Harga Saham Wahana Inti Makmur Ditetapkan Rp 155 Per Lembar
Produsen dan pemasok beras PT Wahana Inti Makmur Tbk menetapkan harga penawaran saham perdana Rp 155 per saham. PT Wahana akan menawarkan 200.000.000 saham
Oleh
joice tauris santi
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Produsen dan pemasok beras PT Wahana Inti Makmur Tbk menetapkan harga penawaran saham perdana Rp 155 per saham. PT Wahana akan menawarkan 200.000.000 saham sehingga potensi dana yang dapat diraup oleh PT Wahana sekitar Rp 31 miliar.
Dari informasi yang tercantum dalam platform e-ipo.co.id, 10 persen dari dana yang didapatkan dari penawaran saham ini akan digunakan untuk membeli kendaraan operasional. Selain itu 3 persen akan digunakan untuk melunasi pembelian tanah di Subang, 12 persen untuk membangun gudang, dan sisanya untuk modal kerja.
Sementara itu, pada Selasa (7/12/2021) ada satu emiten lagi di BEI, yaitu PT RMK Energy Tbk. PT RMK bergerak pada bidang pelayanan jasa logistik batubara, seperti bongkar muat batubara di stasiun kereta api, pengangkutan batubara ke pelabuhan, dan pemuatan batubara ke tongkang.
Direktur Utama PT RMK Energy Tbk Tony Saputra dalam seremoni pencatatan saham perdana mengatakan, RMK Energy menargetkan dapat mengapalkan minimal 25 juta ton baru bara per tahun.
Dyandra andalkan G-20
Direktur Utama PT Dyandra Media Internasional Tbk Daswar Marpaung mengatakan, rencana pertemuan G-20 tahun 2022 di Bali akan menjadi salah satu bisnis yang digarap Dyandra.
Sebelum pertemuan puncak pada 2022, sudah ada serangkaian pertemuan untuk mempersiapkan acara puncak 2022 yang diselenggarakan di Bali Nusa Dua Convention Center, salah satu properti milik Dyandra.
Selain pertemuan besar G-20 tersebut, Dyandra juga akan memaksimalkan acara dan pameran yang diselenggarakan secara hibrida, online dan offline. Tahun 2021 ini, Dyandra berhasil menyelenggarakan Indonesia International Motor Show (IIMS) secara hibrida dan menjadi salah satu standar penyelenggaraan acara besar pada masa pandemi ini.
Pasar saham
Manajer investasi pengelola reksa dana PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) optimistis pasar saham akan terus bergerak positif hingga tahun depan. MAMI memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan dapat mencapai 7.600 pada 2022.
Dalam tahun 2020 hingga 2022 pasar saham mengalami tiga tahapan, yaitu pandemi pada 2020, pemulihan 2021, dan normalisasi yang akan terjadi pada 2022. Sejak awal tahun 2021 hingga penutupan perdagangan pada Selasa (7/12/2021), IHSG sudah menguat 10,42 persen.
Katarina Setiawan, Chief Economist & Investment Strategist MAMI, mengatakan, Indonesia akan mengalami akselerasi pertumbuhan ekonomi menuju fase ekspansi pada tahun 2022. Negara ASEAN4, yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand, memiliki ruang ekspansi yang lebih tinggi pada 2022. Momentum pembukaan kembali ekonomi diperkirakan meningkat ketika pandemi gelombang ketiga mereda dan cakupan vaksinasi mencapai sekitar 70 persen dari populasi pada kuartal I-2022.
Keunggulan Indonesia dibandingkan banyak negara di kawasan adalah demografi Indonesia yang didominasi warga usia muda yang akan mempercepat aktivitas ekonomi kembali normal. ”Terutama apabila mitigasi pandemi terus berjalan efektif, antara lain melalui vaksinasi secara masif dan merata,” kata Katarina lagi.
Unicorn masuk bursa
Pada tahun ini, pengumpulan dana dari pasar modal sangat marak. Sampai dengan tanggal 2 Desember 2021, total penggalangan dana yang berhasil dihimpun dari penawaran perdana saham, obligasi, sukuk, serta right issue sebesar Rp 306,1 triliun, yang terdiri dari pencatatan saham sebesar Rp 51,6 triliun, pencatatan obligasi dan sukuk sebesar Rp 91,30 triliun, serta right issue sebesar Rp 163,18 triliun.
Head of Equity Reasech Mandiri Sekuritas Adrian Joezer mengatakan, kebutuhan akan perusahaan teknologi yang masuk bursa sangat tinggi karena emiten teknologi di Bursa Efek Indonesia masih sangat sedikit. ”Dari sisi pasokan sangat kurang. Dalam indeks MSCI yang menjadi patokan bagi investor asing atas saham Indonesia, bobotnya masih 0 persen, pada indeks lain di negara maju, bobotnya sudah mencapai 21 persen,” kata Joezer. Joezer mengatakan, perusahaan teknologi berpotensi berkembang jauh melebihi pertumbuhan ekonomi nasional sehingga para investor yang sudah paham akan menghitung potensi perkembangan perusahaan teknologi ini dalam jangka yang panjang.
Dari pasar surat utang, Ezra Nazula Director & Chief Investment Officer Fixed Income MAMI menjelaskan, saat ini pasar obligasi Indonesia memberikan imbal hasil riil yang relatif tinggi dibandingkan kawasan. ”Hal ini membuat pasar obligasi kuat menghadapi perubahan sentimen global di 2022,” kata Ezra.