejak Kamis (30/12/2022) hingga Minggu (2/1/2022). Ribuan rumah warga terendam banjir dan sebagian warga harus mengungsi. Banjir juga mengakibatkan dua anak meninggal.
Daerah yang dilanda banjir adalah Kabupaten Aceh Utara, Aceh Timur, Langsa, dan Aceh Tamiang. Sebagian airnya telah surut, tetapimasih ada potensi banjir susulan jika hujan terus mengguyur.
Jumlah desa yang terendam banjir di empat kabupaten/kota itu 148 desa. Desa-desa itu tersebar di Aceh Utara sebanyak 45 desa, Aceh Timur 68 desa, Aceh Tamiang 19 desa, dan Langsa 16 desa.
Akibat jebolnya tanggul sungai, permukiman penduduk sepanjang aliran sungai itu terendam. Selain rumah, persawahan dan perkebunan juga terendam.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Utara Murzani mengatakan, hujan deras sejak Sabtu menyebabkan Krueng (sungai) Peuto, Krueng Keureuto, dan Krueng Pirak, meluap. Beberapa titik tanggul jebol karena tidak sanggup menahan derasnya arus.
”Akibat jebolnya tanggul sungai, pemukiman penduduk sepanjang aliran sungai itu terendam. Selain rumah, persawahan dan perkebunan juga terendam,” kata Murzani.
Hingga Minggu sore, banjir masih menggenangi Aceh Utara bahkan semakin meluas. Kota Lhoksukon, ibu kota kabupaten tidak luput dari genangan banjir.
Warga kini mengungsi ke rumah kerabat atau ke menasah/balai desa. Logistik untuk pengungsi sejak kemarin mulai disalurkan.
Di Aceh Utara, seorang anak berusia 12 tahun meninggal di Desa Meuriah, Kecamatan Matang Kuli. Korban yang saat itu sedang bermain air terseret arus ke sungai.
Dengan demikian, jumlah korban karena banjir menjadi dua orang. Sebelumnya seorang anak usia delepan tahun di Aceh Timur juga meninggal terseret arus banjir.
Di Aceh Timur, Sabtu (1/1/2022), banjir melanda 68 desa. Aktivitas warga lumpuh. Namun, sejak Minggu, banjir mulai surut.
Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Aceh Amarullah mengatakan, dari 14 kecamatan yang dilanda banjir, kini tersisa tiga kecamatan yang masih tergenang.
”Banjir di Kecamatan Pante Bidari, Simpang Jernih, dan Peurlak Barat belum surut,” kata Amarullah.
Di Aceh Timur jumlah pengungsi pada Sabtu 8.310 jiwa, tetapi diperkirakan sebagian warga telah kembali ke permukiman untuk membersihkan rumah masing-masing.
Meski demikian, petugas dan perlengkapan penyelamatan masih disiagakan di lokasi banjir. Amarullah mengatakan, keselamatan para korban menjadi prioritas.
Sementara itu, di Aceh Tamiang dan Langsa banjir mulai surut. Namun, petugas membuka dapur.
Dosen Kebencanaan Universitas Syiah Kuala, Nazli Ismail, menuturkan, bagi warga wilayah utara-timur Aceh, banjir menjadi bencana langganan setiap tahun. Nazli menilai, warga mulai beradaptasi dengan banjir sehingga terlihat semakin tangguh.
MAIMUNZIR UNTUK KOMPAS
Permukiman warga di Desa Seuleumak, Kecamatan Bireum Bayeum, Kabupaten Aceh Timur, Aceh, Sabtu (1/1/2021), direndam banjir.
Namun, Nazli justru menilai upaya mitigasi oleh pemerintah sangat lemah. ”Sudah saatnya mitigasi bencana banjir jadi prioritas. Kesalahan penggunaan lahan di hulu semakin memperburuk kondisi,” kata Nazli.
Nazli mengatakan, banjir jangan dipandang sebagai bencana biasa. Sebab, dampak dan kerugian yang ditimbulkan sangat besar.
Berdasarkan kajian Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh pada 2020, nilai kerugian karena bencana hidrometereologi di Aceh mencapai Rp 1 triliun. Kerugian tersebut mulai dari kerusakan infrastruktur publik dan harta benda warga hingga potensi pendapatan warga yang hilang.