Amnesty International mendesak Pemerintah Indonesia agar menerima kehadiran pengungsi Rohingya. Membiarkan pengungsi itu tetap berada di lautan lepas sama halnya menghadapkan mereka pada maut.
Oleh
ZULKARNAINI MASRY
·2 menit baca
BIREUEN, KOMPAS — Sebuah kapal yang mengangkut warga etnis Rohingya dilaporkan berada di perairan Indonesia, tepatnya di Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh. Pihak keamanan dan nelayan Aceh akan membantu bahan bakar dan logistik agar kapal itu dapat berlayar ke titik tujuan.
Sekretaris Panglima Laot Aceh/Lembaga Adat Nelayan Miftah Cut Adek, Selasa (28/12/2021), menuturkan, kapal Rohingya masih berada di perairan Aceh. Kapal itu mengangkut puluhan orang yang terdiri dari laki-laki dewasa, perempuan, dan anak-anak.
”Kapalnya masih di laut. Nelayan kita sudah membantu logistik,” ujar Miftah.
Miftah mengatakan, keberadaan kapal Rohingya itu awalnya dilihat oleh nelayan Bireuen. Posisi kapal itu diperkirakan 67 mil (124 km) dari pantai. Saat kapal nelayan mendekat, para pengungsi Rohingya memberikan isyarat minta bantuan.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Aceh Komisaris Besar Winardy mengatakan, tujuan pengungsi Rohingya berlayar ke Malaysia, tetapi karena kehabisan bahan bakar, kapal terombang-ambing ke perairan Aceh.
Winardy mengatakan, Polda Aceh, Pemkab Bireuen, dan Pangkalan TNI AL Lhokseumawe membantu pangan, sandang, obat-obatan, dan bahan bakar. Bantuan itu akan diantar pada Selasa sore. ”Penyerahan bantuan tersebut merupakan wujud kepedulian dan rasa kemanusiaan,” kata Winardy.
Nanti, baik dari Polri, TNI AL, mauun instansi terkait akan memonitor dan memastikan kapal mereka menuju ke negara Malaysia. (Winardy)
Winardy mengatakan, setelah bahan bakar dan bantuan logistik tiba, pengungsi Rohingya akan diarahkan untuk melanjutkan perjalanan. Alasan tidak ditarik ke darat karena tujuan mereka ke Malaysia.
”Nanti, baik dari Polri, TNI AL, maupun instansi terkait akan memonitor dan memastikan kapal mereka menuju ke negara Malaysia,” kata Winardy.
Sementara itu, Direktur Amnesty International Usman Hamid mendesak pemerintah daerah dan pihak keamanan agar mengevakuasi pengungsi Rohingya ke darat. Menurut Usman, membiarkan pengungsi itu tetap berada di lautan lepas sama halnya menghadapkan mereka pada maut.
”Kemungkinan besar sudah berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan berada di laut. Ini persoalan hidup dan mati. Ada juga perempuan dan anak-anak. Kondisi kesehatan mereka juga harus dipastikan,” kata Usman.
Usman mendesak pihak-pihak berwenang di Aceh dan Indonesia untuk menerima kehadiran para pengungsi itu meski untuk sementara waktu. Menurut Usman, jika menolak kehadiran mereka, artinya Pemerintah Indonesia tidak menunaikan kewajiban internasional untuk menerima kehadiran pengungsi.
Usman mengatakan, Indonesia telah sering menolong pengungsi Rohingya. Seharusnya praktik baik itu tetap dilanjutkan demi kemanusiaan.