logo Kompas.id
DeskToko Wong
Iklan

Toko Wong

Penduduk kampung yang umumnya anggota partai kiri-merah itulah yang sebagian diangkut ke kota, ke Toko Wong, terutama dedengkotnya. Itu bersamaan dengan kedatangan rombongan tentara dari pulau seberang.

Oleh
Raudal Tanjung Banua
· 9 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/AGSAIqufv3TT3omtZxIZz5InZXw=/1024x1347/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F10%2FSugijo-Dwiarso-Ilustrasi-Cerpen-Kompas-Toko-Wong-karya-Raudal-Tanjung-Banua-2021_1633093415.jpg

BANGUNAN itu masih tegak seperti sejak pertama aku melihatnya. Tugur di seruas jalan kota kabupaten ujung pulau. Ia tak hendak menyurukkan wajah buramnya. Jalan itu sendiri terkesan ditinggalkan dari yang semula jadi pusat geliat kota, kini ibarat sungai di sebelahnya: pudar—bersama pudarnya cerita tentang buaya-buaya yang menggelepar.

Hanya saja usia tak bisa ditipu. Retak dinding mencuatkan tembok seperti tulang belikat di dada penyakitan. Lumut, jamur, dan pakis tumbuh di bekas rembesan air hujan, lembab sepanjang musim persis bekas luka tak kunjung mengering. Ada 10 rumah toko semacam itu, ukuran rata-rata sama, sekitar 7 meter x 8 meter dan tinggi 8-9 meter. Masing-masing berdiri terpisah sehingga ada sedikit ruang kosong di kiri-kanannya.

Editor:
Mohammad Hilmi Faiq
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000