Walaupun terus mencatat kinerja positif, nilai kapitalisasi pasar modal masih rendah jika dibandingkan dengan negara lain. Berbagai upaya untuk meningkatkan nilai kapitalisasi pasar modal harus terus dilakukan.
Oleh
joice tauris santi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Walaupun terus mencatat kinerja positif, nilai kapitalisasi pasar modal masih rendah jika dibandingkan dengan negara lain. Berbagai upaya untuk meningkatkan nilai kapitalisasi pasar modal harus terus dilakukan.
”Data menunjukkan bahwa kapitalisasi pasar modal Indonesia pada 2020 mencapai 47 persen dari produk domestik bruto, tetapi masih di bawah dibanding peers emerging, seperti India dan Malaysia,” kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam gelaran Capital Market Summit & Expo (CMSE) 2021, di Jakarta, Kamis (14/10/2021).
Peningkatan kapitalisasi pasar ini penting karena pasar modal juga berperan besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam kesempatan tersebut, Luhut juga mengapresiasi sejumlah pencapaian di pasar modal.
”Dari awal tahun sampai 8 Oktober 2021, jumlah pencatatan baru atau new listing mencapai 38 perusahaan, lalu calon yang sedang mengantre 25 perusahaan. Angka pencatatan baru saham ini tertinggi di ASEAN dan urutan ke-12 di dunia,” lanjutnya.
Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santosos mengatakan, pasar modal Indonesia telah menunjukkan kinerja yang stabil dan membaik. Salah satunya dengan indeks yang sudah berada di atas 6.000-an.
”Kita menjaga likuiditas pasar solid dan berbagai indikator keuangannya juga terjaga sehingga ini semua menunjang indeks harga saham gabungan ke posisi pra-pandemi,” kata Wimboh.
Direkur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi mengatakan, digitalisasi juga telah mendorong pencapian-pencapaian di pasar modal. Digitalisasi membuat transaksi di pasar modal semakin mudah dan dapat dilakukan semua orang.
BEI mencatat, rata-rata aktivitas transaksi harian saham lebih dari Rp 13 triliun. Aktivitas transaksi harian ini naik dua kali lipat dalam lima tahun terakhir.
Lonjakan nilai transaksi harian tersebut tidak lepas dari jumlah frekuensi transaksi di pasar modal yang rata-rata 1,2 juta transaksi per hari. Frekuensi transaksi ini bahkan menjadi tertinggi di kawasan Asia dalam tiga tahun terakhir. Inarno menambahkan, hal tersebut diikuti lonjakan volume perdagangan yang mencapai lebih dari 19 miliar saham per hari.
Inarno juga mengatakan, jumlah investor di pasar modal, baik investor saham, reksa dana, maupun obligasi ritel, terus bertambah. Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per 30 September 2021, single investor identification (SID) pasar modal Indonesia telah mencapai lebih dari 6,4 juta SID. Termasuk di dalamnya 2,9 juta SID dari para investor saham. ”Hal ini patut kita syukuri dan kita banggakan karena antusias dari masyarakat untuk berinvestasi dan menjadi bagian dari pasar modal sangat tinggi,” kata Inarno.
Pemulihan ekonomi
Setelah terdera pandemi hampir dua tahun, tanda-tanda pemulihan ekonomi sudah terlihat. Dari sisi restrukturisasi kredit, Otoritas Jasa Keuangan melihat ada tren restrukturisasi kredit yang melandai.
Wimboh mengatakan, sebagai kebijakan kontra siklus terhadap pandemi, OJK melakukan kebijakan restruktrusasi kredit terhadap berbagai sektor usaha yang terkena dampak pandemi. Dibandingkan dengan posisi Maret 2021, nilai outstanding restrukturisasi kredit sudah berkurang dari Rp 808,75 triliun menjadi Rp 744,75 triliun saat ini.
”Tren restrukturisasi terus melandai, bahkan kita harapkan lebih rendah dari itu,” kata Wimboh.