Menteri PU: Kita Masih Jauh Tertinggal
Kita ini masih jauh tertinggal. Apa yang kami lakukan kelihatannya cepat, tetapi masih jauh tertinggal. Pada 2015, kami punya sekitar 795 km jalan tol. Sekarang, pada akhir 2021, jalan tol sudah mencapai 2.530 km.
Jalan tol Trans-Jawa resmi terhubung pada 20 Desember 2018. Tol Trans-Jawa berperan penting sebagai backbone dalam pengembangan konektivitas antarwilayah di Jawa. Setelah tiga tahun berlalu, kehadiran Tol Trans-Jawa juga menjadi benchmark pembangunan tol di Indonesia.
Kehadiran Tol Trans-Jawa memang berdampak pada perubahan pola transportasi hingga memicu pertumbuhan ekonomi daerah. Meski demikian, masih banyak pembenahan perlu dilakukan untuk mengoptimalkan dampak ekonomi, khususnya bagi UKM dan masyarakat lokal.
Dari sisi teknis, menurut Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, yang ditemui Kompas, Sabtu (18/12/2021), meski infrastruktur jalan terus dibangun, kualitasnya perlu terus ditingkatkan, baik itu kualitas jalan tol, jembatan, maupun fasilitas di ruas tol.
Bertepatan dengan peringatan tiga tahun Tol Trans-Jawa, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat juga menetapkan tanggal 20 Desember sebagai Hari Jalan.
Berikut petikan wawancara Kompas dengan Menteri Basuki:
Setelah tiga tahun Tol Trans-Jawa terbangun, terlepas dari adanya Covid-19, apakah pemerintah cukup puas dengan dampak Tol Trans-Jawa terhadap pertumbuhan ekonomi daerah?
Pembangunan jalan tol ini sudah dimulai sejak lama, sekitar tahun 1974, yakni dengan dibangunnya Tol Jagorawi. Ternyata permintaannya memang tinggi, apalagi saat ini.
Secara ekonomi, sekarang tumbuh kawasan-kawasan industri. Ini akan terus dibuka. Seperti (kawasan industri) Batang, fase I sudah habis terjual, dan sudah ada pembangunan pabrik kaca terbesar di Asia Tenggara. Di Subang, juga akan dibuka. Di Batang, kami langsung bangun exit tol, padahal biaya satu exit tol mencapai Rp 300 miliar. Ngawi meminta dibangun exit tol di Walikukun karena di situ disetujui pengembangan kawasan industri 4.000 hektar.
Yakinkan saya dulu bahwa di situ akan dibangun (kawasan industri), pasti exit tol akan kami bangun karena itu tugas kami membuka dan menghubungkan jalan tol ke kawasan-kawasan industri. Kalau itu jalan provinsi pun akan kami kerjakan untuk dilebarkan sehingga lebih bagus untuk kawasan industri.
Manfaat jalan Tol Trans-Jawa, saya menyerap dari hal ringan yang disampaikan orang kepada saya. Pramugara pesawat pernah ada yang minta waktu satu menit kepada saya untuk mengucapkan terima kasih karena bisa pulang ke kampung PP apabila berangkat tugas ke Surabaya.
Pedagang buah di Pasuruan (Jawa Timur) bisa menghitung waktu memetik buah untuk dijual di toko buah di Jakarta sehingga buah sampai masih dalam kondisi segar.
Baca juga:
- Jalan-jalan Asyik via Tol Trans-Jawa
- Tiga Tahun Meniti Asa di Tol Trans-Jawa
- Tol Trans-Jawa Bangkitkan Bisnis Antarkota Antarprovinsi
Pembangunan jalan tol ini kelihatannya menjadi harapan bagi masyarakat, kita semua, tidak hanya untuk pertumbuhan ekonomi, tetapi juga mobilitas orang dan barang, yang pastinya akan berdampak pada pembangunan ekonomi.
Bagi traveler, jalan darat itu pilihan. Saya, misalnya mau (perjalanan) dengan keluarga, istri, anak dan cucu, bakal naik mobil ke Jogja. Itu baru backbone saja di Tol Trans-Jawa.
Kita bayangkan kalau masa pandemi Covid-19 ini tidak ada (tol) Trans-Jawa. Mungkin banyak yang frustrasi, enggak bisa terbang, gak bisa pergi. Kalau pergi pun macet.
Saya membayangkan waktu kami menyelesaikan itu. Tidak hanya kami yang harus kerja keras, tetapi masyarakat pun berkorban. Mau mudik, harus dengan jalan nasional yang masih berdebu, ada Brexit (Brebes Exit). Itu pengorbanan masyarakat pada saat kami membangun Tol Trans-Jawa. Sekarang, setelah Tol Trans-Jawa selesai, tiga tahun ke depan arah kami adalah kualitas jalan yang akan kami tingkatkan.
Apakah ada daerah yang belum memperlihatkan kinerja pertumbuhan yang baik meski pemerintah telah memfasilitasi kehadiran jalan tol?
Dengan adanya pembangunan jalan, otomatis daerah akan berkembang. Di tol Trans-Sumatera dari Bakauheni sampai Palembang, pada kawasan sekitar exit-exit tol, tagihan listrik PLN naik karena ada industri-industri yang berkembang di situ. Itu cerita dari PLN. Artinya, daerah pasti merespons.
Apakah cukup puas dengan kualitas Jalan Tol Trans-Jawa saat ini?
Puas atau tidak itu dari ukuran laik fungsi. Yang jelas, pengoperasian jalan tol harus sudah melalui uji laik fungsi. Tim uji laik fungsi itu melibatkan, antara lain, Kementerian Perhubungan, PUPR, tim ahli, dan Masyarakat Transportasi Indonesia guna menilai laik atau tidak laik suatu jalan untuk dioperasikan, baik jalan tol, jalan nasional, maupun jembatan. Apalagi, operasional jalan tol dikenai tarif sehingga harus ada ukuran laik fungsi.
Ke depan, pasti saya akan menjalankan pesan Pak Presiden Joko Widodo dalam Hari Bhakti PUPR tanggal 3 Desember 2021, yakni tidak hanya (pembangunan) jalan, tetapi juga peningkatan kualitas pembangunan infrastruktur ke depan.
Peningkatan kualitas akan kami terjemahkan ke dalam spesifikasi, yakni menambahkan peralatan dalam pembangunan jalan, seperti road grading. Dengan demikian, kualitas jalan lebih baik. Tetapi, bukan berarti kualitas (jalan) saat ini dibawah standar karena sudah ada batas laik fungsi.
Sejauh mana pembangunan jalan tol dalam pemerintahan Presiden Jokowi, dan rencana sampai tahun 2024?
Kita ini masih jauh tertinggal. Apa yang kami lakukan kelihatannya cepat, tetapi masih jauh tertinggal. Pada 2015, kami punya sekitar 795 km jalan tol. Sekarang, pada akhir 2021, jalan tol mencapai 2.530 km. Sudah ada tambahan cukup besar. Namun, ini pun baru berapa persen dari target yang kita inginkan.
Sampai akhir tahun 2024, kami targetkan 4.500 km yang akan dibangun. Di Jawa, (panjang) Jalan Tol Trans-Jawa 1.023 km dari Banten sampai Pasuruan. Ini akan kami teruskan ke Banyuwangi. Mudah-mudahan tahun 2024 (pembangunan) sudah bisa mencapai Besuki (Situbondo).
Apakah mayoritas ruas tol akan tetap dibangun di Jawa?
Tidak hanya di Jawa, tetapi di luar Jawa, permintaannya tinggi untuk pembangunan tol. Bahkan, Pemerintah Kabupaten Dharmasraya, yang terletak di paling timur Sumatera Barat, minta dihubungkan ke Jalan Tol Trans-Sumatera. Dari 4.500 km jalan tol yang akan dibangun, sebagian besar ada di luar Jawa.
Apakah kehadiran jalan tol mampu menghemat APBN yang selama ini dikucurkan untuk memelihara jalan-jalan nasional, misal di Pantura Jawa?
Kehadiran Tol Trans-Jawa membawa perubahan pola transportasi meskipun belum maksimal. Baru sekitar 30 persen (angkutan logistik) pindah ke tol.
Kami rasakan penghematan anggaran pemeliharaan jalan di pantura bisa 20 persen atau sekitar Rp 200 miliar-Rp 300 miliar per tahun dengan adanya perubahan pola transportasi. Kami juga lebih punya ruang dan waktu untuk menata jalur pantura. Selain itu, manajemen lalu lintas lebih mudah. Jika ada kemacetan di pantura, orang berpindah ke tol.
Kami sedang terus berupaya supaya angkutan logistik bisa berpindah ke tol. Truk-truk masih banyak yang lebih memilih lewat pantura dengan berbagai macam alasan dan kepentingan.